"Keringat dingin~", haikal menatap ke arahku kembali. "Kamu mimpi buruk lagi kah ra?",
Aku hanya mampu terdiam, karena bagaimana pun mimpi buruk barusan terasa lebih menakutkan daripada mimpi tadi malam dan itu masih terngiang di benakku.
"Mm.. yah, gitulah...", Gumamku kemudian pasrah. Haikal tampak menggaruk tengkuknya sesaat, "mm..", kerutan di wajahnya menandakan bahwa ia juga sama bingungya denganku.
Tanpa permisi tiba-tiba haikal menempelkan dahinya ke dahiku seperti biasa untuk mengecek suhu badanku."Aisshh", gerutuku pelan dan langsung mendorong wajahnya menjauh.
"Hmm.. Badan kamu panas ra, pusing banget yah?", Tanyanya kemudian.
Aku menggeleng kecil sambil semakin memundurkan tubuhku yang sudah mentok menatap kaca dinding dibelakang ku.
"Ja, jangan gitu lagi napa?","Lah gimana?, Tangannya ikal dingin, habis pegang air", ucap pemuda itu.
"Tapi~ Ara kan malu", Cicitku lagi pelan semakin gemas.
"Lah, pake ketek mau?",
Gyaaaa!
IkaaaaalllIngin sekali rasanya kugaplok wajah datar tanpa dosa sahabatku yang satu ini menggunakan kloset sekolah.
Pemuda itu tersenyum kecil lantas kembali ke ekspresi wajah khawatirnya mendapatiku yang kembali terdiam bersandar lemas.
Sesaat kemudian tiba-tiba ia mengangkat badanku yang masih bersandaran di kaca ini dan menggendongku ke suatu tempat.Mataku langsung membulat, "mm.. kal, Ara masih bisa jalan sendiri lah, turun saja", kedua kakiku bergerak menendangnya kecil minta diturunkan, haikal tampak hanya berdecak kecil, "sshhuutt, nggak lama kok, diem aja napa?",
kuhela nafas kecil, melirik ke arahnya sesaat dan memilih untuk diam dari pada adu mulut karena badan lemasku tidak mendukungnya sekarang.
Di sebuah kursi panjang tempat kami meletakkan tas-tas sekolah sebelumnya haikal pun menurunkanku, "tunggu disini bentar yah ra, ikal mau minta surat keterangan dari wali kelas, jan ke mana-mana","Iya iya, Ara bukan anak kecil umur tiga tahun kalau pergi ke pasar malam lagi", jawabku sambil bersandaran ke tumpukan tasku dan tas haikal. Haikal tersenyum kecil, mengacungkan dan melangkah pergi.
Sementara ia pergi meminta surat itu aku masih terdiam khas pasien drop dan pasrah saja dengan posisi begini.Cukup lama menunggu aku pun memejamkan mata.
Angin siang kali ini terasa berdesir lembut, menerpa wajah dan rambutku meskipun tidak lah sesejuk udara pagi, yahh.. tak masalah karena itu lumayan membuatku merasa lebih segar di tempat terbuka seperti ini daripada saat berada di dalam kamar mandi tadi.
"...ara?",
Suara serak seorang perempuan menakutkan itu kembali terdengar. Aku langsung membuka mataku, "!?",
"~ara..",
Suara itu lagi-lagi memanggil namaku,
"hah, si~siapa!?", Tanyaku panik sambil menoleh kesekeliling."Khu Khu khu..., Lihat betapa manisnya dirimu ini nduk?", Sepertinya ia terkekeh pelan melihatku yang sudah gelagapan.
"Siapa kamu??, Pergi!!", Ucapku lagi dan bukannya menghilang, suara-suara tawa gelap itu malah kembali menggema semakin memenuhi pendengaranku.
"Keh keh keh..",
Kututup kedua telingaku kuat-kuat tak ingin mendengarnya bagaimana pun juga.
Tapi sepertinya percuma saja, tak ada bedanya antara aku menutup atau tidak kedua telingaku, suara perempuan itu tetap terdengar jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Ghost
HumorKetika sahabatmu terlalu laknat dan minta dibunuh.. .. Merupakan cerita kehidupan harian seorang gadis biasa bernama zeara, murid SMA yang memiliki seorang sahabat bernama haikal. Mereka yang tumbuh bersama dan saling berbagi suka duka. Kada...