sesampainya..

24 5 0
                                    


    "ngapain kita ke sini?", tanyaku begitu sepeda motor Haikal berbelok dan berhenti di sebuah pusat perbelanjaan besar yang cukup terkenal di kotaku.

  "beli sepatu", jawab haikal singkat lantas menarikku masuk ke dalam mall begitu kami melepas helm masing-masing.

   "tumben... biasanya ikal paling nggak doyan pergi ketempat beginian karena mahal-mahal?", tanyaku rada protes.

"sekali-kali, baru pertama kali juga kan kita kesini bareng?", tanyanya balik.
   "Untuk bulan ini maksud ikal..", imbuhnya kemudian pelan.

       Aku diam saja mendengarkan karena terlalu lelah, biasanya aku dan haikal selalu memilih toko biasa atau mungkin di pasar rakyat, karena mereka lebih berhak dibeli dan membutuhkan uang daripada mall besar dan swalayan yang sudah pasti pemiliknya adalah orang kaya.
    Namun haikal termasuk tipe cowok yang paling ahli memilih merek dan kualitas barang yang akan dibelinya, jadi meskipun beli di pasar loak sekalipun barang yang ia beli bisa awet dan tahan lama.
    yeahh~ sekali lagi, kupikir sahabatku yang satu ini adalah alien, ahli sekali ia dalam mengenali barang yang bagus atau tidak?, hmm..

       Tanpa melebihkan basa-basi lagi kami pun segera pergi meluncur kearah bagian sepatu yang berada di lantai 3. Di sana haikal pun mulai fokus memilih yang mana sepatu yang ingin dia beli.
     Sementara itu aku?, yaah... aku hanya diam saja mengekor di belakang pemuda ini. Berbagai macam merek dan model keren cukup menggiurkan namun sekali lagi dengan harga yang sangat fantastis.

   "nyesel ikal ra ngajak kamu kesini, lihat.. mahal mahal nih", bisik haikal sambil menunjukkan sebuah price tag pada sebuah sepatu biasa bertuliskan angka 600k.

  "itu loh merek ponakan-sepupu-adik iparnya si gucci, yo pantes mahal", ucapku sambil gantian mengamati sepatu di tangan haikal.

   "biasa aja, di toko biasa cuman 100-an palingan... asli, ikal nyesel, mending uangnya ikal tabung saja kan kalau gini",

          Kutatap pemuda itu malas, "udah tahu mahal ngapain kesini coba?, harusnya kamu yang nggak bisa difahami kal",

   Haikal mendelik nakal kearahku, "sekalian ikal ngajak jalan-jalan ara ke mall gede kaya' gini, tapi... perkiraan ikal ga nyampe semahal ini, pantesan yang punya mall pada sultan semua", Haikal tampak mengembalikan sepatu sebelumnya ketempatnya kembali.
          "males ah, pulang yok...",

   Aku faham dengan kalimat "mahal" yang ia maksud. Bukan berarti ia tak memiliki banyak uang tapi ia adalah tipe manusia hemat yang rada laen. Daripada uang habis dengan sepatu dengan spek dan kualitas yang sama dan yang membedakan hanyalah masalah merek, maka bekantan itu lebih memprioritaskan fungsi dan kebutuhannya walau bukan dari merek terkemuka.

   Aku tertawa hambar, "jauh-jauh ke sini ngebut-ngebut sampai nge-prank malaikat maut, ujung-ujungnya minta pulang lagi?, haaah... habis-habisin bensin aja kamu kal",

     Haikal menggaruk tengkuknya, "nggak gitu, ikal pikir ngga semahal ini juga ra", pemuda itu tak jadi melanjutkan ucapannya.

  "ya udah toh nyari lagi", jawabku memberi saran. Haikal menghembuskan nafasnya malas, "haahhh...",

      "Ara yang pilihin ya?", tawarku mengajukan diri. Haikal menghentikan langkahnya sesaat, "mm... oke, tapi harus yang bagus",
   (Bagus kualitas, dan aman juga jumlah sisa uang di dompet tentusaja)

    Kuangkat tanganku tanda hormat khas tentara kepadanya,
   "siap, laksanakan!", jawabku tegas.
         Aku pun mulai berkeliling untuk mencari sepatu yang paling bagus untuk bestai terbaikku sejagat raya ini.

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang