grey line

9 2 0
                                    

.....

Malam ini terlihat ara yang berjalan dengan buru-buru sambil memakai jaketnya menghampiri ke arah sang bunda yang tengah berkutat dengan sebuah mesin jahit.

"Bunda, ara mau izin keluar sebentar",

Diana menghentikan aktifitas menjahitnya sesaat dan menatap ke arah jam dinding di ruangan itu, "malam-malam begini?, mau kemana?",

"Hehe, beli alat tambahan buat tugas prakarya.. 6 hari lagi tugasnya dikumpulkan", jawab gadis itu.
Alis diana terlihat sedikit berkerut, "6 hari lagi?, hmm.. dikasih waktunya cuman seminggu?",

"Iya, pak jatmiko kan memang begitu kalau kasih tugas ngga suka lama-lama, maunya biar siswa lamgsung gercep gitu..", sahut gadis itu kemudian khas dengan nada malasnya.

"Hahh.. ah ya sudah ya sudah, mm~ mau pergi sendiri atau sama ik-",

"Sendiri saja, tadi ara sudah pesan ojek onlen", sambung putrinya cepat.

Dan perempuan paruh baya itu kembali menganggukkan kepalanya, "kenapa tidak naik sepeda sendiri saja?, kan sudah besar..",

"Ara belum berani lah bunda, hehe~", dengan cepat gadis itu menyalimi bundanya dan melangkah pergi. Namun sebelum itu tidak lupa dilambaikan tangannya kecil sebelum ia menghilang di balik pintu,
"Tata",

"Hm, hati-hati",

....

Di luar, sambil menunggu ojek online yang ia pesan datang sebentar lagi, gadis itu tampak mengecek ponselnya sejenak.
Tadi sore ia dan olivia baru saja berdiskusi tentang banyak hal termasuk kerja kelompoknya dengan nathan.

Dan dari pertanyaan-pertanyaan yang olivia ajukan ia jadi tercetuskan sebuah ide untuk membuat mosaik dari serpihan-serpihan, kertas origami, karton, juga beberapa bahan random lain termasuk gliter untuk mengisi celah kosong yang sangat sempit di antara mosaik-mosaiknya nanti.
Juga beruntungnya olivia dengan senang hati memberikan nomor kontak kakaknya kepada ara agar ia bisa dihubungi. Menurut olivia terlalu kasihan membiarkan tetangga samping rumahnya itu berjuang sendiri mengerjakan tugas kelompok sementara nathan malah pergi ngeluyur entah kemana.

*anggap saja sebagai ganti atas kelakuan kakaknya.

"Huh? Just read??", gumamnya saat mendapati pesan singkat yang dikirimkannya hanya terbaca dan pemuda itu tidak membalasnya.

"Ini ara yang payah mengirim pesan atau memang nathan yang tidak tertarik membalas sih?",

•••••••••

"Apa maksudmu?", suara berat seorang pria terdengar, dibalik itu kepulan asap rokok yang dari cerutu yang dihembuskannya belum hilang memenuhi pandangan beberapa orang di tempat itu.

"Cih..", seorang pemuda tampak mengedikkan bahunya, ia melirik tajam ke arah pria gempal berambut pirang itu di depannya,
"jauh-jauh kemari kau hanya ingin memeras remaja sepertiku?, banci sekali", gumamnya kemudian

"Kau pikir kau bisa bermain-main denganku hah bocah tengil??",

"No, not about that", jawab pemuda sebelumnya, "kau lupa sedang dimana kau sekarang?, lagipula ini akan sia-sia karena yang kau inginkan itu tidak ada di tanganku",

"Damn child!",
Pria gempal itu tampak maju selangkah, kedua tangannya sudah terkepal erat dari tadi, "kau tahu sendiri kan apa konsekuensinya jika ingin bermain kotor dengan kami nak?",

"Setelah castanya kalian masih belum puas juga?, dasar brengsek..",

Beberapa orang lain dengan perawakan tubuh serupa tampak melangkah mendekat, mungkin ada yang memiliki senjata tajam dan tak menutup kemungkinan jika juga ada senjata api terselip di balik baju mereka.

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang