Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Saat ini di dalam kelas, pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung. Semua murid yang berada di bangku masing-masing memperhatikan guru yang sedang menjelaskan.
Pandangan dan fokus para murid tertuju pada guru di depan. Semuanya, kecuali satu orang.
Evelyn sedari tadi memperhatikan gurunya, namun pikirannya tidak tertuju ke pelajaran. Evelyn sedang panik, satu emosi yang sering ia rasakan beberapa hari terakhir. Ia panik sebab dirinya akan ikut sidang di ruang BK.
Memang bukan Evelyn yang melakukan kesalahan, namun entah kenapa ia merasa panik luar biasa, sebab semua ini melibatkan seseorang yang begitu ia takuti di sekolah.
Tok tok!
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Evelyn semakin panik, setelah melihat Annisa, ketua kelasnya yang kembali masuk ke dalam kelas setelah keluar beberapa saat lalu.
Annisa berbicara pada guru yang sedang mengajar, sebelum akhirnya mendapat persetujuan. Iapun berjalan ke arah salah satu meja, lebih tepatnya adalah meja Evelyn dan sahabatnya, Lisa.
"Ayo Lyn, ke ruang BK sebentar," ajak Annisa.
Evelyn seketika menelan ludah, sudah waktunya ia memberikan kesaksiannya.
Sementara Lisa yang duduk di sampingnya kini begitu tersentak.
"Ngapain Evelyn ke ruang BK? emang dia bikin ulah apa??" tanya Lisa dengan suara yang cukup kencang, membuat banyak murid lain menengok dan terlihat penasaran.
"Sstt.." Annisa meminta Lisa agar tidak menciptakan keributan di kelas.
"Enggak kok, Evelyn gak bikin kesalahan apa-apa, guru cuma mau nanya-nanya aja sama dia soal murid lain," sahut Annisa, agar tidak ada kesalahpahaman diantara murid-murid kelas ini.
Akhirnya Annisa dan Evelyn keluar dari ruangan. Evelyn berjalan sambil menatap Lisa di bangku dan menunjukkan kepanikannya.
Lisa semakin mengernyit. Evelyn tidak terlihat tersentak diajak Annisa pergi. Apakah itu artinya ia sudah tahu akan dipanggil ke BK?
"Ngapa sobat lu Lis? perasaan kalem-kalem aja dia."
Lisa menengok setelah mendengar salah seorang kawannya yang berucap dari belakang. Ia mengedikkan bahunya.
"Gua juga gak tau, gak cerita dia," jawabnya, menghela nafas kasar. "Awas aja, ntar gua interogasi tu bocah," lanjutnya lagi.
***
Di depan ruang BK yang tertutup, Evelyn berdiri berhadapan denganAnnisa, yang mengantarnya kesini.
"Gua gak ikut masuk ya, soalnya gua gak enak sama guru kalo keluar kelas terus," ucap Annisa padanya.
Evelyn mengangguk dengan ragu. Meskipun sesungguhnya ia berharap ketua kelasnya ini masuk bersamanya agar bisa membantunya menjawab, namun sepertinya Evelyn harus berjuang sendiri sekarang.
"Udah sana masuk," ucap Annisa, setelah mengetuk pintu dengan pelan.
Evelyn membuka pintunya, dan masuk ke dalam. Jantungnya berdebar kencang, setelah menyadari bahwa suasana di dalam ruangan ini sangatlah tegang.
Pandangan Evelyn bertemu dengan pandangan seorang laki-laki yang duduk di sofa panjang bersama kedua murid lainnya.
Noah menatapnya dengan tatapan yang serius. Tidak ada keramahan sedikitpun yang dipancarkan olehnya.
Evelyn bisa menebak bahwa Noahlah yang sudah mengatakan bahwa ada dirinya di tempat kejadian kemarin. Laki-laki itu pasti yang sudah menyeretnya pada semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noah's Girlfriend
RomanceLaki-laki itu memiliki postur tubuh yang tinggi dan besar. Rahangnya tajam bahkan ketika dilihat dari depan. Rambutnya juga pendek seolah dirinya adalah bagian dari anggota kepolisian. Ia sama sekali tidak cocok berperan sebagai anak SMA, batin Evel...