Pergantian hari berlalu seperti dedaunan yang berjatuhan di musim gugur. Satu persatu terlepas dan digantikan dengan daun yang baru, membentuk pohon rindang layaknya jiwa yang sudah siap bangkit dan memulai kehidupan baru.
Dua tahun terasa begitu lama, apalagi ketika kepala diisi oleh usaha melupakan seseorang yang terlalu indah untuk dilupakan. Kenangan dan bayangan yang masih tersisa menyelimuti setiap saat, tak pernah absen dari ratusan hari yang sudah terlewat.
Di dalam salon kecantikan yang tidak terlalu ramai, seorang gadis duduk dan menatap dirinya sendiri di pantulan cermin. Rambut gelap yang sudah terlalu panjang kini dipotong sedikit dan diberi layer sesuai dengan keinginan.
Warna yang ia pilih adalah cokelat muda menuju pirang, hingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa meraihnya, namun sangat setimpal dengan apa yang ia dapatkan sekarang.
Evelyn tersenyum, dan memotret dirinya sendiri dengan ponsel yang ia pegang. Ia begitu puas pada hasil yang didapatkan, hingga menciptakan perasaan senang yang menyelimutinya sepanjang duduk dan menunggu dirinya yang baru untuk datang.
"Sudah selesai ya mbak."
Seorang hairdresser yang sedari tadi melayaninya berucap, membuat Evelyn tersenyum dan segera bersiap untuk berdiri. Ia mengambil shoulder bag nya di atas meja.
"Makasih banyak mbak," ucap Evelyn dengan senang, sebelum pergi ke kasir untuk membayar.
Evelyn kini berjalan, ke area ruang tunggu dimana kedua sahabatnya sedang menunggunya sekarang.
"Wah! Evelyn!"
Gadis bernama Salma kini berdiri, dan berjalan mendekati Evelyn dengan wajah yang berbinar.
"Bagus hasilnya.. cantik banget.." ucap Salma, memuji Evelyn dengan rambut barunya yang terlihat menawan.
Evelyn tersipu malu dan berterima kasih pada Salma. Keduanya saling memegang tangan satu sama lain.
"Kamu gak pengen juga, Salma? kamu pasti bagus kalo diwarnain rambutnya," ucap Evelyn.
Salma tersenyum dan menggeleng. "A-aku belum berani ngewarnain rambut," ucapnya.
Evelyn yang mendengar itu mengerjap sesaat. Ia sudah cukup lama tidak mendengar Salma berbicara dengan gagap seperti itu, membuatnya tersadar bahwa sahabatnya yang satu ini sudah menunjukkan kemajuan pesat, terutama menyangkut rasa percaya diri.
Salma sudah berubah selama dua tahun mereka berteman, dan Evelyn bahagia akan hal tersebut.
Namun jika ditanya siapa orang yang paling berperan besar dalam kemajuan karakter Evelyn dan Salma yang jauh lebih pemberani, maka orang itu adalah gadis yang duduk menyilang kaki di sofa, dan memperhatikan mereka berdua.
"Gimana?" tanya Evelyn, berjalan ke arah Noella yang terlihat diam menunggunya.
Noella tak menjawab. Sahabat Evelyn yang satu ini, juga menunjukkan perkembangan karakter yang cukup pesat, terutama dalam uruan kesabaran.
Noella tidak cepat marah lagi pada Salma maupun Evelyn tiap mereka melakukan kesalahan ataupun membuatnya kesal. Ia juga jauh lebih dewasa sekarang.
"Bagus," ucap Noella, membuat Evelyn tersenyum.
Kini Noella berdiri dari sofa. "Lo puas gak sama hasilnya? inikan salon mahal, kalo gak puas, biar gua bantai tukang salonnya," ucap Noella dengan wajah penuh ancaman.
Evelyn menelan ludah. Meskipun lebih sabar dan dewasa menghadapi Evelyn dan Salma, bukan berarti Noella tidak lagi brutal.
"Enggak, udah puas kok," jawab Evelyn tersenyum. Ia mendekati Noella dan melingkarkan tangannya di lengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noah's Girlfriend
RomanceLaki-laki itu memiliki postur tubuh yang tinggi dan besar. Rahangnya tajam bahkan ketika dilihat dari depan. Rambutnya juga pendek seolah dirinya adalah bagian dari anggota kepolisian. Ia sama sekali tidak cocok berperan sebagai anak SMA, batin Evel...