13. berpamitan

3.6K 396 41
                                    

_____________________
_________________________
________________________
Malam ini terlihat begitu indah, bulan bersinar terang, bintang bertaburan menghiasi langit.

Setelah melaksanakan shalat isya berjamaah, Nazira kini tengah duduk termenung di tepi ranjang, dari tadi ia terlihat murung bahkan ia hanya diam saja saat teman-temannya saling mengobrol.

"Nazira!" Panggil Titi yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Nazira menatap Titi yang tengah berjalan menghampirinya, "ada apa Ti?"

"Liat nih, gue nemuin surat di depan pintu kamar, di tulisannya sih ini buat lo," ucap Titi menunjukkan secarik surat kepada Nazira.

"Ah paling dari santri putra."

"Tapi Ra, menurut gue ini surat penting, coba deh baca dulu."

"Iya iya,sini." Nazira mengambil surat itu dari tangan Titi, gadis itu lantas membacanya di dalam hati.

"Untukmu Nazira, assalamualaikum Nazira, saya cuma mau bilang sama kamu, saya pamit, besok pagi saya akan berangkat ke Mesir untuk meneruskan pendidikan saya di sana, terima kasih atas penolakan Kamu waktu itu,hal itu membuatku sadar bahwa tidak seharusnya bocah sepertiku merasakan yang namanya cinta. maaf saya tidak bisa berpamitan secara langsung, saya harap kamu di sini baik-baik saja, semoga kamu selalu bahagia walaupun tanpa saya, mungkin saat saya kembali nanti kamu sudah pergi dari sini, maafkan saya selama ini sudah sering hukum kamu, selamat tinggal Nazira, sampai bertemu lagi di suatu hari nanti. Gusmu Farzan."

Seketika itu air mata Nazira jatuh dari pelupuk matanya,ia sangat terkejut sekaligus sedih saat membaca surat itu, belum sempat ia menyatakan perasaannya kepada Gus Farzan, tapi lelaki itu malah menulis surat seperti ini.

"Kenapa lo nangis Ra? itu surat dari siapa?" Tanya Titi yang tak mengerti.

Nazira tak menjawab, gadis itu terus menangis terisak-isak.

Akhirnya Titi mengambil surat itu dan mulai membacanya, alangkah terkejutnya Titi saat membaca isi dari surat itu.

"I-ini surat dari Gus Farzan? jadi lo udah pernah nolak dia? dan dia sekarang mau ke Mesir?"

"Lo gila ya Ra, laki-laki sebaik dia lo tolak begitu aja, disaat semua santriwati bermimpi ingin dapat lelaki seperti dia, lo malah menyia-nyiakan dia?sadar Ra, lo nolak dia gara-gara lo masih gamon kan sama Gus Farhan?"

"Iya Ti iya, aku tau aku salah, tidak seharusnya aku menolak laki-laki seperti dia, aku nyesel," lirih Nazira dengan suara yang terdengar sangat menyesal.

Titi menghela napas kemudian mengembuskannya, "penyesalan lo udah terlambat Ra, semua udah terlambat."

"Maafin aku Gus, aku nyesel, aku nyesel udah nolak Gus Farzan," batin Nazira, hatinya seakan menjerit keras menyesali perbuatannya.

****

Gus Farzan tengah duduk di tepi ranjang, ia terlihat tak tenang.

Sejujurnya berat baginya untuk meninggalkan tanah air, meninggalkan pondok pesantren Al-furqan dan meninggalkan Nazira, namun, mau bagaimana lagi? daripada ia terus menerus sakit hati lebih baik ia meneruskan pendidikan di luar negeri.

"Pikiran gue gak tenang, enaknya ngapain ya?" Gumam Gus Farzan.

Lelaki itu melirik ke arah gitarnya, dan akhirnya lelaki itu memutuskan untuk bermain gitar dan menyanyi sendiri.

Gus Farzan mulai memetik gitarnya dan bernyanyi.

"Dulu waktu aku masih bersama dia," nyanyi Gus Farzan.

Diantara Gus Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang