Syella pun membawa ian masuk untuk diobati, diikuti mereka semua.
"Siapa pelakunya?" Tanya frans menatap sean tajam.
Sean pun menceritakan kejadiannya dari awal hingga akhir tanpa ada yang dilebih-lebihkan.
"Berani-beraninya dia" Geram frans saat mendengar cerita sean, dan langsung meninggalkan ruang keluarga. Untuk ian, setelah diobati dia tertidur karena lelah menangis terus.
"Tidur yang nyenyak bayinya mommy" Ucap syella sambil mengecup pucuk kepala ian, syella gemas saat melihat mulut dan pipi anaknya naik turun karena menyedot kuat dot yang berisi susu kesukaan ian.
"Mom, baby mana?" Tanya sasha saat tidak melihat ian turun dengan syella.
"Baby tidur sha, capek kayaknya gara-gara nangis terus, mommy khawatir baby demam" Lirih syella.
"Tenang mom, baby gak bakal kenapa-kenapa" Ucap sasha menenangkan syella yang sedang khawatir dengan kesehatan ian.
"Arsen ke atas" Ucap arsen singkat, namun terlihat diwajahnya bahwa dia sedang menahan emosinya.
"Sean, ikut papa" Datar martin.
"Mampus gue" Batin sean pasrah sambil berjalan mengikuti kemana martin pergi.
"HUAAAA DYDYY HIKSS HUAAA" Tiba-tiba ian terbangun dan langsung menangis kencang sambil memanggil marvin, membuat semua orang yang dibawah lari keatas untuk melihat keadaan bayi kesayangan mereka.
BRAAKK
"Baby, kenapa hm bilang sama mommy" Ucap syella saat sudah ada dihadapan ian dan langsung memeluk ian, dapat syella rasakan badan mungil ian hangat. Sudah syella duga bayinya pasti akan terkena demam.
"Hikss au dydy, ian hikss au dydy my" Isak ian, dia sekarang benar-benar ingin bersama daddy nya.
"Pah" Ucap syella pelan sambil menatap frans sendu.
"Hufftt baiklah, demi cucuku" Pasrah frans sambil berjalan keluar, kalau bukan karena cucu kesayangannya yang sedang demam, dia tidak akan mengeluarkan marvin sekarang. Namun dia tidak boleh egois, ini demi kesehatan ian.
"DYDYY HIKSS HUAAAAA" Teriak ian saat melihat keberadaan daddynya sambil merentangkan tangannya kearah marvin dengan tangan mungil yang membuka dan menutup.
"Bayi kesayangan daddy" Ucap marvin sambil mengecup seluruh wajah ian tanpa ada yang terlewat.
"Hikss dydy emana aja, ian tangen hikss" Lirih ian dipelukan marvin, menenggelamkan wajahnya didada bidang marvin.
"Syuutt jangan menangis, daddy disini" Ucap marvin mengelus kepala ian.
"Muka dydy hikss enapa?" Isak ian memiringkan kepalanya sambil memegang rahang tegas marvin dengan tangan mungilnya, karena hampir di seluruh wajah tampan marvin memiliki luka lebam.
"Ah ini, daddy tidak sengaja jatuh sayang" Bohong marvin, dan ian hanya bisa menganggukan kepalanya percaya.
"Ian au bobo cama dydy" Ian memeluk erat marvin, takut ditinggal lagi oleh marvin.
"Sama mama aja yah sayang" Tawar reina sambil berjalan mendekati ian.
"Hikss ndak au, ian au cama dydy hikss" Ian yang sudah merasa tenang terisak kembali saat akan dipisahkan dari daddynya.
"Dydy hikss ndak oyeh pelgi hikss agi"
"Daddy tidak akan kemana-mana baby" Marvin pun membaringkan dirinya dikasur dengan ian dipelukannya.
"Apakah kita harus membawa baby kerumah sakit?" Tanya dania.
"Tidak perlu, panggil saja dokter keluarga kita" Jawab marvin tanpa melihat kearah ibunya itu.
Setelah menunggu beberapa saat dokter khusus keluarga dirgantara pun datang dengan tergesa-gesa dan langsung memeriksa keadaan bungsu keluarga dirgantara.
"Tenang tuan, tuan muda kecil hanya terkena demam biasa karena kelelahan, saya akan membuatkan resep obatnya" Ucap dokter itu setelah memeriksa ian.
"Ini resepnya dan tolong segera ditebus"
"Terimakasih dok" Ucap syella setelah mengambil resep obatnya.
"Kalau begitu saya permisi, semoga tuan muda kecil segera sembuh" Pamit dokter itu setelah mendapatkan anggukan dari mereka.
Sementara itu diruang bawah tanah milik keluarga dirgantara.....
"LEPASIN GUEE BRENGSEK, BERANINYA KALIAN NYULIK GUEE AAAA LEPASIINN" Teriak seorang perempuan, karena badannya yang diikat kencang dan tidak tau berada dimana. Ada yang tau siapa?
Dia adalah..... Ya tebakan kalian benar, dia adalah tasya dan teman-temannya. Tadi pada saat frans meninggalkan ruang keluarga, dia langsung menelpon tangan kanannya untuk menangkap orang yang menyakiti cucu kesayangannya. Tidak butuh waktu lama sekarang orang itu berada di hadapannya.
"TOLONGG, LEPASIN GUEE TOLOOOONGG!!!" Teriak tasya, untuk teman-temannya mereka masih pingsan karena obat bius.
"Sudah puas berteriak hm?" Dingin martin menatap tasya tajam, walaupun tasya tidak bisa melihatnya karena matanya yang ditutup oleh kain.
"SIAPA KALIAN HAH!! BERANI-BERANINYA NYULIK GUEE!!"
"DIAM!!" Bentak frans sambil menampar pipi tasya keras, hingga menimbulkan bekas merah dipipinya.
"Akkhh perih" Lirih tasya sambil melihat kedepan, karena tamparan frans barusan membuat penutup mata tasya terlepas.
"K-kalian" Tasya gemetar takut karena dihadapannya sekarang berdiri semua keluarga dirgantara kecuali marvin dan sean, siapa yang tidak tau keluarga dirgantara yang terkenal kejam dan sadis.
"Terkejut?" Datar martin menatap tasya tajam.
"K-kalian mau apa? Salah aku a-apa?" Ucap tasya terbata-bata karena merasa takut melihat tatapan tajam dari semua orang.
"MASIH BERTANYA HAH!!" Bentak frans sambil menjambak rambut tasya.
"AKKHH SAKIITT" Teriak tasya kesakitan, rasanya kulit kepalanya serasa ingin copot karena jambakan frans.
"Hikss salah aku a-apa, kenapa hikss kalian nyulik aku"
"Denger ya dasar jalang murahan, lo itu udah berurusan sama orang yang salah" Ucap sasha mendekati tasya setelah frans melepaskan jambakan nya sambil menggoreskan pisau dari wajah sampai ke leher.
"AAKKHH TOLOOOONGG, HIKSS SIAPAPUN TOLONG GUEE" Teriak tasya histeris karena merasa perih dan sakit karena luka goresan diwajah dan lehernya.
"Mari kita bersenang-senang" Ucap si kembar, dan mereka semua pun tersenyum smirk sambil melihat kearah tasya dengan tatapan membunuh mereka.
Maaf yah kalo banyak typo
Jangan lupa vote & komen nya
Gumawooo
(づ ̄ ³ ̄)づ
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Liandra (Slow Update)
Teen FictionBercerita tentang seorang anak berumur 14 tahun yang hidup sebatang kara karena dibuang oleh orang tuanya kita sebut saja Liandra. Diumur yang seharusnya masih sekolah, bermain, dan mendapatkan kasih sayang dari orang tua, ian justru harus bekerja...