Di sebuah taman yang sepi dan sunyi, terlihat ada seseorang yang sedang duduk termenung disalah satu bangku yang ada di taman itu.
Merasakan sapuan angin lembut yang menerka wajahnya, orang itu memejamkan matanya dan tak terasa setetes air mata telah lolos jatuh ketanah, kesunyian dan kesepian ini semakin membuat perasaan nya kalut dan sedih.
Tanpa persetujuannya, air mata itu terus mengalir dan mengalir menyalurkan kesedihannya yang mendalam. Entah kenapa perasaan sedih ini sangat menyakiti dirinya. Dia takut, takut akan kehilangan orang yang sangat dia sayangi.
Orang itu adalah...
Marvin Putra Dirgantara, orang yang terkenal kejam, sadis, tak kenal ampun pada lawannya, dingin tak tersentuh dan tak peduli pada siapapun kecuali keluarganya sekarang sedang menangis pilu tanpa suara.
Kemana perginya Marvin yang kuat itu? Entahlah, sekarang hanya ada Marvin yang rapuh dan menyedihkan.
"Tuhan, kenapa rasanya sakit sekali " Batin Marvin sambil menatap langit yang mendung dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Seakan tau bahwa seseorang sedang bersedih, langit pun semakin menggelapkan warnanya menandakan sebentar lagi akan turun hujan lebat.
Puk
"Nak, apa kau baik-baik saja?" Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Marvin membuat dirinya terkejut dan langsung menghapus air matanya dengan terburu-buru.
Marvin menengok kesamping tempat dimana orang yang menepuk pundaknya tadi berada, ternyata hanya seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh yang entah sejak kapan berada disini.
"Hm, saya baik-baik saja" Ucap Marvin menjawab pernyataan si nenek tadi.
"Kau yakin?" Tanya si nenek itu lagi.
"Ya" Jawab Marvin seadanya, entahlah dia sedang malas berbicara sekarang.
Tiba-tiba nenek itu duduk disamping Marvin dan memegang pundaknya dengan lembut.
"Dengar nak, jika kau ingin menangis, menangislah. Keluarkan semua kekesalan dan kesedihan yang ada dalam dirimu. Jika kau sedang memiliki masalah maka selesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang"
Marvin hanya diam mendengar setiap kata yang di ucapkan oleh wanita paruh baya itu.
"Hidup ini memang rumit nak, tak ada yang tau kehidupan kita kedepannya seperti apa. Namun sebisa mungkin kita harus memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya" Ucap nenek itu lalu menurunkan tangannya yang berada di pundak Marvin.
Mendengar ucapan si nenek, Marvin terdiam. Benar, benar apa yang dikatakan si nenek, seharusnya dia menghabiskan banyak waktu dengan Ian dan memberikan kebahagiaan untuk Ian. Bukannya menangisi hal yang belum pasti seperti ini?
Ya, Marvin harus kuat, harus kuat menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Jika tuhan berkehendak lain itu mungkin yang terbaik bagi Ian dan dirinya. Dia harus ikhlas jika memang Ian akan pergi meninggalkannya, namun memaksimal mungkin Marvin juga akan berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita oleh bayi kecilnya.
Grep
"Terimakasih, terimakasih banyak. Berkat ucapan mu, pikiranku terbuka dan hatiku mulai sedikit lebih tenang. Sekali lagi terimakasih" Ucap Marvin sambil memeluk wanita paruh baya itu.
"Tak masalah nak, nenek senang bisa membantumu" Jawab nenek itu sambil mengusap rambut Marvin lembut, seperti seorang ibu pada anaknya.
"Kemana keluargamu? Kenapa bepergian sendiri, apalagi dengan cuaca seperti ini?" Tanya Marvin karena tidak melihat siapapun yang ada ditaman ini selain dirinya dan si nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Liandra (Slow Update)
Teen FictionBercerita tentang seorang anak berumur 14 tahun yang hidup sebatang kara karena dibuang oleh orang tuanya kita sebut saja Liandra. Diumur yang seharusnya masih sekolah, bermain, dan mendapatkan kasih sayang dari orang tua, ian justru harus bekerja...