Terhitung sudah satu minggu lamanya Ian berada di kediaman Bara, entah karena memang Bara yang sudah lupa akan rencananya sendiri atau memang sengaja membiarkan Ian hidup tenang lalu setelahnya akan dia siksa. Siapa yang tau?
Selama itu juga selalu terjadi keributan di mansion bara yang dibuat oleh bayi bulat itu, dan tak jarang pertengkaran antara Ian dan Bara terjadi membuat suasana di mansion bara yang awalnya selalu hening menjadi ramai karena adanya Ian.
Lain halnya dengan kediaman Bara yang selalu berisik oleh ulah si kecil Ian, kediaman Dirgantara sekarang benar-benar suram.
Penampilan penghuninya juga benar-benar jauh dari kata baik, mata hitam, pipi tirus dan rambut yang acak-acakan terlihat seperti orang yang frustasi.
Dari seminggu yang lalu seluruh anggota keluarga tak ada yang beristirahat untuk mencari Ian namun selalu pulang dengan perasaan kecewa, karena tidak menemukan kabar atau informasi apapun tentang kesayangan mereka.
"Mas" Lirih Syella dengan suara seraknya, entah sudah berapa lama Syella menangis hingga membuat suaranya serak seperti itu.
Belum lagi matanya yang hitam dan bengkak karena benar-benar mengabaikan istirahatnya hanya karena khawatir dengan kondisi Ian.
"Sayang" Marvin menatap istrinya sendu, membawa Syella ke pelukannya dan mengusap punggung istrinya yang kembali bergetar karena menangis.
"Hikss mas hikss babyy dimana hikss" Lagi, Syella menangis untuk kesekian kalinya karena mengingat Ian. Bagaimana keadaan bayinya sekarang? Apakah dia menderita seperti dulu?
"Syuuut sudah, tidak cape hm menangis terus. Lihat jadi jelek gini mukanya" Ucap Marvin bercanda berniat sedikit menghibur istrinya, namun tak ada respon apapun dari Syella selain tangisan pilu yang dia dengar.
"Hufftt" Marvin hanya bisa menghela nafas dan mengeratkan pelukannya, sesekali Marvin mencium kepala, kening dan kedua mata istrinya yang semakin membengkak.
"Sudah tenang hm?" Tanya Marvin lembut sambil mengusap pipi Syella sayang.
Syella hanya mengangguk kecil menanggapi suaminya itu, masih enggan melepaskan pelukannya.
"Jangan menangis terus, mas gak suka liat kamu kayak gini"
"T-tapi mas, baby sedang sakit hiks gima-" Suara Syella kembali bergetar namun Marvin langsung mengecup bibir merah muda istrinya sedikit lama, tidak ada lumatan hanya kecupan lembut yang dia berikan.
"Mas yakin baby sekarang dalam keadaan baik-baik saja, tak lama lagi kita pasti akan menemukan baby" Ucap Marvin meyakinkan Istrinya, namun Marvin sendiri sebenarnya ragu dengan ucapannya barusan.
"Aku harap seperti itu" Lirih Syella kembali memeluk erat Marvin.
Kediaman Bara....
"Berhenti bocah!" Geram bara karena bocah bulat itu terus saja mengganggu dirinya.
"Belicik kakek tuwaa" Ian tak menghentikan larinya, dia berusaha naik kelantai atas menggunakan tangga.
Namun baru saja menaiki satu anak tangga, tiba-tiba Ian merasa tubuhnya melayang di udara yang ternyata dia sudah tertangkap oleh kakek tua menyebalkan itu.
"Tertangkap juga kau bocah" Dengan perasaan dongkol, Bara membawa Ian seperti karung beras ke ruang tamu dimana tempat bara berdiam tadi.
"Duduk, dan jangan bergerak" Ucap bara dingin, mendudukkan Ian sedikit kasar ke sofa empuk yang ada disana.
"Awuuhh cakitt" Gumam Ian sambil mengerutkan bibirnya.
"Kakek papaan cih, tiidak belpeli kepantatan" Ucap Ian sambil menatap nyalang pada bara, bara yang mendengar ucapan Ian sebenarnya ingin tertawa namun dia tahan, tetap mempertahankan wajah datarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Liandra (Slow Update)
Teen FictionBercerita tentang seorang anak berumur 14 tahun yang hidup sebatang kara karena dibuang oleh orang tuanya kita sebut saja Liandra. Diumur yang seharusnya masih sekolah, bermain, dan mendapatkan kasih sayang dari orang tua, ian justru harus bekerja...