Di sebuah mansion yang tak kalah mewahnya dengan mansion Dirgantara, terdapat anak kecil yang tak henti-hentinya beraliran menghindari para pria berbaju hitam yang sedang mengejarnya.
Dengan seorang pria tua yang duduk diam sambil memperhatikan setiap pergerakan bocah yang dia bawa ke mansion nya, atau bisa dibilang itu penculikan? Entahlah, apa pedulinya?
"Ada apa dengan perasaanku ini?" Batin pria itu siapa lagi kalau bukan Bara, orang yang telah membawa Ian ke kediamannya.
Niat hati ingin membalaskan dendamnya atas kematian putranya Dimas yang telah dibunuh oleh keluarga Dirgantara dengan menculik salah satu anggota keluarganya, yang tentu saja bocah kecil inilah sasaran yang cocok untuk dia culik.
Namun apa ini? Entah perasaan apa yang muncul dihati kecilnya saat melihat bocah itu yang tampak aktif berlarian di mansionnya. Apakah bocah itu tidak merasa takut karena dibawa oleh orang asing?
Duk
"Sssttt" Bara sedikit meringis karena secara tiba-tiba bocah nakal itu yang tak lain Ian menendang tulang keringnya.
Namun bara tak mengucapkan sepatah katapun, membiarkan agar bocah dihadapannya berbicara terlebih dulu padanya.
"Olang tuwaa, antal Ian puwang" Ketus Ian dengan wajah yang mengerut kesal, hey ayolah Ian hanya ingin pulang dan bertemu dengan kucing kesayangannya sesusah itukah?
"Heh bocah, tidak bisakah bersikap sedikit sopan pada orang yang lebih dewasa" Datar Bara mendorong kening Ian sampai membuat Ian terduduk di lantai.
"Ishh"
"Ian bica, tapi kalo cama kakek tidak bicaa"
"Bocah menyebalkan" Gumam Bara.
"Bawa dan kurung dia di gudang" Perintah Bara yang langsung dituruti oleh salah satu bawahannya.
"Aaaa wepasshh, dacal olang tuwa bawuu tanaahh" Teriak Ian saat tubuhnya diangkat oleh salah satu orang suruhan Bara.
"Hey, dapat kata-kata dari mana bocah itu" Bara sedikit kaget dengan ucapan bocah menyebalkan itu.
Disisi lain....
"AARRGGHH, SIALAN" Marvin frustasi, memukul stir mobilnya karena putus asa belum menemukan Ian, bayi kecilnya.
Entah sudah berapa jam perjalanan Marvin tempuh untuk mencari keberadaan bayi nya namun nihil, Marvin belum dapat menemukan putra bungsunya.
"Harus kemana lagi daddy mencarimu baby" Lirihnya, pikiran-pikiran negatif terus saja masuk kedalam kepalanya karena takut terjadi sesuatu pada Ian.
Mau mencari di kediaman orang yang paling dia curigai yaitu Bara Marvin pun tidak tahu, karena keberadaan bara yang selalu berpindah-pindah membuat Marvin bingung harus mencari kemana.
Kediaman Dirgantara...
"Pah, apakah lokasi baby sudah ditemukan?" Tanya arsen yang baru saja sampai di mansion, dia meninggalkan pekerjaannya di kantor saat mendengar kabar adik kecilnya menghilang.
"Belum" Martin menggelengkan kepalanya pelan saat mendengar pertanyaan arsen.
"Papa yakin Bara yang sudah menculik baby, selain dia siapa lagi yang berani mengusik keluarga kita" Ucap Martin dengan wajah datar andalannya.
"Cctv?"
"Sudah papa cek, namun lokasi terakhir baby hanya dirumah sakit dengan seorang perempuan yang memangku baby"
"Siapa?" Tanya arsen lagi sambil mengangkat sedikit alisnya, siapa yang berani-beraninya menyentuh adik kesayangannya itu?
"Papa sedang mencari tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Liandra (Slow Update)
Teen FictionBercerita tentang seorang anak berumur 14 tahun yang hidup sebatang kara karena dibuang oleh orang tuanya kita sebut saja Liandra. Diumur yang seharusnya masih sekolah, bermain, dan mendapatkan kasih sayang dari orang tua, ian justru harus bekerja...