⁵Allan Cloer Blean

83.2K 6.7K 72
                                    

Happy reading🌸
෴෴෴
Jangan lupa Vote dan komen🔮
"Terkadang kita harus berpura pura untuk mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Namun, bisa jadi itu semua akan menjadi mala petaka."
•••

"Istirahatlah, tuan Duke. Besok adalah hari bahagia untuk anda. Yang dimana, anda akan mengajak seorang gadis bertunangan tuan Duke." Leysen Olivier Noulven, Duke Noulven menghela nafas. Bulu bulu yang menghiasi rahangnya terlihat sudah semakin lebat.

"Hanya tunangan bukan. Aku tidak terlalu mempedulikan itu, Paul." Ucap Lesyen sembari memainkan pena ditangannya.

"Tetapi Duke---"

"Lebih baik kau membantu aku menyingkirkan bulu bulu ini. Mereka membuatku risih." Paul selaku asisten pribadi pria itu mengangguk. Ia lalu memanggil beberapa Pelayan yang memang sudah memiliki tugas khusus dari sang Duke. Hanya 2 pelayan saja uang memiliki tugas iti.

"Lain kali jangan menambahkan bulu bulu ini terlalu banyak. Mereka membuatku risih dan tubuhku terasa gatal."

"Baik Tuan duke."

🌸🌸🌸

Setelah pulang dari Alun alun kota, putri Amoure langsung menuju kantor kaisar, Ayahnya. "Salam yang mulia. Tuan Putri Amoure meminta izin untuk masuk." Kaisar mengeritkan alisnya. "Izinkan." Putri Amoure memasuki ruangan.

Disana sudah terdapat Putra mahkota yang terlihat tengah membicarakan sesuatu dengan Kaisar. "Maafkan aku jika mengganggu." Kaisar menganggukkan kepalanya.

"Duduklah, Putri Amoure." Putri Amoure menganggukkan kepalanya. Lalu duduk disebelah Kakaknya.

"Ada apa?" Tanya Kaisar.

"Ayah, aku ingin bertanya." Putra mahkota Allaric menatap adiknya. "Ada apa?" Tanya Pria itu tanpa menghiraukan ayahnya yang menatap ia tajam akibat tidak sopan mendahului yang lebih tua.

"Bukankah alun alun kota merupakan tempat yang pasti terdapat prajurit yang profesional?" Keduanya mengangguk dengan serempak. "Lantas?" Tanya Kaisar.

"Tetapi aku masih melihat banyaknya rakyat yang terkena palak dari pemuda gila disana ayah." Pemuda gila? "Aku tidak mengerti maksudmu." Ucap Putra mahkota.

"Maksudku, kenapa bisa Prajurit itu tidak memenjarai mereka yang melakukan tindakan kasar pada rakyat kakak. Apakah mereka memakan gaji buta?" Kaisar menatap putrinya rumit. Ia lalu menganggukkan kepalanya faham.

"Apa kau yakin Amoure?" Kaisar kembali bertanya. Dengan semangat Putri Amoure menganggukkan kepalanya.

"Aku melihatnya sendiri ayah. Bahkan prajurit disana tidak ada yang berlalu lalang. Aku tidak melihat Prajurit selain di perbatasan alun alun dengan desa."

"Oh iya, mereka hanya berjaga didepan pintu alun alun." Kaisar menganggukkan kepalanya.

"Kembalilah kekamarmu, Adikku. Istirahatlah, kau baru saja kembali." Putri Amoure menatap ayahnya. "Kembalilah Amoure, ayah akan mengurus ini." Ucap Pria itu sembari membuka dokumen. Putri Amoure menghela nafas. Ia mengangguk lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Diperjalanan menuju kediamannya, Putri Amoure bertemu adik pertamanya. Allan Cloer Blean, pangeran ketiga.

"Salam kakak, semoga dewa selalu memberkatimu." Sapa Pangeran Allan dengan senyum manisnya. Putri Amoure membungkukkan sedikit badannya menerima salam dari adik pertamanya.

Back to the Past?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang