"Terkadang rasa sakit itu tidak harus diungkapkan. Tapi dinikmati, dipendam dan dilupakan."
Arya Biankara Maheswa
•
•👑👑👑
Awan gelap bergerombol menutup cahaya matahari, mengiringi setetes demi setetes air kehidupan jatuh ke permukaan bumi. Di antara ribuan butiran air hujan, seorang gadis yang memakai hoodie hitam dengan tudung yang menutup kepala tengah duduk seorang diri.
Sunyi, hanya terdengar rintikan hujan yang mengisi kesunyian. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri karena hawa dingin yang cukup menusuk kulit. Bola mata hitam pekatnya pun terus menatap ke arah jalan, berharap ada kendaraan yang datang.
Padahal waktu masih berpihak pada sore hari, namun terasa seperti waktu dimana cahaya matahari pergi meninggalkan bumi. Gelap tapi tenang, sepi tapi nyaman, itulah yang dirasakan gadis itu saat ini.
Hari yang cukup sial. Ponselnya yang lowbet dan ternyata turun hujan deras membuat dirinya terjebak di halte seorang diri. Andaikan saja ponselnya tidak lowbet, dia bisa menelpon seseorang untuk menjemputnya.
"Mana motor mogok segala. Runyam banget hidup gue hari ini."
Rissa menggesekkan kedua telapak tangannya untuk menghangatkan kulit yang sudah keriput dan pucat akibat terkena air hujan.
"Duduk berdua di halte, diselimuti jaket punya si cowok, dipeluk dari samping dan menikmati hujan bersama dengan rasa cinta sampai hujan reda. Anjir gue menghalu," gumamnya mulai berhalu, membayangkan adegan cerita fiksi yang pernah dia baca.
"Kenyataannya nggak sesuai ekspektasi."
"Gila, gue bisa gila beneran kalau kebanyakan halu. Rissa! Lo harus sadar ini dunia nyata, bukan fiksi," lanjutnya sambil memijit pelipisnya yang terasa pening.
Rissa menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan perlahan. Sepertinya dia harus mengurangi hobi membaca novel supaya tidak mengganggu kesadaran otaknya. Cukup sadar diri, karena imajinasi manusia terlalu sempurna jika ditayangkan di dunia nyata.
Rissa mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik. Sempat ragu, namun tak lama kemudian dia tetap menyalakan pemantik itu. Hisapan pertama sangat dia nikmati sebelum akhirnya asap yang berasal dari mulut menyembur ke udara.
"Hm. Sorry, Na!" gumamnya pelan.
Dalam kondisi seperti ini, duduk seorang diri dibawah guyuran hujan memang membuat pikiran bisa berkelana ke mana-mana. Selain bosan, memikirkan hal yang tidak seharusnya diambil pusing biasa terjadi pada saat ini.
Beberapa saat kemudian terlintas sosok laki-laki yang menantangnya di arena balap. Orang yang berhasil mengalahkannya dan menyapanya dengan sebutan yang terdengar familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Not A Badboy
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Bagaimana jika putra dari seorang jenderal TNI-AD yang merupakan berandalan pesantren kembali ke Jakarta? Ini adalah kisah seorang anak laki-laki bermata hazel yang mengalami problem keluarga dan dihantui oleh masa lal...