36. Cemburu

45.2K 3.8K 2K
                                    

"Jangan memaksakan sesuatu yang tidak ditakdirkan untukmu. Kamu dan dia adalah dua orang yang berbeda dengan jalan takdir yang berbeda pula."

Clarissa Athanasia

°°°

👑👑👑

Netra hazel milik seorang laki-laki yang duduk di salah satu meja restoran menatap kosong ke arah makanan dan minuman yang ada di hadapannya. Menu yang disajikan belum berkurang sedikitpun kala laki-laki itu hanya menatap dan terlihat tidak ada minat untuk menyentuhnya sama sekali.

Koki yang melihat laki-laki itu dari kejauhan menjadi tidak tenang dan gelisah karena menu buatannya belum dinikmati. Di sebelahnya seorang laki-laki yang merupakan manager restoran akhirnya menghampiri pemilik restoran itu.

"Assalamualaikum."

Farez menatap laki-laki paruh baya itu sekilas lalu menjawab salam," waalaikumsalam."

"Maaf jika mengganggu waktunya. Sepertinya anda kurang tertarik dengan menu makanan ini. Apa ingin diganti dengan yang lain?" tanya manager itu.

"Jangan terlalu formal, om. Santai aja," ujar Farez kemudian meraih sendok untuk mencicipi menu yang disajikan untuknya.

"Hahah. Jangan gitu dong mukanya. Kamu bikin mereka takut. Coba senyum dikit, masa muka ganteng gitu nggak ada ekspresinya sama sekali," kata manager itu.

"Kamu ada masalah? Atau sedang putus cinta?"

Farez tertegun. Putus cinta? Farez juga tidak tahu kenapa dia seperti itu. Hanya saja sikap Rissa yang sudah berubah membuat pikirannya tidak tenang.

"Nggak ada masalah," sahut Farez. Masih dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Manager itu duduk di depan Farez lalu mengamati remaja itu. Sudut bibirnya terangkat mengukir senyuman tipis. Remaja di depannya ini mengingatkannya pada seseorang.

"Diana."

Pergerakan Farez terhenti ketika laki-laki paruh baya di depannya menyebut nama bundanya. Dia menatap datar manager itu yang sedang tersenyum.

"Melihat kamu yang diem aja dan duduk tanpa menyentuh makanan, aku jadi teringat dengan pertemuan pertama kali antara Diana dan Kevin," kata manager itu antusias.

Farez tersenyum getir. Entah kenapa dia bukan mengingat kisah pertemuan kedua orang tuanya, justru yang dia ingat bagaimana sikap Kevin selama ini.

"Apa ... Kamu membenci ayahmu?"

Deg!

Farez terdiam. Sungguh, Farez tidak membenci ayahnya sama sekali. Hanya saja dia kecewa dengan Kevin yang selalu bersikap tidak adil dan terlalu mengekang hidupnya. Namun dia tidak bisa menyalahkan ayahnya yang merupakan orang tua tunggal dan orang yang telah berjasa merawatnya hingga remaja.

Dia hanya kecewa. Ya, Farez hanya kecewa dengan sikap ayahnya.

"Mau bagaimanapun sikapnya, dia tetap ayah saya."

Jawaban Farez membuat manager itu menatapnya dengan sendu. Dari wajah datar tanpa ekspresi itu, tersirat banyak luka yang sengaja ditutup rapat-rapat. Anak itu sedang menutupi lukanya.

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang