35. Perasaan yang hilang

40K 3.4K 444
                                    

"Bukti nyata cinta adalah pernikahan, bukan sekedar hubungan cinta tanpa kepastian."

Kinaan Alfarez Dirgantara

°°°

👑👑👑


Sinar matahari yang menembus gorden kamar yang bernuansa abu-abu itu membuat sosok gadis yang tidur di ranjang membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa sakit terutama di bagian pipi. Begitu mengingat kejadian yang membuat rasa sakit itu, Rissa sontak membelalakkan matanya.

"Kia?" paniknya kemudian berusaha turun dari kasur.

Namun ketika dia berdiri, penglihatannya tiba-tiba kabur. Semua di sekelilingnya buram dan lama kelamaan tidak terlihat. Rissa ambruk ke lantai sambil menyentuh kepalanya yang terasa pusing.

"Akh. Pusing banget," lirih Rissa sambil memukul-mukul kepalanya.

"Astagfirullah, Rissa!"

Nindya yang baru saja masuk ke dalam kamar anaknya terkejut ketika melihat Rissa yang duduk di lantai. Dia segera membantu putrinya untuk bangun lalu memapahnya agar duduk di kasur.

"Mana yang sakit? Bilang sama momy!" kata Nindya panik sambil memeriksa seluruh tubuh anaknya.

"Mana Zakiya?" tanya Rissa.

Bukannya memikirkan dirinya yang sakit, Rissa justru merasa khawatir dengan kondisi Zakiya. Dia ingin menemui gadis itu dan memastikan apa kondisinya baik-baik saja.

"Zakiya nggak apa-apa sayang. Dia ada kok di luar," ujar Nindya sambil mengusap rambut putrinya.

"Dia baik-baik aja?"

Nindya mengangguk mantap, seolah menyakinkan ucapannya. "Iya sayang. Dia baik-baik aja, justru kamu yang nggak baik. Lihat nih, muka sama tangannya kebiruan."

"Udah biasa. Rissa mau keluar," sahut Rissa sambil beranjak berdiri.

"Istirahat aja sayang. Kamu-"

"Mau keluar, mom. Mau lihat Kia dulu," ujar Rissa, memotong perkataan wanita paruh baya itu.

Karena tidak bisa dibantah, akhirnya Nindya mengangguk. "Ya sudah. Ayo, momy bantu jalan."

"Nggak perlu. Rissa masih kuat jalan kok," sahut Rissa.

Saat berjalan, Rissa baru menyadari kalau tangannya terdapat banyak goresan luka. Sepertinya semalam dia tidak hati-hati sehingga bisa mendapatkan luka separah itu.

"Pelan-pelan! Nanti jatuh," tegur Nindya saat Rissa berjalan cepat menuruni tangga. Putri sulungnya itu memang selalu membuat dirinya khawatir.

Rissa berjalan ke ruang tamu saat mendengar ada suara seseorang yang sedang mengobrol. Dia segera mempercepat langkahnya karena sudah tidak sabar lagi melihat Zakiya. Kalau sampai gadis itu ternyata tidak baik-baik saja, berarti dia gagal menjaganya.

"Kia, Lo nggak ap-"

Mata hazel milik sosok laki-laki yang duduk di hadapan ayahnya membuat Rissa terdiam. Entah apa yang mereka bicarakan, namun kedatangannya telah menyita perhatian semua pasang mata yang ada di ruang tamu.

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang