12. Vokal Hadroh / Wakil ketua geng

40.9K 2.9K 71
                                    

"Jangan pernah menilai orang dari masa lalunya, karena kita sama-sama pendosa namun dengan cara yang berbeda."

Clarissa Athanasia Raymond

.
.

👑👑👑

Asam lambung yang naik membuat perut melilit disertai keringat dingin di sekujur tubuh. Rasa sakit yang luar biasa kini dirasakan oleh sosok remaja yang tengah berbaring di kasur dengan tubuh menggeliat karena kesakitan. Kebiasaan yang jarang mengkonsumsi makanan dan hanya meminum susu di botol berwana pink itu yang membuat maag-nya kumat.

Karena kesal tidak mematuhi apa yang diucapkannya, Farez hanya diam, duduk di kursi sambil memperhatikan sahabatnya yang kesakitan. Tidak ada niat untuk menolongnya atau memberikan obat.

"Sakit?" tanya Farez dingin.

"S-sakit banget... An-jing!!" rintih Arthur sambil meremas-remas perutnya.

Farez sudah memperingati cowok itu berulangkali supaya menjaga pola makannya karena dia merupakan orang yang memiliki penyakit maag. Asam lambung yang naik dan tingkat kesakitan yang dia rasakan seharusnya bisa membuat cowok itu sadar. Tapi ternyata tidak.

"Asam lambung bisa bikin orang mati."

Arthur berdecak sebal. Bukannya membantu dirinya, Farez justru terlalu banyak basa-basi. "Am...bilin obat!!"

"Gitu caranya minta tolong?"

Farez membiarkan Arthur seperti itu supaya dijadikan pelajaran agar kedepannya tidak akan molor makan lagi. Dia juga ingin memberitahu kepada cowok itu cara meminta tolong yang benar.

"Ck. Bawel, anjing!! Cepet ambilin obat!"

"Susah ngucap kata 'tolong'?"

Menjinakkan manusia seperti Arthur memang tidak mudah. Meskipun banyak perubahan semenjak cowok itu di luar negeri, tapi tetap saja sikapnya yang suka memerintah dan tidak suka meminta tolong masih melekat. Farez hanya ingin mengubah kebiasaannya dengan cara sedikit kejam. Ralat, ini bukan kejam tapi memaksa. Farez tahu makna kejam itu seperti apa.

Dia tetap duduk diam menunggu cowok itu mengucapkan kata yang sangat sederhana namun tidak semua orang bisa mengucapkannya.

"Tolong, maaf dan terimakasih. Sulit?"

"REZ!!" bentak Arthur tidak tahan lagi.

Farez tidak menjawab. Dia terus menunggu cowok itu mengucapkan kata yang dia inginkan. Apa seperti ini berlebihan? Tentu saja tidak. Cowok itu perlu sedikit diberi pelajaran supaya bisa menghormati orang lain.

"T-tolong!"

"Hm?"

"Gue... M-minta tolong... " ucap Arthur penuh penekanan meskipun sedikit terbata-bata.

Obat yang Arthur inginkan sebenarnya ada di dalam laci nakas. Farez selalu menyediakannya di tempat itu untuk berjaga-jaga jika maag sahabatnya kambuh. Tapi Arthur tidak tahu tentang itu.

Farez membuka laci nakas lalu memberikan obat maag itu. Arthur yang mengetahui obatnya ada di laci nakas menatap tajam Farez karena telah mempermainkannya. Sungguh, jika cowok itu mengetahui obatnya ada di sana, dia tidak akan memohon seperti tadi.

"Minum! Gue nggak mau balik nanti liat lo mati." Setelah mengucapkan kalimat itu, Farez berjalan keluar dari dalam kamar.

Begitu melihat Farez keluar tanpa memberitahu tujuannya kemana, Arthur segera meminum obatnya kemudian langsung menyusul langkah cowok itu. Persetan dengan rasa sakitnya, dia semakin mempercepat langkahnya ketika mendengar suara mesin motor.

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang