"Rasanya sakit sekali ketika batin terus disiksa, bahkan sampai bisa merasakan adanya nyawa tanpa kehidupan."
Kinaan Alfarez Dirgantara
°°°
"Sosok manusia yang berusaha bertahan ketika mentalnya sedang dipermainkan. Jiwanya masih ada, raganya masih utuh, namun kehidupannya telah berakhir semenjak luka itu hadir."
Clarissa Athanasia Raymond
°°°
👑👑👑
Awan gelap bergerombol menutupi cahaya rembulan. Angin berhembus kencang membuat dedaunan mulai berjatuhan diiringi dengan gemuruh di langit yang lama kelamaan semakin menggetarkan bumi.
Butiran-butiran air kehidupan yang berjatuhan lama kelamaan menjadi semakin banyak. Kala hujan membasahi bumi, sebuah motor besar berwarna hitam melaju kencang membelah jalan raya.
Malam semakin larut menjelang pagi. Pemuda yang berkendara diluar batas normal itu tidak memikirkan resiko berkendara di jalan yang sudah mulai licin. Tujuannya hanya satu, yaitu segera sampai ke tempat tujuan.
Farez tidak bisa tidur di rumah. Akhirnya dia memilih untuk pergi ke markas meskipun jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Dia yang tidak tahu kalau malam itu akan hujan akhirnya kehujanan di jalan.
Di tengah perjalanan, ponselnya tiba-tiba berdering. Awalnya pemuda itu tidak menghiraukannya. Namun karena ponsel itu terus-menerus berbunyi apalagi hujan semakin deras, akhirnya dia berhenti di halte untuk berteduh.
Panggilan tak terjawab dari Jeky telah memenuhi layar utama di ponselnya. Saat panggilan itu kembali muncul, Farez lantas menerima panggilan tersebut.
"Assalamualaikum."
"Shalom."
"Gue nggak jadi ke sana, Rez. Karin dalam bahaya, gue nggak bisa ninggalin dia sendirian."
"Bahaya?"
"Dia hampir dibunuh sama orang misterius jubah hitam. Tapi pelakunya berhasil kabur."
Farez terdiam. Hampir dibunuh? Kenapa ada orang yang ingin membunuh anak dari pemilik SMA Galaksi?
"Butuh bantuan?"
"Gue udah minta tolong beberapa anak Argos buat jaga-jaga disini. Gue juga udah lapor polisi."
"Lo cepat ke markas. Perasaan gue nggak enak."
Sambungan telepon diputus sepihak. Farez lantas menyimpan kembali ponselnya lalu menaiki motor. Dia tidak mau lagi menunggu di tempat itu. Motornya melaju kencang membelah luasnya jalan dan derasnya hujan yang mengguyur ibukota.
Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya Farez sampai di markas besar Argos. Di sana masih ramai dengan anak-anak Argos. Alfian dan Arya pun katanya sedang menginap markas, pasti kedua cowok itu sudah molor duluan.
"Woy, Rez. Join ngegame," ajak salah satu anggota Argos yang sedang mabar dengan yang lain.
Farez menggeleng singkat ke arah laki-laki itu lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Dia ingin mengganti pakaiannya yang basah lalu segera beristirahat. Menurutnya, markas besar Argos adalah rumah kedua dan rumah ternyaman untuk istirahat daripada rumahnya sendiri.
Di dalam kamar mandi, Farez melepas pakaiannya lalu berdiri di bawah shower. Dia menghidupkan benda itu lalu mendongakkan wajahnya agar terkena air yang mengalir dari atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Not A Badboy
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Bagaimana jika putra dari seorang jenderal TNI-AD yang merupakan berandalan pesantren kembali ke Jakarta? Ini adalah kisah seorang anak laki-laki bermata hazel yang mengalami problem keluarga dan dihantui oleh masa lal...