52. Pertemuan Pertama

28K 2.6K 102
                                    

Episode Lanjut>>

👑👑👑

Buliran bening luruh di pipi farez dengan deras. Dia berusaha berdiri namun tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan pria bertopeng itu yang kini semakin menekan kakinya di punggung Farez.

"Astaga, Farez. Baru kali ini gue lihat Lo nangis. Seberapa berharganya anak ini sampai Lo mati-matian nyelametin dia?" tanya sosok berjubah hitam itu dengan nada sok khawatir yang pada akhirnya dia tertawa terbahak-bahak karena puas melihat Farez yang menderita.

"Hahaha. Siapa namanya tadi? Ares?"

"Ututu, sayangnya sang dewa perang bukan mati di medan perang, tapi harus mati di atas gedung."

"Salam perpisahan buat ayah, Ares."

Bayi itu semakin menangis histeris. Farez yang tidak bisa berbuat apa-apa menatap tajam sosok berjubah hitam itu yang mengayunkan anaknya di batas atap ketinggian lantai tiga gedung.

"Jangan sakiti dia! Apa mau Lo!" seru Farez. Dia menatap sosok berjubah hitam itu dengan raut wajah emosi.

Namun raut wajah Farez yang terlihat marah serta air matanya yang semakin mengalir deras membuat sosok berjubah hitam itu semakin merasa senang dan puas.

"Gue mau merusak kebahagiaan Lo. Karna Lo udah merusak hidup gue... FAREZ!!" bentak sosok berjubah hitam itu di kata terakhir.

Farez terpaku, menatap sosok tersebut dengan raut wajah bingung. Merusak hidup orang? Siapa? Apa maksudnya?

"Kalau anak ini mati..."

"JANGAN!" pekik Farez sambil berusaha berdiri namun tidak bisa karena pria bertopeng itu menahannya.

"Hahaha. Mati! Dia harus mati!" ujar sosok tersebut sambil melempar Ares ke udara dan menangkapnya kembali seperti mainan.

"JANGAN SAKITI, ARES!"

"DIA HARUS MATI!!"

"JANGAN!!"

Buliran bening mengalir deras di pipinya. Akhirnya dia memohon, "t-tolong. Jangan sakiti anak gue."

"Cukup gue aja. Apapun yang Lo mau," lanjut Farez.

Sosok berjubah hitam itu tertawa terbahak-bahak seakan puas dengan penderitaan Farez. Dia tak lagi melempar anak itu ke udara. Sorot matanya kini mengarah kepada laki-laki yang tengkurap di lantai dengan darah yang semakin merembes di bajunya.

"Pukuli dia sampai wajah tampan itu rusak," titah sosok tersebut.

Laki-laki bertopeng anymous itu menarik baju belakang Farez hingga laki-laki itu berdiri. Dia melempar tubuh Farez ke lantai atap dengan kasar lalu menginjak perutnya sekuat tenaga.

"Akhhh!" Farez menjerit kesakitan sambil memejamkan matanya.

Laki-laki bertopeng itu menghujani wajah Farez dengan pukulan yang bertubi-tubi dan menendangi seluruh tubuhnya tanpa ampun.

Tak peduli dengan apa yang terjadi padanya, Farez lebih khawatir dengan keselamatan anaknya. Dia terus melirik ke arah bayi mungil itu dan selalu berharap agar anaknya tidak celaka.

"Ares, biar ayah saja. Kamu harus baik-baik aja," batin Farez. Sudut matanya mengalir cairan bening bercampur rasa sesak di rongga dadanya.

Tubuh Farez kembali dihantam oleh pukulan dan injakan. Wajahnya babak belur bahkan sampai laki-laki itu batuk berdarah.

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang