*Part ini panjang gaes, pelan-pelan aja ya bacanya 🙃❤️
*Teguhkan hatimu saat membaca part ini☺️🌹
Happy reading 💌
👑👑👑
Amarah dari Kevin semakin membara ketika mengetahui ada seorang gadis yang menemui Farez lewat balkon kamarnya. Untuk keamanan rumah, Kevin tidak segan untuk memasang CCTV dan beberapa perangkap untuk mengantisipasi jika ada penjahat masuk.
Jikalau ada yang berhasil, itu artinya ada orang dalam yang sengaja membantunya menerobos keamanan rumah. Tanpa disangka putra bungsunya berani menyelinapkan wanita ke dalam kamarnya pada waktu subuh, sehingga membuat laki-laki itu marah besar.
Menjelang magrib, dia memarahi habis-habisan putra bungsunya di pekarangan rumah. Kedua pipi Farez sampai mati rasa akibat ditampar oleh ayahnya.
"KAMU BERMAIN WANITA, FAREZ?" bentak Kevin.
"Tidak, ayah."
"Lalu siapa wanita itu?"
Farez terdiam. Tidak mungkin dia akan memberitahu siapa wanita itu. Bagaimana kalau ayahnya datang ke keluarga Raymond dan bertengkar dengan tuan rumah disana karena putrinya berani masuk ke rumah Dirgantara dengan cara seperti itu?
"Dia..."
Farez tidak sengaja melihat bik Wanti yang mengintip dari pintu. Wanita itu menggerakkan tangannya seolah memberi isyarat permintaan maaf. Saat itu juga Farez paham, ternyata yang membantu Rissa masuk ke rumahnya adalah pembantu itu.
"Kamu yang membantu dia masuk?" tanya Kevin dengan tegas.
Bik Wanti terus memohon maaf dengan isyarat. Takut jika tuannya tahu kalau dirinya yang membantu nona itu masuk, tapi dia lebih khawatir ketika melihat Farez dimarahi oleh ayahnya.
Karena tidak menjawab, Kevin melayangkan kepalan tangannya ke wajah Farez sampai cowok itu terjatuh. Nafasnya memburu tatkala putra yang dia anggap sudah berubah justru lebih parah kelakuannya.
"BERANINYA KAMU MEMBAWA WANITA ASING MASUK!! SIAPA WANITA ITU??"
Bogeman mentah itu mengenai telak di rahang kokohnya. Telinganya sampai berdengung karena hantaman itu begitu kuat. Hidungnya pun mengalir darah segar namun segera diusap sebelum ayahnya melihat.
"JAWAB SAYA! SIAPA WANITA ITU?"
Farez masih terdiam. Dia blank karena kepalanya sangat pusing akibat pukulan itu. Jadi dia tidak bisa berpikir alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan dari ayahnya.
"Dia..."
"Jangan berbohong! Atau kamu, saya kirim ke pesantren lagi."
Bik Wanti menangis melihat nasib Farez karena ulahnya. Akhirnya dia memilih untuk membuka pintu lalu ingin berlari menyelamatkan Farez dan mengakui kesalahannya. Namun remaja itu menatap tajam ke arah pembantunya sebagai peringatan untuk tetap diam di sana.
"Sangat mengecewakan!"
Deg
Nafasnya tercekat ketika kalimat itu menerobos indra pendengarannya. Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya tiba-tiba panas dingin dan bergetar. Perlahan suara berisik mulai memenuhi otaknya, keringat dingin pun mulai membanjiri tubuhnya.
Apa hanya karena sebuah perkataan bisa membuat dia mengalami hal aneh ini lagi?
Bukan karena tidak kuat untuk berdiri lagi, tapi karena ada sebuah tekanan batin yang membuat dirinya tiba-tiba lemas dan pusing. Terasa seperti ada sesuatu yang sedang mengobrak-abrik pikirannya. Saking sakitnya tekanan batin itu membuat dirinya mencakar tanah dan meremasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Not A Badboy
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Bagaimana jika putra dari seorang jenderal TNI-AD yang merupakan berandalan pesantren kembali ke Jakarta? Ini adalah kisah seorang anak laki-laki bermata hazel yang mengalami problem keluarga dan dihantui oleh masa lal...