47. Wanita Itu Tidak Lemah

35.5K 3.1K 593
                                    

"Jangan terlalu sering memendam rasa sakit. Rasa sakit itu bisa menjadi bom waktu yang akan meledak dan menghancurkan jika kamu sudah tidak bisa menahannya lagi."

Kinaan Alfarez Dirgantara

><

👑👑👑

"GUE SUKA SAMA LO, REZ. KENAPA LO JUSTRU MILIH DIA?"

Farez tidak menyangka kalau Nisa sangat terobsesi dengannya sampai berbuat seperti itu. Bahkan gadis itu tega membuat kedua orang tuanya malu dan kecewa akibat kelakuannya.

Hanya karena cinta, gadis itu berani melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Hanya karena cinta, dia nekat membuat orang lain terluka. Dan hanya karena cinta, dia tega membuat kedua orang tuanya kecewa.

Nisa merupakan gambaran ketertarikan dan nafsu manusia yang tidak bisa dikontrol. Sekarang Farez semakin paham kalau...

Manusia yang tidak bisa menahan nafsunya itu sangat mengerikan.

Bukan hanya nafsu cinta saja, semua nafsu yang berujung maksiat adalah hal yang mengerikan. Kenapa dikatakan mengerikan?

Karena nafsu dan maksiat adalah suatu hal yang sangat menyenangkan namun bisa menghancurkan manusia.

"FAREZ! GUE NGELAKUIN ITU SEMUA DEMI LO! KENAPA LO SAMA SEKALI NGGAK MELIRIK GUE? KENAPA, REZ? KENAPA?"

"GUE LEBIH BAIK DARI RISSA! GUE JAUH LEBIH ALIM DAN CANTIK DARIPADA RISSA. RISSA ITU CEWEK KOTOR!"

Farez mengepalkan tangannya erat sampai urat-urat ditangannya menonjol. Dia menahan diri mati-matian. Kalau saja Nisa bukan seorang wanita, kepalan kuat itu pasti sudah melayang ke wajahnya.

Ingatan saat dia menemui Nisa masih terus berputar di dalam otaknya. Hal itu membuat hati Farez menjadi tidak nyaman saat ingin masuk ke dalam rumah.

Apakah Rissa baik-baik saja di dalam? Itulah yang ada di pikirannya sekarang. Namun dia tetap meneguhkan hatinya lalu masuk ke dalam rumah, mencari keberadaan Rissa.

Kegelisahan Farez perlahan memudar saat melihat seorang wanita yang sedang memasak di dapur sambil mengobrol dengan seseorang yang ada di ujung telepon.

Begitu mendengar suara derap langkah seseorang yang masuk ke dapur, Rissa menoleh sambil tersenyum lebar. Seolah dunianya sedang baik-baik saja dan lupa akan luka yang menggores hatinya waktu lalu.

"Eh, Gue tutup dulu, Na. Farez udah pulang."

Setelah menutup sambungan telepon, Rissa mendekati Farez yang masih berdiri di tempatnya. Dengan senyuman lebar dan raut wajah yang terlihat bahagia, dia menyalami Farez.

"Makan yuk! Kamu pasti udah laper kan?" ajak Rissa antusias.

Rongga dada Farez terasa sesak. Nyeri yang menjalar di dadanya masih terasa apalagi saat melihat Rissa yang tersenyum. Tiba-tiba Farez memeluk Rissa dengan erat lalu menyembunyikan wajah di ceruk lehernya.

"Kamu kenapa?" tanya Rissa bingung.

"Maaf," lirih Farez. "Maaf kalau sama aku banyak lukanya."

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang