42. Dua Garis Merah

45.5K 3.7K 1.2K
                                    

"Jangan pernah melakukan pengkhianatan jika kepercayaanmu tidak ingin diragukan."

Kinaan Alfarez Dirgantara

=><=

👑👑👑

"Kita harus ikut, Sa!"

"Tapi Arthur nggak akan bolehin kita ikut."

"Pasti boleh. Gue bakal bujuk dia."

"Kalau gue gagal, giliran Lo bujuk Abang Lo supaya kita bisa ikut."

Setelah berkunjung ke rumah Athena, Rissa menjadi dilema di sepanjang perjalanan. Misi pembantaian BM kedua ini jauh lebih berbahaya daripada misi pembantaian BM pertama yang terjadi 4 tahun lalu.

Farez juga sudah menegaskan bahwa dia dilarang ikut. Tapi Athena menghasutnya supaya tetap bersikeras untuk ikut, bahkan dia sampai pergi ke markas besar Argos untuk membujuk Arthur. Rissa bisa saja menolak keinginan Athena, namun entah kenapa dia membiarkan Athena melakukan apa yang dia inginkan.

Alasannya hanya satu, dia juga ingin sekali bergabung dalam misi itu, seolah ada sesuatu yang memaksa keinginan itu harus terealisasikan.

Dering ponsel yang berbunyi mengalihkan perhatiannya. Dia segera meraih benda pipih yang ada di sakunya lalu menerima panggilan.

"Rissa, gue gagal. Arthur sama anggota inti Argos yang lain tetap nggak bolehin kita ikut."

"Sekarang tugas Lo. Lo harus bujuk bang Kenzo supaya kita bisa ikut sama pasukannya."

"Pasukan bang Kenzo itu anggota kepolisian, Na. Pasti nggak akan dibolehin."

"Coba dulu, Sa. Siapa tau bisa. Kita butuh alasan aja supaya bisa datang ke markas BM bareng polisi."

Rissa terdiam karena mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. Dia sudah menduga kalau Athena keras kepala dan pasti melakukan segala cara supaya bisa ikut dalam misi itu.

"Please! Dicoba dulu. Cuma Lo harapan satu-satunya, Sa."

Rissa menghela nafas kasar. "Oke, gue coba dulu."

"Terimakasih, Rissa. Lo memang sahabat terbaik gue."

Panggilan telepon langsung terputus. Rissa memutar bola matanya malas lalu berkata, "dasar, muji kalau ada maunya doang."

"Gimana coba caranya gue bujuk bang Kenzo supaya kita boleh ikut?"

Keheningan malam mengiringi suasana hatinya yang sedang tidak baik. Angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan dan ranting pohon yang ada di pinggir jalan. Gemuruh serta kilat yang menyambar di langit menandakan ada sebuah anugerah Tuhan yang akan menyapa bumi dengan kebahagiaan.

Perasaan bimbang antara menuruti keinginan dan mematuhi perintah Farez membuat pikiran Rissa kalut sehingga dia tidak menyadari ada sebuah mobil hitam yang terparkir agak jauh dari depan rumahnya.

Saat dia masuk ke pekarangan rumah hingga keluar dari dalam mobil, sosok yang tengah mengamati dari luar menunjukkan raut wajah datar dengan tatapan penuh kebencian.

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang