"Jika ku langitkan namamu, bagaimana jika ternyata bukan aku, melainkan orang lain yang kamu langitkan disetiap doamu?"
Clarissa Athanasia Raymond
👑👑👑
"Saya akan menikah dengan Zakiya. Tolong segera sembuh, Ayah..."
Farez mengusap kasar wajahnya. Dia menghela nafas berat kemudian melangkahkan kakinya pergi. Melihat ayahnya yang kritis bahkan hampir kehilangan nyawanya membuat hati Farez merasa bersalah jika tidak menuruti keinginannya.
Farez belum pernah membahagiakan Kevin. Jika tiba-tiba terjadi sesuatu pada ayahnya, dia pasti akan merasa sangat bersalah karena belum bisa membuat laki-laki itu bangga dan senang.
Selama ini dia belum pernah sekalipun membanggakan Kevin karena pencapaiannya selama ini. Farez hanya ingin setidaknya satu kali dalam seumur hidupnya mendengar Kevin berkata,
"Dia putraku. Aku bangga padanya."
Hanya kalimat sederhana itu yang ingin dia dengar. Tapi mengapa begitu sulit? Mungkin ini jalan satu-satunya atau bahkan terakhir yang bisa dia lakukan untuk membuat ayahnya senang.
"Farez!"
Farez mendongakkan kepalanya. Dari ujung koridor rumah sakit ada sosok gadis berjaket kulit hitam dengan rambut yang dikuncir kuda tengah berlari. Raut wajah khawatir dan tatapan sendu yang nampak pada bola matanya membuat rasa sesak di rongga dada kian menghimpit saluran pernapasan.
"Farez. Lo nggak apa-apa?" tanya Rissa ketika dia sampai di depan Farez.
"Gue mau bicara penting."
Rissa tertegun. "O-oke," sahutnya.
Dia mengikuti langkah Farez menuju ke taman rumah sakit. Entah apa yang akan dibicarakan cowok itu, namun hati Rissa merasa tidak tenang dan gugup.
Rissa bingung harus berbicara apa. Suasana terasa canggung baginya karena Farez hanya diam saja sejak mereka sampai di taman rumah sakit. Posisi duduknya pun juga membuat Rissa tidak nyaman karena dia duduk di kursi taman sedangkan Farez duduk di tanah, berjarak beberapa meter di depannya.
"Mau ngomong apa?" tanya Rissa hati-hati.
Farez masih terdiam. Tatapannya kosong, menatap bebatuan di atas tanah. Tidak ada segurat eskpresi apapun yang ditunjukkan oleh wajahnya. Hingga beberapa saat sebelum akhirnya Farez berdiri lalu menatapnya.
"Gue mau nikah sama Zakiya."
Deg!
Rissa membelalakkan matanya. Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya seketika membeku di tempat. Hatinya terasa sakit seperti dihujam ribuan tombak yang sangat tajam. Sungguh, perkataan itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.
"N-nikah?" tanya Rissa gugup. Bola matanya berkaca-kaca bersamaan dengan rongga dadanya yang terasa sesak.
Farez mengepalkan tangannya erat. "Maaf."
Setelah mengucapkan satu kata itu, dia pergi begitu saja, meninggalkan Rissa yang duduk di bangku taman rumah sakit seorang diri. Sedangkan gadis itu terdiam di tempatnya karena masih tidak percaya sekaligus terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Not A Badboy
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Bagaimana jika putra dari seorang jenderal TNI-AD yang merupakan berandalan pesantren kembali ke Jakarta? Ini adalah kisah seorang anak laki-laki bermata hazel yang mengalami problem keluarga dan dihantui oleh masa lal...