49. Sebuah Harapan

33.6K 3.3K 411
                                    

"Bodoh, jika ada laki-laki yang berani menyakiti wanita yang diratukan oleh keluarganya."

"Semakin bodoh pula, jika ada laki-laki yang berani menyakiti wanita yang sejak kecil tidak pernah diratukan atau mendapatkan kebahagiaan di keluarganya."

"Laki-laki yang berotak dan bertanggungjawab pasti tau bagaimana cara memperlakukan wanitanya."

Kinaan Alfarez Dirgantara

👑👑👑

Jadwal kuliah dan pekerjaan yang semakin padat membuat Farez jarang di rumah dan sering pulang telat bahkan larut malam. Dia yang khawatir jika terjadi sesuatu dengan Rissa akhirnya menempatkan bik Wanti —pembantu di rumah keluarga Dirgantara yang diminta Farez dari Kenzo, seorang sopir yang siap untuk mengantarkan kemana saja istrinya pergi dan satu bodyguard yang siap dengan apapun yang dibutuhkan majikannya.

Namun hal itu justru membuat Rissa merasa terkekang. Dia merasa seperti diawasi oleh CCTV berjalan sehingga merasa tidak nyaman dengan segala kegiatannya yang membosankan di dalam rumah.

Mungkin bagi Farez itu adalah keputusan yang sesuai untuk menjaga istrinya. Tapi dia melupakan satu hal. Rissa, sosok wanita berjiwa bebas itu tentu saja tidak kesulitan untuk melarikan diri dari pengawasan CCTV berjalan dari suaminya.

Dengan santainya, kini dia berjalan di komplek perumahan sambil menoleh ke kanan kiri, mencari sesuatu yang menjadi alasan dia melarikan diri dari rumah.

"Kok nggak ada yang punya sih?" gumam Rissa kesal. Dia sudah lelah berjalan namun belum menemukan apa yang dia cari.

Sebenarnya hal yang mudah bagi Rissa untuk meminta sesuatu. Tapi dia sejak kecil sudah terbiasa mandiri dan bebas melakukan apapun yang dia mau tanpa meminta bantuan orang lain. Menurutnya terlalu lambat jika harus menyuruh orang. Lebih baik dia turun tangan sendiri.

"Nah, itu dia. Akhirnya ketemu juga," ucap Rissa antusias saat apa yang dia cari sudah ada di depan mata. "Tapi..."

Pohon mangga yang menjulang tinggi itu berbuah banyak dan ada beberapa yang sudah matang. Buahnya ada yang sampai melewati pagar namun Rissa ragu untuk langsung memetiknya.

"Dulu gue langsung ambil tanpa bilang sama yang punya. Tapi kalau sekarang langsung ngambil, nanti Farez marah," gumam Rissa ragu.

Rissa masih teringat jelas saat mencuri mangga dan memakannya bersama Athena, Alfian dan Arya di markas. Alhasil perbuatannya membuat Farez marah.

Dia menatap nanar buah mangga yang seolah-olah melambaikan tangannya, menggoda Rissa untuk segera memetiknya. Rissa ingin, tapi dia malu jika harus meminta izin pemiliknya untuk mengambil mangga itu.

Sosok Clarissa Athanasia meminta sesuatu kepada orang lain? Selama hidup di keluarga yang serba ada dan jiwa yang bebas tanpa larangan, Rissa tidak pernah meminta sesuatu kepada orang lain. Apalagi hal sepele seperti mangga yang ada di hadapannya.

"Ishhh. Seharusnya gue ngajak bik Wanti tadi," gerutu Rissa kesal.

Rissa sudah berjalan terlalu jauh, sehingga malas untuk kembali ke rumah hanya untuk meminta bik Wanti mengambilkan mangga. Karena terburu-buru melarikan diri, dia juga lupa membawa ponselnya sehingga tidak bisa menghubungi siapapun.

He's Not A Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang