Perkenalan yang Kikuk

532 32 0
                                    

Anjani bisa melihat Arman yang baru keluar dari ruangan sepupunya, Burhan. Ia diam-diam mengintip dari balik layar komputernya sambil sesekali pura-pura sibuk bekerja. Ah, ia jadi berpikir apakah dirinya dulu pernah punya salah sehingga pria itu begitu marah kepadanya?

Atau mungkin ada kesalahpahaman seperti yang ada dalam novel romance? Bisa jadi pria itu dulu meneleponnya, lalu yang kebetulan menjawab mengatakan agar tak menghubungi Anjani lagi. Atau ada orang yang mengadu domba mereka? Atau pria itu langsung pergi ke Amerika begitu keluar dari panti asuhan? Gadis itu menggeleng cepat. Nanti saja lah ia tanyakan langsung kepada pria itu jika sudah beberapa hari bekerja di sini.

Ia bisa melihat pria itu menghampiri meja divisi IT dan berkenalan dengan rekan satu tim nya, yang semuanya adalah pria. Wajahnya terlihat kembali ramah. Pria itu kemudian tampak asyik mengobrol dan bercanda tawa dengan mereka. Kemudian pria itu menempati meja bekas IT Project Manager yang lama. Ah, posisinya pas sekali dari meja Anjani. Gadis itu bisa sering mencuri-curi pandang nanti.

Lalu tak lama pria itu berdiri hendak berkeliling berkenalan satu persatu dengan para karyawan. Reza, salah satu anak buahnya ikut mendampingi. Ah, itu artinya pria itu akan kesini nanti. Dirinya buru-buru membuang muka dan pura-pura sibuk bekerja.

Sambil mengecek berkas klien-nya, Anjani bisa mendengar suara Arman yang sedang bercerita sambil bercanda tawa dengan para karyawan dari divisi lain. Dari situ Anjani bisa mendengar tempat kuliah dan tempat kerja terakhir pria itu selama di Amerika.

Akhirnya tiba juga, Reza mengajak pria itu ke divisi Social Media. Anjani pura-pura tak melihat.

"Nah, kalau ini divisi Social Media, Pak," ujar Reza sambil menunjuk kemudian melihat ke tim social media. "Teman-teman, ini Pak Arman mau berkenalan."

Baik Sonia, Selvy, Dicky dan Damar pun langsung berdiri dan tersenyum sopan. Anjani mau tak mau juga ikut berdiri dan sengaja berdiri paling belakang. Untung Arman hanya fokus kepada keempat teman lainnya.

"Pagi, Pak," Sapa Sonia sopan.

Reza kemudian mulai memperkenalkan satu persatu. "Ini supervisornya, Sonia." Arman pun dengan ramah menyalami mereka semua. Pria itu juga menanyakan sudah berapa lama mereka bekerja di Aftive dan lain-lain. Jantung Anjani sejak tadi berdegup kencang dan memikirkan bagaimana reaksi pria itu nanti saat bersalaman dengannya.

"Oiya, yang terakhir ada Anjani, Pak." Tunjuk Reza. Sontak Sonia, Selvy, Dicky dan Damar langsung minggir agar mereka berdua bisa bersalaman.

Keduanya sempat kikuk sejenak. Senyuman di wajah Arman langsung memudar dan hanya menatap gadis itu tanpa ekspresi. Anjani akhirnya mencoba profesional karena tak enak juga kalau teman-temannya nanti bertanya-tanya.

Maka ia pun berjalan maju, mengulurkan tangannya kepada pria itu dan tersenyum. "Saya Anjani, Pak." Ah, mengapa suaranya bergetar? Ia masih tak percaya kalau harus bersikap seperti orang lain dengan seseorang yang dulu sangat akrab dengannya.

Pria itu tampak memaksakan senyum, membalas uluran tangan gadis itu, kemudian dengan cepat langsung ia lepaskan. Pria itu tak menanyakan pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan kepada keempat rekan Anjani tadi.

"Ya sudah, semoga kedepannya bisa terjalin kerja sama yang baik, ya." Ujar Arman kepada seluruh tim Social Media.

"Pasti, Pak." Sahut Sonia.

Pria itu dan juga Reza kemudian berlalu. Teman-temannya kembali ke meja kerjanya. Anjani masih berdiri mematung belum beranjak dari posisinya. Jujur saja saat menjabat tangannya tadi, dadanya bergetar hebat.

Selvy dan Sonia tampak girang karena diajak bicara oleh IT Project Manager tampan itu. Mereka tak henti-hentinya mengekspresikan kekaguman dan mata mereka masih tak mau lepas dari pria tersebut.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang