Anjani Meminta Cerai

199 11 0
                                    

Kini tinggal tersisa Arman, Anjani, kedua orang tua Arman, Bu Susati dan Oma Lidya di ruangan itu. Suara teriakan Clara kini sudah tak terdengar lagi.

Anjani masih belum percaya fakta yang baru saja ia lihat. Jadi selama ini Mona berniat balas dendam kepadanya, bersekongkol dengan Clara? Jadi, akar masalah ini hanya karena balas dendam dan niat Clara merebut Arman kembali? Hingga harus mempengaruhi bisnis Febriant Group?

"Menurut Irene ... Andreas sebelumnya sudah bekerja lama untuk Clara dan tidak ada yang tahu." Oma Lidya membuyarkan lamunan mereka, "lalu Clara memintanya untuk membantu Mona."

Mereka masih tak bergeming.

"Ngomong-ngomong Mona yang menyebarkan video itu," lanjut Oma Lidya, "video Anjani dengan Thomas. Dia juga ada di lokasi saat itu."

Anjani mengernyitkan dahi karena merasa tak melihat Mona tadi. Kalaupun Mona ada di lokasi, harusnya heboh, banyak yang meminta foto. Ah, jangan-jangan tadi dia lah yang mengenakan hoodie warna putih, topi, kaca mata hitam dan masker, sehingga tak ada yang mengenalinya. Entahlah!

"Sekarang ... kita harus bicara mengenai pemulihan nama baik kita dan strategi kita berikutnya." Ujar Oma Lidya.

"Kalau begitu, saya pamit pulang dulu ya semuanya." Ujar Anjani tiba-tiba kemudian bangkit dari kursinya. "Saya rasa, saya udah ga perlu lagi ikut pembicaraan soal perusahaan."

"Oh, Anjani, maaf saya lupa bilang karena sibuk sekali dari tadi," ujar Oma Lidya, "pertama-tama kami semua meminta maaf. Kamu juga bisa pulang dan bekerja kembali besok."

Anjani langsung menggeleng cepat. "Tidak perlu. Saya tidak akan kembali lagi ke sini maupun ke Febriant Group."

Sontak Arman juga ikut berdiri dan menatap istrinya dalam-dalam. "Anjani ... aku minta maaf ya untuk semuanya." Ucap Arman dengan penuh penyesalan, "harusnya waktu itu aku percaya sama kamu, ga main usir kamu dari rumah."

Arman memohon sambil memegangi kedua bahu Anjani. "Kamu pulang, ya, Sayang. Please."

Anjani menatap pria di depannya datar sambil matanya berkaca. "Iya aku maafin kamu, Mas, tapi aku nggak bisa melupakan semua perlakuan kasar Mas kemarin."

"Sayang, please, aku akan nebus semua ..."

Anjani langsung memotongnya. "Aku mau cerai, Mas."

Sontak Arman dan lainnya pun tersentak. Arman langsung terisak kemudian memegangi kedua tangan Anjani. "Sayang, please, kemarin aku benar-benar nggak tau kalau sedang dijebak."

"Anjani, kami benar-benar minta maaf, " Oma Lidya ikut memohon, "tolong jangan tinggalin Arman dan kita semua. Nanti kita bisa berikan apa aja yang Anjani mau. Kita bisa bicarakan soal saham ..."

Anjani langsung menggelengkan kepala. "Nggak! Anjani juga udah ga mau lagi jadi bagian dari keluarga ini." Ia jeda sejenak. "Kalian semua ... minta maaf sana sama korban perusahaan tambang kalian. Ada anak yang sampai cacat karena ulah kalian. Masa depan mereka hancur. Bayangin kalau itu terjadi sama Dara, Mas."

"Anjani, terus terang kejadian tersebut ulah suami saya sendiri dan saya baru tahu beberapa tahun belakangan." Ujar Oma Lidya lantang. "Kami janji akan segera beri klarifikasi ke pers dan segera menemui korban."

"Iya, Anjani," timpal Arman, "kamu juga tahu sendiri 'kan, kalau selama ini Oma dan kita semua selalu memberi tunjangan yang fair ke karyawan? Kamu sendiri juga pernah ngerasain."

"Tapi tetap aja ... aku udah nggak bisa lagi ada di sini, aku mau cerai." Tegasnya lagi.

Anjani pun langsung meninggalkan ruangan dan Arman terus mengejarnya sambil terus memohon. "Anjani, please, aku minta maaf." Arman terisak. "Aku nggak mau cerai."

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang