Situasi Mulai Memanas

83 4 0
                                    

"Kamu menjalin kerja sama dengan Monita, kenapa nggak tanya kita dulu?" Oma Lidya mengamuk kepada Burhan.

"Kamu sudah tanda tangan MoU-nya, Burhan?" Timpal Ibunya juga dengan nada penuh amarah.

"Kalau bukan Arman yang cerita, ini kita nggak bakal tau ya!" Timpal Omanya lagi.

Burhan tiba-tiba saja menatap Anjani penuh amarah. Ia pun langsung berjalan menghampirinya. "Ini pasti gara-gara elo." Tunjuk-tunjuk Burhan.

Sontak Arman dan juga lainnya buru-buru mencegahnya.

"Heh, lo mau apain Anjani?" Teriak Arman sambil mendorong sepupunya itu. "Lo mau mukul Anjani? Gila kali ya! Ini yang salah tuh lo sendiri, bukan Anjani, bukan orang lain!"

"Tapi Irene ..."

Arman langsung memotong Burhan. "Irene itu Asistennya Anjani! Elo tadi statusnya pinjam Asisten. Ya wajar dong kalau dia cerita semuanya."

Wajah Anjani tampak ketakutan. Tubuh mungilnya begitu kaku berdiri di pojok ruangan. Mereka kini sedang berkumpul di ruang tengah rumah Burhan sampai tak ada yang duduk satu pun. Suasana begitu mencekam.

"Iya!" Ujar Burhan akhirnya, "dan Burhan juga sudah tanda tangan Mou-nya."

Wajah mereka semua memucat.

"What?" Seru Ibunya tak percaya.

"Mau sampai kapan kita gengsi terus, Oma?" Ujar Burhan dengan nada tinggi. "Tawaran dari dia bagus lho, kita bisa memiliki 50% saham Mont Creative juga. Kita butuh dia! Jadi ya, Burhan ga pikir dua kali buat menyetujui itu."

Clara sejak tadi berusaha menahan tawa. Babak pertama permainannya telah dimulai.

"Jangan sampai Paradisa City jadi bangkrut juga, gara-gara Mona bikin kompetitor yang lebih bagus dari kita." Sambung Burhan. "Harusnya dari bangkrutnya Aftive kalian belajar."

"Tapi kamu emang nggak dengar kemarin kata Nandhi, kalau Monita punya rencana balas dendam sama kita?" Sergah Oma Lidya. "Menghancurkan Febriant Group pelan-pelan. Gimana kalau selama ini itu agendanya dia. Kamu berhasil masuk perangkap dia."

Burhan menatap tajam Anjani lagi. "Oma juga bilang, kalau balas dendam itu mungkin karena adanya dia di keluarga ini!" Ia sambil menunjuknya.

Arman langsung berang. "Heh, maksud lo apa?" Ia hendak menghampiri Burhan namun buru-buru dicegah oleh Ayahnya.

"Mungkin kejadian ini nggak bakalan ada, kalau dia nggak ada di sini!" Burhan berteriak bak orang kesurupan masih sambil menunjuk-nunjuk Anjani. "Mona itu sebenarnya bukan balas dendam sama kita, tapi sama dia."

"Heh ..."

"Udah, lo akuin aja deh, Man, kalau perkataan gue barusan itu benar!" Tantang Burhan. "Salah gue juga sih, dulu yang nyomblangin kalian. Nyesel gue! Harusnya gue bisa dekatin Clara pakai cara lain."

"Ya udah ..."

Burhan memotong Arman lagi. "Inilah akibatnya kalau kita masukin orang yang sejak awal miskin ke keluarga kita." Burhan menatap tajam Anjani lagi. " Elo tuh sama kayak bokap gue, pembawa masalah!"

Anjani mulai menitikkan air mata.

"Sekarang semuanya udah terlambat!" Burhan masih berteriak. "Kita semua udah terlanjur terjebak dalam kondisi ini. Mau nggak mau ya kita harus kerja sama dengan Mona. Dengan gitu, Burhan bisa bujuk dia untuk mengurungkan niatnya menghancurkan Febriant Group, dan cukup hancurin hidup Anjani saja."

Arman yang sudah tak bisa menahan emosi, langsung meninju sepupunya itu dengan sangat kencang hingga jatuh terpelanting. Burhan pun membalas. Semuanya pun memekik dan berusaha meleraikan. Anjani hanya terdiam kaku sambil terisak.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang