Mencoba Menyelesaikan Semua

179 9 0
                                    

"Selamat datang di Paradisa City Hotel Bali, Pak Arman, Bu Anjani dan Non Dara." Sapa seorang staff begitu mereka baru memasuki hotel milik Febriant Group tersebut.

"Terima kasih." Hanya Anjani yang membalas sapaan tersebut sambil tersenyum ramah. Ia pun langsung mencolek Dara dan berbisik. "Dara, bilang terima kasih, dong."

"Apaan sih, Ma?" Ketusnya. "Orang itu kerjaannya dia. Udahlah jangan bikin bad mood."

Mereka pun memasuki lobby mewah dan diantar oleh staff tadi menuju kamar mereka. Anjani pernah menginap di sini beberapa kali, tentu saja ia harus membayarnya sendiri. Pertama ia ke sini hanya sekadar liburan berdua dengan Thomas, kedua bersama anak-anaknya dan ketiga untuk urusan pekerjaan.

Mereka terus berjalan menusuri lorong, semua staff hotel, restoran maupun butik tak henti-hentinya mengucapkan selamat datang atau selamat siang. Arman dan Dara kini sudah mulai sedikit tersenyum.

Anjani merasa sejak tadi tak melihat tamu lain di hotel tersebut, hanya melihat para staff hotel saja. Biasanya di hari kerja pun juga tetap ada tamu meski jumlahnya tak banyak.

"Mas, ini ga ada tamu lain yang menginap ya?" Tanya Anjani kepada staff saat mereka sedang berjalan menuju lift.

Saat staff hotel tersebut hendak menjawab, malah Arman yang menyahuti. "Ga ada. Satu minggu ini hotel sengaja dikosongkan buat kita bertiga."

"Oh?" Anjani pun kaget mendengarnya.

"Iya, Ma. Biar ga ada gangguan." Seru Dara riang. "Ga cuma hotel ini aja yang dikosongin, nanti saat kita main ke theme park dan juga zoo, semuanya harus kosong."

Mereka melewati sebuah patung icon hotel tersebut sebelum memasuki lift.

"Pa, Ma, ayo kita foto dulu bertiga." Pekik Dara riang sambil berlari kecil ke arah patung tersebut kemudian mengambil ponselnya.

Anjani dan Arman sejenak merasa kikuk. Biasanya foto bertiga seperti ini hanya pada saat ulang tahun atau wisuda putrinya itu saja. Sang staff menawarkan untuk mengambilkan foto dan Dara pun menyerahkan ponselnya.

Mereka bertiga pun berdiri membelakangi patung tersebut kemudian berpose. Sang staff memberikan aba-aba dan berhasil mengabadikan momen tersebut. Dara pun tak sabar untuk melihat hasilnya yang sangat bagus.

"Ini nanti aku cetak, terus aku pajang ah di apartemen nanti."

Mereka pun tertawa bersama. Mereka kemudian memasuki lift, di bawa ke lantai paling atas kemudian diantar menuju suite room. Staff tersebut membukakan pintu.

"Silakan Bapak, Ibu."

Anjani pun kaget karena mereka harus berada dalam satu ruangan? Staff tersebut kemudian memberitahukan kalau ada tiga kamar di situ yang masing-masing terdapat kamar mandi dalam. Meskipun ada tiga kamar, tetap saja rasanya canggung.

"Apa saya boleh di kamar lain saja?" Tanya Anjani spontan, "pada kosong juga, 'kan?"

"Mama!" Protes Dara, "ini aku sengaja minta kayak gini sama Papa. Udahlah, orang kamarnya pisah juga. Biar kita kayak keluarga beneran yang tinggal dalam satu apartemen."

Anjani hanya bisa mengalah, toh kamarnya juga saling berjauhan. Setelah staff tersebut pamit, Arman langsung memberitahu kamar masing-masing.

"Oke, Dara karena kamu sering tidur di sini, jadi biar Mama aja ya yang kamarnya dekat balkon." Ujar Arman.

"Oke."

Anjani pun terperangah karena Arman memprioritaskan dirinya dengan memberinya kamar utama. Yang membuatnya terharu, ternyata mantan suaminya itu masih ingat kalau Anjani hobby melamun di balkon setiap malam.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang