Are You Okay?

48 2 0
                                    

Mona yang hendak pulang pun membuka pintu mobilnya. Namun tiba-tiba saja ada tangan yang langsung menutup kembali pintu tersebut dengan kasar. Mona langsung memekik kemudian menoleh ke belakang. Ternyata ada Arman yang langsung menyeringai.

"Masalah lo apaan, sih?" Teriak Mona. "Gue mau pulang!"

Arman tertawa terpingkal-pingkal sambil melihat mobil sport dua pintu seharga 6 Miliar berwarna silver tersebut.

"Wuihh, keren juga mobil lo." Ledek Arman.

Mona tak menggubris. "Mau lo apa?"

"Oke, gue cuma mau ... lo menghilang dari hidup kita." Ujar Arman tanpa tede aling-aling. "Dua tahun tanpa lo kemarin, rasanya tenang banget."

Mona langsung tertawa cekikikan sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Anda mau culik dan bunuh saya, Pak Arman? Silakan."

Arman pun juga ikut tertawa. "Gue tahu lo punya niat buruk dengan membeli Aftive." Arman sambil menunjuk-nunjuk wanita itu. "Untung Oma gue tolak."

Mona hanya mengangkat bahu. "Ya, berhubung Oma lo sudah menolak, itu artinya lo ga perlu khawatir, 'kan?"

"Dan ga perlu juga membeli properti dan saham TBK kami." Ketus Arman.

"Wah, anda ini sebagai penjual sangat tidak ramah ya ke pembeli?" Mona menyeringai. "Ingat, saya ini lagi naik daun. Saya bisa rekam anda sekarang dan bikin viral."

Arman lagi-lagi tertawa mencemooh. "Cara begitu mah hanya untuk rakyat jelata. Yah, mungkin anda belum ngerti karena OKB."

"Cara rakyat jelata, tapi bisa bikin saham Febriant Group anjlok! Lalu kalian akan memohon ke saya supaya bisa membeli saham kalian dan bantu agar perusahaan kalian bangkit lagi."

"Oh, jadi itu rencana lo? Mau bikin kita bangkrut?" Arman kemudian tertawa semakin kencang. "Oke, kita percepat saja. Apa lo tidur sama investor-investor lo supaya bisa berada di posisi ini?"

Mona yang tak terima lagi-lagi menampar Arman seperti semalam. "Anjing lo!"

Arman hanya tenang sambil mengusap pipinya. "Oke, terserah! Gue akan cari tau lebih dalam soal lo."

"Silakan!" Mona menyeringai. "Sepertinya anda punya banyak waktu ya, Pak Arman? Oh iya, karena nanti yang bekerja keras dan dijadikan sapi perah itu Anjani, dan anda ... hanya duduk-duduk santai."

"Sok tau!"

***********

Arman pun baru kembali setelah mengkonfrontasi Mona di luar tadi.

"Dari mana, Mas?" Tanya Anjani sambil mengetik pesan di ponselnya.

"Hmmm ... toilet." Arman berbohong.

Anjani hanya terus mengirimkan pesan soal pekerjaan.

"Sayang, kamu kok tadi sampai ga kedip gitu sih lihat mantan kamu?" Terdengar Clara mengambek kepada Burhan. Tentu saja hanya akting.

Burhan sejak tadi hanya menenangkan sambil berujar mesra. "Astaga, Sayang. 'Kan udah aku jelasin kalau aku ga pernah ada perasaan sama dia. Perasaan aku cuma buat kamu."

Clara memajukan bibirnya.

"Nanti aku bilang ke Bara ya, akan menambahkan satu karakter buatan aku di Pang TV, namanya Clara." Bujuk Burhan.

"Ah, so sweet!"

Clara lagi-lagi sengaja berakting untuk lebih meyakinkan Arman dan juga Anjani, dan cara itu terbukti berhasil.

*************

Anjani kini sedang duduk melamun di rumah pohon seorang diri. Putrinya sudah tidur dan suaminya masih mandi. Dari tempatnya duduk, bisa terlihat panti asuhan yang kini sudah berbentuk gedung megah. Dan juga, ia bisa melihat rumah Mona di seberangnya. Namun, ia harus mengintip menggunakan teropong keker jika ingin melihat lebih jelas.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang