Bu Astuti yang Menolak Mona

235 10 0
                                    

Bu Astuti, ibu Burhan yang baru tiba di rumah, bisa melihat putranya sedang berenang bersama seorang perempuan. Ia memerhatikan dari lantai 2. Mereka tampak bercanda tawa sambil sesekali bermesraan. Tak hanya itu, ia juga bisa melihat ada orang di belakang lapangan golf. Karena tak begitu jelas, ia pun melihat menggunakan teropong keker, yang ternyata adalah Arman dan Anjani.

Wajahnya yang biasa terlihat ramah, kini tampak tak suka. Ia menggeleng-gelengkan kepala.

"Sari!" Ia berteriak memanggil pembantunya. "Sari!"

Pembantunya yang bernama Sari tersebut langsung berjalan cepat menghampirinya. "Iya, Bu?"

"Panggil Burhan suruh ke sini sekarang! Bilang sama dia suruh cepat, nggak usah mandi." Perintahnya sambil melihat keluar jendela.

"Baik, Bu."

Pembantu itu langsung pergi memanggilkan Burhan. Sekitar 10 menit kemudian, Burhan datang menghampirinya.

"Mama sudah pulang?"

"Kamu pacaran sama dia?" Tanyanya tanpa basa basi sambil mengarahkan kepalanya ke Mona.

"Oh ... tadinya aku bawa dia ke sini mau kenalin ke Mama. Terus sambil nunggu Mama pulang, kita mau berenang dulu. Ya sudah, kita mandi dulu ... habis itu aku kenalin ke mama, ya."

"Nggak perlu!" Ketusnya. "Kamu putusin dia, terus suruh dia pulang."

Burhan langsung tersentak mendengar perkataan ibunya. "Ma, kok gitu sih? Kenapa? Mama aja belum kenal sama dia."

Terlihat Mona keluar dari kolam renang dan tampak berjalan ke arah kamar mandi.

"Mama kenal! Pernah meeting bareng di kantor Daintie. Dia juga teman Anjani, 'kan? Mereka sama-sama di panti asuhan? Panti yang sama dengan Arman? Ya Mama tahu semuanya, dan nggak setuju kamu berhubungan sama dia!"

"Mama tau dari mana kalau mereka satu panti dengan Arman? Apa Arman sendiri yang cerita? Atau Lisa?"

Bu Susanti menggeleng. "Mama 'kan juga main social media, terus lihat social media kamu dan Arman dari beberapa hari lalu. Mama juga follow Anjani."

"Terus kok Mama nggak langsung tanya Burhan saat itu?"

Ibunya enggan menjawab pertanyaan tersebut. "Lebih baik kamu suruh dia pulang dan jangan ajak lagi ke sini. Bisa-bisa nanti Oma langsung yang usir dia."

"Karena dia orang biasa?"

Bu Astuti menghela napas sejenak.

"Gini ya, Burhan, hanya karena di kantor Mama baik sama Anjani, dan waktu meeting baik sama Mona, bukan berarti Mama sudi mereka masuk ke dalam keluarga kita. Cuma kalau Anjani, bukan urusan Mama. Itu urusan Affandi dan Mauren saja nanti. Mama nggak mau bawa rakyat jelata lagi masuk ke rumah kita."

Burhan hendak marah. "Ma ..."

Bu Astuti langsung memotongnya. "Mama belum cerita ke kamu semuanya soal Papa. Papa kamu bukan hanya selingkuh." Ia jeda sejenak sambil menghela napas perlahan. "Dulu Oma dan almarhum Opa kamu sangat menentang hubungan kami, karena Papa kamu berasal dari keluarga miskin. Mama dulu sayang sama Papa kamu ya karena pintar, pekerja keras, berprestasi, dan jujur. Papa kamu saat itu terlihat sangat tulus, humoris dan bisa bikin Mama nyaman."

Wanita paruh baya itu jeda lagi kemudian melanjutkan.

"Mama berkali-kali bujuk Oma dan Opa sampai akhirnya mereka luluh, dan akhirnya kita menikah. Namun setelah kita menikah, sifat asli Papa kamu terbongkar. Papa kamu yang tadinya kerja di BUMN, tiba-tiba langsung resign, nggak cuma itu ... bahkan orang tua dan juga saudara-saudara kandungnya juga berhenti kerja."

"Lho kenapa, Ma?"

"Mereka nggak mau kerja karena lihat Mama dari keluarga konglomerat. Mereka maunya Mama dan Oma rutin kasih mereka uang bulanan." Nadanya kesal. "Saat itu Mama baru sadar kenapa Oma melarang. Oma langsung marah besar saat itu. Akhirnya ... Mama langsung minta cerai. Mana saat itu Mama sedang hamil kamu. Oma dan Opa mendukung perceraian kami ... tapi proses cerai kami tidak mudah. Kami malah harus keluar uang lebih banyak."

"Maksudnya?"

"Keluarga Papa kamu malah bawa orang sekampung untuk demo di pabrik kami. Menyebar fitnah kalau kami menyebarkan limbah yang membahayakan warga sekitar. Terpaksalah kami gunakan aparat untuk mengusir dan intimidasi mereka. Membayar orang suruhan juga untuk intimidasi keluarga itu, sampai akhirnya Papa kamu mau menandatangani surat cerai. Sejak saat itu, Mama hidup tenang sama kamu. Mama cuma punya anak satu, tapi Mama berharap pengen punya cucu yang banyak nanti dari kamu, dari perempuan dengan keluarga terpandang. Padahal kalau uang itu dibelikan saham, returnnya lumayan besar."

"Jadi ... selama ini Mama bilang Papa udah nggak mau temuin kita lagi itu bohong? Aku sengaja nggak cari tahu sendiri soal Papa karena menghargai Mama."

Wanita itu mengangguk. "Papa kamu dan keluarganya saat itu nggak tahu kalau kalau Mama sedang hamil kamu. Kalau dia tahu, pasti akan minta uang sama kamu."

Burhan kemudian tampak merenung.

"Mona juga sebenarnya punya keluarga sih, Ma." Ujar Burhan. Sepertinya ia sudah mulai terpengaruh dengan omongan Ibunya. "Cuma dia dibuang ke panti saat umur 5 tahun."

"Nah, itu dia! Kalau keluarganya tahu, pasti akan langsung muncul dan minta uang."

"Tapi kalau Anjani mungkin jauh lebih aman, karena nggak punya keluarga kecuali anak-anak panti itu. Sekarang Arman juga sudah mulai kasih ke panti itu."

"Oma kamu bisa melakukan segala cara." Tegas Bu Susanti. "Panti itu 'kan Oma yang mendirikan dan harusnya sudah ditutup lama saat Arman kembali pulang. Oma pikir dengan menghentikan bantuan, si Dewi akan menyerah. Tapi ternyata Dewi pantang menyerah dan mencari donatur lain. Kalau tahu soal Mona dan Anjani, pasti Oma tanpa ragu langsung bubarkan panti itu dan rumahnya diambil lagi."

Burhan hanya terdiam. Ia tampak berpikir.

"Terus rencana kamu apa setelah dengar cerita Mama?" Tanya Bu Astuti. "Kalau kamu temuin Papa kamu, semua fasilitas kamu akan dicabut."

Burhan menggeleng. "Nggak, Ma. Aku nggak akan temui Papa. Terus soal Mona ... aku akan antar dia pulang, terus abis itu aku putusin dia begitu sampai kosannya."

"Oke, good. Keputusan kamu cerdas dan semoga Arman juga begitu."

"Padahal dulu waktu masih remaja Burhan yang ajarin Arman agar jangan sampai salah bergaul." Burhan tertawa getir. "Sekarang kita berdua malah terjebak dengan perempuan itu."

Mona sejak tadi menguping pembicaraan mereka dan ia memilih langsung pergi tanpa pamit. Bu Astuti sebenarnya mengetahui rahasia Mona. Rahasia yang tak ada satu orang pun yang tahu termasuk Anjani.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang