Anjani Pun Diusir Dari Rumah

109 11 2
                                    

"Eh, Eh, kamu mau ke mana?"

Anjani mengabaikan panggilan suaminya. Ia melewati mereka begitu saja untuk keluar rumah melewati pintu belakang. Ia kemudian menaiki buggy car dan langsung menjalankannya.

"Kamu mau pergi ke mana?" Teriak Arman kepada Anjani saat buggy car nya baru meninggalkan rumah.

Semuanya pun otomatis langsung berjalan keluar.

"Kok dia kayak mau ke arah rumah gue?" Tanya Burhan bingung. "Ayo, ikutin-ikutin!" Burhan langsung menuju buggy car yang satu lagi dan duduk di balik kemudi. Otomatis yang lainnya pun mengikuti.

Begitu Anjani tiba di depan rumah Clara, ia dengan cepat menuruni kendaraan tersebut dan berjalan dengan penuh amarah memasuki rumah tersebut.

"Clara!!!!" Teriaknya bak orang kesurupan. Baru kali ini seumur hidupnya ia semarah ini. "Clara!!!!" Ia berteriak sekali lagi.

Tak lama Burhan pun masuk, bersama dengan Arman dan juga yang lainnya. Mata Burhan pun menyala-nyala. "Heh, ngapain lo teriak-teriak di rumah gue?"

"Kamu ngapain marah-marah di sini?" Timpal Arman yang ikut menegur istrinya.

Baru saja Anjani mau menjawab, tiba-tiba saja sosok yang tadi dipanggilnya muncul. Wajah Clara tampak bingung dan ketakutan. Entah itu beneran atau hanya akting. "Ada apa ini?"

Anjani langsung memelototi dan menunjuk-nunjuk Clara. "Ini dia nih pelakunya, Mas." Anjani sambil menatap suaminya. "Dia yang jebak aku, ganti nama-nama kandidat Paradisa City Bogor, bahkan juga manipulasi laporan keuangan yang waktu itu kamu suruh benerin. Ternyata itu ulah dia!"

"Heh, jangan sembarangan nuduh lo!" Bentak Burhan. "Mana buktinya?"

Clara dengan wajah pura-pura ketakutan pun menggelengkan kepala dan langsung mendekati suaminya. "Sayang, ini ada apa? Aku nggak ngerti."

Anjani dengan penuh amarah langsung menunjukkan bukti yang diminta, file yang tadi dikirimkan Irene. Ia menyodorkannya kepada Clara dan Burhan.

"Ingat, waktu lo datang ke kantor buat meeting sama Mas Arman?" Tanya Anjani tajam. "Selesai meeting, lo langsung ke ruangan gue, menawarkan bantuan untuk kerjain dua laporan ini. Ini tulisan tangan lo, 'kan? Lo juga yang kasih note ke Irene untuk ketik ulang."

Seperti biasa Clara berpura-pura. Ia memasang wajah bingung, ketakutan sambil menitikkan air mata. "Sayang, kamu percaya sama aku, 'kan?" Ia berusaha mempengaruhi Burhan. "Aku nggak ngerti maksudnya dia apa."

"Iya, Sayang, aku percaya." Burhan sambil mengelap air mata istrinya tersebut kemudian menatap Anjani tajam. "Heh, lagian itu bukan tulisan tangan Clara. Itu 'kan tulisan lo sendiri."

Arman kemudian mendekati Anjani dan mengambil ponselnya. Ia melihat tulisan tangan yang dimaksud tersebut.

"Aku hafal banget tulisan kamu dan juga Clara." Ujar Arman masih sambil melihat ponsel tersebut. "Ini jelas tulisan tangan kamu."

Burhan dan Clara pun langsung menyeringai, sedangkan Anjani shock mendengar suaminya.

"Sayang, Clara itu malsuin tulisan tangan aku." Anjani ikut menitikkan air mata. "Kamu sendiri 'kan yang dari awal bilang, kalau kedatangan Clara ke sini yang tiba-tiba itu mencurigakan. Ternyata ini tujuannya. Dia bikin aku seolah-olah menghancurkan perusahaan, mau hancurin aku. Clara itu selama ini masih ada perasaan sama kamu, Mas. Ini caranya supaya dia bisa kembali ke kamu."

"Heh, lo punya bukti nggak kalau Clara pelakunya?" Ketus Burhan.

"Ada CCTV kantor dan ruangan kerja aku, Mas." Balas Anjani. "Bisa dilihat rekaman CCTV saat Clara datang berbarengan dengan orang dari Bank." Anjani kemudian menyebutkan secara spesifik tanggal dan jam nya.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang