Clara Julia

434 26 0
                                    

"Hi, Sayang." Setelah semua karyawan termasuk Fajar keluar, wanita itu langsung mendekati Arman dan memeluknya.

"Kamu kapan pulang?" Tanya Arman heran sambil membalas pelukannya. "Kok nggak ngabarin?"

"Kan mau surprise. Kok kamu kayak nggak senang gitu, sih?"

Arman tersenyum kemudian mengecup keningnya. "Senang, dong, Sayang. Masa, nggak? Ngomong-ngomong kamu lagi libur kuliahnya? Kok bisa pulang?"

Wanita itu mengangguk. "Iya, nanti habis lebaran balik lagi ke Amerika untuk sidang, habis itu lulus deh."

Arman hanya mengangguk. "Ya sudah duduk dulu, yuk. Kamu puasa?"

Wanita itu langsung tertawa geli. "Puasa? Sejak kapan kita puasa?"

Wanita itu secara tiba-tiba saja mengecup bibir pacarnya. Arman berusaha menghindar. "Sayang, ini 'kan di kantor dan bulan puasa juga."

Wanita itu malah tersenyum nakal. "Gimana kalau kita lakukan dengan cepat sebelum ada karyawan kamu yang masuk? Emang kamu nggak kangen, Sayang?"

"Ini hari pertama aku sebagai Digital Marketing Manager, Sayang, dan aku juga lagi banyak kerjaan. Gini deh, nanti malam kamu ikut aku nongkrong aja sama anak-anak di Langham."

"Anak-anak siapa? Bara, Ben sama Ethan?"

Arman pun mengangguk. "Iyalah, kamu ikut saja."

"Terus habis itu ... kita bisa ke apartemen kamu, kan?" Tanya wanita itu sambil tersenyum nakal.

************

"Jadi cewek cantik itu pacarnya Pak Arman?" Pekik Sarah.

Para karyawan berkumpul untuk gosip saat jam istirahat. Berhubung mereka semua sedang berpuasa, mereka kumpul di ruang meeting. Di ruang meeting juga aman untuk bergosip sehingga tak ada yang tiba-tiba menguping.

"Hmmm ... lo bayangin ya, tadi gue lagi terima telepon dari Pak Burhan," cerita Irene sang resepsionis, "terus tiba-tiba ada cewek cantik dateng, gue pikir 'kan artis. Terus dia ga pakai basa-basi langsung bilang mau ketemu Arman. Gue tanya dong, dia udah ada janji apa belum. Terus masa dia lihatin gue jutek banget. Nah, itu telepon dari Pak Burhan belum gue tutup, kan. Kata Pak Burhan, suruh langsung aja ke ruangan Arman karena itu pacarnya, namanya Clara Julia Adiguna."

"Gila seleranya Pak Arman nggak main-main, cuy!" Celetuk Selvy. "High class abis."

"Ya, tapi juteknya itu lho!" Irene masih kesal. "Mana tadi dia nyuruh-nyuruh gue ambil minum kayak pembantu."

"Yah, kalau cantik mah dimaafkan lah." Dicky terkekeh.

Irene yang masih kesal hanya memajukan bibirnya.

"Mukanya tuh mirip Mischa Alexander versi perempuan. Jangan-jangan ada hubungan saudara." Celetuk Sarah asal.

"Ngaco, lo!" Ceplos Damar. "Mereka sama-sama blasteran tapi kagak ada hubungan kali. Gue barusan dikasih tahu Fajar, kalau ternyata dia ini anaknya Dwi Adiguna. Itu lho, yang punya stasiun TV ADTV dan PH terbesar di Indonesia, AD Entertainment. Terus anak usahanya kan juga banyak, salah satunya perusahaan investasi.

Semuanya pun langsung berdecak kagum.

"Oh, serius?" Timpal Dicky. "Dia anak yang punya AD Entertainment. Gila keren juga, ya."

"Sebanding dong ya berarti Febriant Grup nikah sama Adiguna Grup, bisa-bisa merger nih kita nanti." Celetuk Sonia.

"Eh, ngomong-ngomong reaksi anak yatim gimana tuh pas lihat pacarnya Pak Arman?" Tanya Selvy jahat. "Kan dia dateng pas lagi pada meeting, 'kan?"

"Mukanya tuh shock, sedih, cemburu dan berlinang air mata." Sahut Ajeng sambil tertawa cekikikan.

Sontak semuanya tertawa.

"Disaat kita berusaha buru-buru pergi, dia masih bengong, dong!" Timpal Jenny sambil tertawa.

Mereka tertawa semakin kencang.

"Oh, pantesan pas baru balik meeting, muka dia kecut banget." Timpal Sarah. "Sel, lo merhatiin 'kan?"

"Ih, banget!" Sahut Selvy.

"Itu si anak yatim udah mulai ngaca belum ya lihat ceweknya Pak Arman yang high class?" Tanya Ajeng sambil tertawa jahat.

"Ya jelas lah, sekelas Pak Arman pasti gampang dapetin cewek-cewek model begitu. Ini baru selevel." Timpal Sonia. "Terus ngapain harus ngelirik anak yatim?"

"Tahu! Baru dibaikin sama donatur kaya raya aja langsung baper." Gerutu Selvy, "kenapa dia kagak cinlok aja sama anak panti juga?"

"Tapi kalau yang jadi pacarnya Pak Arman si Anjani, gue nggak akan dicuekin dan direndahin kayak tadi, sih." Ujar Irene dengan nada sedih. Ia baru kali ini membela Anjani.

Semuanya pun langsung terdiam dan mendelik kepada Irene.

"Halah, lo baru kayak gitu aja baper!" Celetuk Damar. "Nasib lah jadi resepsionis, harus bisa terima berbagai karakter tamu."

"Anjani juga cantik," Irene tak memedulikan Damar. "Cantiknya tuh anggun, lemah lembut gitu. Kalau Clara Julia mah cantiknya sangar. Masih cantikan juga Anjani dibanding kita-kita."

Teman-temannya itu semakin terlihat tak suka. Suasana yang tadinya menurut mereka seru, malah jadi garing.

"Kalau dipikir-pikir, kenapa ya gue ikut-ikutan kalian benci Anjani?" Lanjut Irene lagi. "Padahal dia nggak pernah nyakitin gue, tiap baru datang dan mau pulang selalu nyapa dan senyum, nggak pernah ngerendahin status gue sebagai resepsionis."

"Ah, apaan sih jadi garing begini!" Ketus Sonia. "Eh, Sel, Sar, mending lo pada ceritain aja deh, gimana hari pertama si anak yatim jadi team leader?."

Irene pun berusaha menahan kesal.

"Ih, apaan, pagi-pagi baru datang udah dibombardir kerjaan kagak nyantai." Damar yang menyahuti.

"Apalagi tadi pas dia kelar meeting, dia langsung buru-buruin kerjaan kita," timpal Selvy, "katanya Pak Arman minta report tiap hari kita sudah ngapain aja. Tapi ya ... jangan diburu-buru juga, lah."

**********

Sementara Anjani yang sedang tak berpuasa makan seorang diri di café gedung kantor. Sambil menunggu pesanannya, ia pun melamun. Pikirannya masih tak karuan melihat kekasih Arman tadi. Ia iseng membuka akun instagram dan mencari nama Arman Febriansyah.

Lagi-lagi tak ketemu, seperti yang sudah dilakukannya beberapa tahun terakhir untuk mencarinya, begitu juga akun social media lainnya. Setiap ia mengetik nama tersebut, malah banyak sekali akun-akun lain yang memiliki nama serupa, bahkan banyak juga yang terkunci dan tak menampilkan profile picture. Ah, sebaiknya ia tak perlu mengetahui akun sosial medianya. Nanti hanya akan cemburu jika melihat foto mesranya bersama pacarnya.

"Move on, Anjani ... move on!" Ia berbicara sendiri.

Ia sebaiknya membuka portal penyedia lowongan kerja saja dan apply ke beberapa tempat. 

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang