The Wedding Part 1

308 5 0
                                    

Akhirnya tiba juga harinya, hari pernikahan Anjani dan Arman. Pernikahan kedua keluarga konglomerat tersebut tentu begitu megah dan disiarkan secara live di Pang TV, stasiun TV milik Pangestu Group. Selain di TV, acara pernikahan tersebut juga live di platform social media mereka.

"Mas, ini harus banget ya live?" Protes Anjani suatu hari. "Emangnya kita artis?"

"Nah, kenapa artis ada yang pernikahannya disiarkan secara live?" Arman balik bertanya.

Anjani berpikir sejenak. "Hmmm ... pertama karena tingginya permintaan, kedua karena kerja sama dengan stasiun TV, sponsor ..."

"Nah, exactly! Itu alasan kita live, sekalian untuk promosi produk-produk Febriant dan Pangestu Group, terutama cityblock kita yang akan segera dibangun itu."

Anjani hanya mengangguk mengingat rencana pernikahan mereka yang sudah viral sejak tiga bulan belakangan dan pengikut instagramnya yang tiba-tiba membludak.

"Itu awalnya usul Oma sama Papa kamu." Lanjut Arman.

Netizen sampai memberi julukan Royal Wedding Indonesia dan menyebut kisah Anjani bak Cinderella. Mereka sangat mengagumi sosok Anjani yang smart juga rendah hati.

Sejumlah Pejabat, Duta Besar, Pengusaha hingga Artis pun menghadiri pernikahan tersebut. Beberapa Penyanyi ternama mengisi acara tersebut, bahkan Host acara pun juga merupakan Host kenamaan Indonesia.

Selain tamu besar dan teman-teman dekat yang hadir, karyawan Febriant Group khususnya Aftive, Bu Dewi dan perwakilan anak panti juga diundang.

Acara hari pertama terdiri dari akad nikah yang dilangsungkan pada pagi hari, tepatnya di ballroom salah satu hotel milik Febriant Group, lalu dilanjutkan dengan acara adat yang menggunakan adat Jawa, dan malamnya baru resepsi ala Eropa.

Kolom komentar social media Pang TV pun dipenuhi oleh netizen yang menonton live dari rumah. Acara tersebut ditonton hingga belasan juta orang, termasuk Mona yang menonton dari penthouse mewahnya.

Ia kini sedang duduk di karpet ruang tengahnya dengan TV menyala. Dwi Adiguna juga menghadiri acara pernikahan tersebut bersama istri sah nya.

Wanita itu terus menatap layar TV tanpa berkedip. Ekspresinya datar dan matanya berkaca. Ia antara rindu dengan sahabatnya tersebut sekaligus merasa iri. Mengapa nasib sahabatnya itu begitu mulus? Sedangkan dirinya ... harus memilih jalan seperti ini. Yah, kini ia menyesali pilihannya, karena sampai kapan pun tak akan ada laki-laki baik seperti Arman yang mau menikahinya.

Ia jadi teringat perkataan Dwi Adiguna yang begitu menyakitkan beberapa waktu lalu. Saat itu mereka berdua usai bercinta dan tidur berdampingan.

"Dasar murah!" Cemooh Dwi Adiguna.

Mona hendak murka.

"Kenapa? Mau marah?" Cemooh pria paruh baya itu lagi. "Emang itu kenyataan, kan? Saat itu gue nggak ancam lo, kok. Lo sendiri yang memilih."

Mona hanya diam, tak memiliki pembelaan.

"Tapi ... ya, gue akui," lanjut pria itu lagi, "kalau lo saat itu jual mahal dan menolak saya, karir lo di AD Entertainment bakal gue persulit. Gue juga bisa batalkan lo untuk main di film itu. Sudah banyak nasib perempuan yang begitu." Pria itu kemudian terpingkal-pingkal.

Sontak Mona langsung melempar wajah pria itu dengan bantal, dan pria itu balas menamparnya kemudian mencengkeram kepalanya kencang. "Anjing, berani lo sama gue?"

Mona langsung bergidik ketakutan.

"Lupa, sama apa yang udah gue lakuin buat lo? Gue yang udah kasih lo fasilitas dan semua kenyamanan ini, gue yang masukin lo ke Daintie padahal lo nggak qualified, gue izinin lo punya pacar lain termasuk Burhan, dan yang paling penting ... gue juga yang melenyapkan kedua orang tua lo sesuai permintaan. Lupa lo?"

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang