Clara dan Mona yang Semakin Licik

84 4 0
                                    

Saat Anjani bersiap hendak tidur, tiba-tiba saja ponselnya berdering yang ternyata dari Clara. Maka buru-buru ia menjawabnya. "Hi, Clara."

"Hi, An, lagi apa?"

"Baru mau tidur nih, Cla."

"Eh, sorry banget gue ganggu. Gue cuma sebentar, kok."

"Gapapa ... gapapa. Ada apa, Cla?" Anjani sambil meluruskan kakinya di atas kasur.

Terdengar helaan napas sejenak dari seberang sana. "Gini, An. Burhan udah sampaiin sesuatu belum ke elo?"

"Oh udah ... udah. Kira-kira kapan nih mau gue temenin cari gaun dan lain-lain?" Anjani tampak antusias.

"Gue ikutin jadwal lo aja, sih. 'Kan lo yang super sibuk, kalau gue sih santai." Clara terkekeh.

"Oh iya, besok sore gabung sama kita aja yuk, main tenis." Ajak Anjani.

"Oh, ada siapa aja?"

"Kalau yang main tenis sih cewek-cewek aja. Ada gue, Atiqah, Mila sama Putri. Sekalian 'kan ngomong ke mereka soal jadi bridesmaid lo?"

"Di rumah lo?"

"Iya ... di rumah keluarga Febriansyah sih sebenarnya." Anjani terkekeh.

"Duh, gue sebenarnya nggak enak."

"Cla, kalau lo mau minta bantuan mereka, sopannya sih lo yang datang sendiri dan minta tolong, ya." Ujar Anjani. "Mungkin sebelumnya lo bisa minta maaf dulu ke mereka kalau selama ini hubungannya kurang baik. Nanti gue bantuin ngomong, deh."

Clara tampak berpikir sejenak. "Boleh deh, gue ke rumah lo besok."

"Oke, deh, see you ya."

"See you, bye."

Anjani pun memutus sambungannya dan meletakkan ponselnya di nakas. Pas sekali suaminya baru keluar dari kamar mandi.

"Dari siapa, Sayang?" Tanya suaminya.

"Clara, besok juga mau gabung sama kita main tenis."

Arman pun langsung duduk di samping istrinya dan senyum-senyum penuh makna sambil menaik turunkan alisnya. Anjani pun paham maksudnya. Mereka pun kemudian langsung saling *sensor*

*************

"Amanda, ayo sayang. Kita masuk ke sekolah baru Amanda." Ujar Anjani sambil menggandeng teman putrinya itu.

Arman berjalan lebih dulu menggandeng Dara putri mereka, dan Lastri sang pengasuh membuntuti di belakang. Anjani, Amanda beserta pengasuh dari panti berjalan di paling belakang. Mereka baru memasuki lobby kindergarten American School yang begitu elit. Padahal ini kedua kalinya ke tempat itu, Anjani masih saja terpana dengan fasilitas sekolah tersebut.

"Ini dulu sekolah Papanya Dara." Anjani mengajak Amanda mengobrol. Bayi blasteran itu tampak antusias dan terus tertawa ketika memasuki gedung tersebut. "Bagus, ya? Kalau sekolah Tante dulu nggak sebagus ini."

Mereka pun terus berjalan. Arman menoleh ke arah istrinya untuk bertanya. "Sayang, ini kelasnya sebelah mana?"

"Lurus aja terus sampai mentok. Nanti kelasnya ada di sebelah kanan." Sahut Anjani.

Tampak orang tua murid lainnya yang juga mengantar putra putri mereka. Sejauh ini Anjani baru melihat anak-anak yang usianya lebih besar, sekitar 3-5 tahun.

Mereka terus berjalan hingga ujung dan akhirnya tiba di kelas Dara dan Amanda. "Nah, ini kelas kalian." Ujar Anjani.

Terlihat sudah ada lima orang anak seusia mereka di dalam kelas dengan didampingi oleh orang tuanya. Dara dan Amanda tampak antusias karena melihat banyak mainan dalam kelas.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang