Lembaran Baru

178 14 0
                                    

Tepat satu tahun kemudian, Anjani pun menikah dengan Thomas. Pernikahan mereka berjalan lancar dan langsung direstui oleh kedua orang tua pria itu. Beberapa hari setelah mereka menikah, Ica dan Adam harus pergi melanjutkan studi di Amerika.

"Sekarang kita ga khawatir lagi ninggalin Papa sendirian," ucap Ica saat mereka tiba di bandara dan hendak berpamitan, "udah ada Mama Anjani."

Mereka berempat pun tertawa. Thomas pun langsung memeluk kedua anaknya. "Kalian baik-baik ya di sana, belajar yang pintar dan sukses sekolahnya. Ica ... kamu belajar yang pintar ya, supaya bisa kerja di bank impian kamu kelak."

"Amin."

Tak lupa kedua anak itu juga berpelukan dengan Anjani. "Hati-hati ya kalian di sana."

"Ya udah kalian masuk sana, nanti ketinggalan pesawat." Ujar Thomas.

Ica tampak celingak celinguk sambil melihat ponselnya. "Sebentar, Pa ... teman aku belum datang. Aku janjian di sini."

"Teman siapa?"

"Teman yang berangkat sama aku ke Amerika juga."

"Nindy? Vania? Susan? Bukannya mereka besok lusa baru berangkat sama keluarganya?"

Ica menggeleng, "bukan, ada teman aku satu lagi. Nah, itu dia." Tunjuknya sambil memasang wajah sumringah.

Thomas dan Anjani pun menoleh ke arah yang ditunjuk. Sontak mereka kaget dengan sosok teman yang dimaksud Ica.

"Lisa?" Anjani menggangga. Sudah sangat lama mereka tak bertemu.

Lisa pun berjalan sambil melambai ke arah Ica. Dan yang lebih mengagetkan lagi, sosok pria yang mengantar gadis itu. Mas Arman? Tumben-tumbenan Arman mau mengurusi urusan adiknya seperti ini.

"Hai, maaf ya nunggu lama ya." Lisa dan Ica langsung berpelukan.

"Nggak, kok, kita baru datang juga. Ya udah yuk, Lis, ayo kita masuk."

Thomas dan Anjani yang masih kebingungan langsung bertanya.

"Kalian ... satu kampus di Amerika?" Tanya Thomas sambil bergantian menunjuk keduanya.

"Iya, Om. Emangnya Ica belum cerita? Kita 'kan satu jurusan juga." Lisa sambil tertawa-tawa dengan Ica kemudian menatap Anjani. "Hi, Kak Anjani apa kabar? Kenapa kalau mau ketemu Dara ga pernah jemput ke rumah, Kak? Oh iya, kok kemarin nikahannya ga undang-undang? Aku sering lho kontak-kontakan sama Ica."

Anjani dan Thomas pun hanya saling bertatapan, diam, canggung dan hanya membalas dengan senyuman.

"Ya udah, Lis, ayok masuk." Ajak Ica.

Mereka semua kembali berpamitan dan ketiga remaja tersebut kemudian memasuki area bandara. Anjani dan Thomas terus memerhatikan Ica dan Adam hingga keduanya menghilang dari pandangan, sesekali diselingi dengan canda tawa.

Sedangkan Arman, bukan Lisa yang ia perhatikan. Ia di sini bukan karena ingin mengantar adiknya, melainkan ingin bertemu mantan istrinya. Dadanya terbakar oleh rasa cemburu melihat keduanya sedang bercanda tawa. Satu tahun mereka tak bertemu kecuali hanya saling chat terkait Dara, kini mantan istrinya itu tampak bahagia dengan suami barunya. Biasanya jika Anjani ingin menemui Dara, wanita itu hanya mengirim supir untuk menjemputnya ke rumah, lalu Dara pergi bersama Lastri maupun babysitter lainnya.

"Anak-anak udah ga kelihatan." Anjani tertawa. "Pulang yuk, Mas."

Arman semakin sesak karena dulu dirinya yang ditatap seperti itu.

"Jadi mau makan apa nih kita?" Tanya suaminya.

"Bubur Cikini gimana?"

Keduanya tertawa. "Oke."

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang