Tak Pernah Terbayangkan

148 10 0
                                    

Sidang perceraian Arman dan Anjani berlangsung hari ini dan dihadiri oleh keluarga Febriansyah. Semuanya pun tampak sedih menitikkan air mata sambil mendengar putusan hakim.

Sebelum hari ini, Burhan dan Tante Susanti sudah beberapa kali menemui Anjani untuk meminta maaf dan terus membujuk agar tak jadi bercerai. Namun, Anjani tetap pada pendiriannya dan telah memaafkan mereka. Kedua orang tua Arman dan juga Lisa juga ikut membujuk, namun keputusan Anjani tetap tak berubah.

Hingga sebelum sidang dimulai, keluarga Febriansyah membujuk Anjani sekali lagi. Namun, wanita itu dengan tegas menyatakan tetap ingin berpisah.

Kini Arman dan Anjani duduk berdampingan di depan hakim yang sedang membacakan sidang putusan. Arman kini tampak lebih tegar meski masih tak mampu menahan rasa sedihnya, sedangkan Anjani tampak biasa-biasa saja meskipun ada sedikit sesak.

"Dengan ini menyatakan, bahwa gugatan cerai oleh saudari Anjani Halleyna kepada saudara Arman Febriansyah telah dikabulkan. Hak asuh ananda Andara Febriansyah sepenuhnya jatuh kepada saudara Arman Febriansyah." Hakim pun kemudian mengetuk palunya.

Anjani tampak bernapas lega, sedangkan yang lainnya hanya pasrah. Anjani dan Arman kemudian bangkit dari kursinya, berdiri berhadapan dan saling melempar senyum. Anjani berjalan mendekati pria yang kini sudah bukan suaminya lagi dan menyalaminya.

"Makasih ya, Mas, buat semua yang Mas kasih ke aku selama ini." Ucap Anjani sambil tersenyum tulus. "Aku akhirnya lega kita bisa bertemu lagi setelah 15 tahun dan sempat hidup bersama. Semoga, Mas, bisa menemukan kebahagiaan di luar sana tanpa aku."

Arman menatap mantan istrinya tersebut sangat dalam, "maafin Mas ya, Anjani, atas semua kesalahan, Mas, atas semua sikap Mas yang kurang berkenan. Semoga kita tetap bisa saling berhubungan baik karena masih ada Dara di tengah-tengah kita. Kita tetap harus akur untuk membicarakan tumbuh kembang Dara."

Anjani pun mengangguk, "iya, Mas. Sesuai perjanjian kemarin, setiap weekend waktu aku dengan Dara, ya."

Arman mengangguk. "Deal."

"Asal, Mas, tahu ... kita berpisah bukan karena rencana Clara dan Mona yang berhasil," ujar Anjani sambil tersenyum, "tapi diri kita yang berhasil, menemukan jati diri dan menemukan apa yang kita cari selama ini. Menikahlah lagi dengan yang setara, Mas, dan yang terpenting ... perempuan itu harus baik sama Dara."

"Semoga kamu juga bahagia, ya, dengan kehidupan kamu yang baru." Ucap Arman tulus.

Mereka berdua kemudian berpelukan untuk terakhir kalinya, lalu Anjani melepas pelukan tersebut dan pamit. Anjani juga melewati dan berpamitan kepada keluarga Febriansyah lainnya. Baru kali ini Anjani melihat Oma Lidya menangis.

"Anjani, sering-sering main ke rumah, ya," isaknya, "kalau jemput Dara, kamu mampir ke rumah Oma."

Anjani jadi ikut menangis. "Iya, Oma."

"Mampir juga ke rumah Mama sama Papa." Ibu Arman juga ikutan menangis, "Mama juga masih neneknya Dara."

"Iya, Mama ... eh, Tan ... te."

"Ih, tetap panggil Mama, dong." Protesnya.

Sontak mereka menangis dan saling berpelukan.

"Kak Anjani." Lisa pun juga menangis dan memeluknya.

"Hi, Lisa. Sekolah yang pintar ya, Sayang. Titip Dara, ya."

Anjani juga berpamitan dengan Ayah Arman, Burhan dan juga Tante Astuti. Burhan sekali lagi mengucapkan permintaan maaf. Usai berpamitan dengan semuanya, Anjani tersenyum sekali lagi kepada Arman yang masih berdiri di tempat terakhirnya sebelum akhirnya keluar dari ruangan tersebut.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang