Strategi Clara Mulai Mendekati Anjani

44 1 0
                                    

"Ada apa sih, Oma?" Tanya Arman begitu mereka semua sudah berkumpul di kolam renang jam 5 sore. "Tumben ada pertemuan mendadak segala."

Oma Lidya tampak termenung sejenak kemudian berbicara. "Kalian sudah lihat ... wawancara Monita dengan Pang TV pagi tadi?"

Mereka semua hanya mengangguk.

"Kalian sudah lihat postingan terbaru di instagram dia?" Tanya Oma Lidya lagi.

Mereka lagi-lagi mengangguk lemas. Oma Lidya termenung sejenak. "Tadi saya ketemu dengan Djoko Pangestu. Kalau program TV yang mereka jalankan dengan Monita ini berhasil, beliau menyarankan agar kita juga mengambil langkah yang sama untuk Febriant Group."

"Langkah yang sama tuh maksudnya gimana, Oma?" Tanya Arman bingung.

Oma Lidya menghela napas sejenak. "Jadi seperti yang sudah kalian tahu, Monita Arnelita dikontrak oleh Pang TV untuk membuat suatu program acara bertemakan start-up dan UMKM. Pak Djoko sih belum mau cerita program spesifiknya seperti apa."

Oma Lidya mengambil napas sejenak.

"Lalu begitu juga dengan keluarga Ben, katanya perusahaan rokok mereka mau mensponsori program mereka ini dan juga bisnis kecantikan Mila. Ya, Lalu harga saham mereka jadi naik karena langsung diberitakan. Kita harus melakukan sesuatu."

"Maksudnya kita mau ikut mensponsori juga, Oma?" Tanya Burhan.

"Bisa kerja sama dalam bentuk lain juga." Sahut Oma Lidya. "Yang penting ada publikasi media."

"Jangan bilang ... akhirnya Oma setuju untuk menjual 50% saham Aftive ke dia." Tuduh Arman. "Orang-orang itu nggak tau Mona seperti apa, tapi kita tau, dan kita juga skeptis 'kan dengan asal usul dananya? Menurut Fajar, Mona meniduri beberapa investor untuk mendapatkan dana."

Omanya itu terdiam sejenak. "Oma nggak bilang akan menjual saham Aftive. Tapi kita perlu mempertimbangkan menjalin kerja sama dengan dia. Kalau nggak, kita bisa kalah saing dengan kompetitor. Asisten Mona, Andreas, tadi menghubungi Asisten Oma jika masih ingin berubah pikiran."

"Terus Oma maunya kerja sama yang seperti apa?" Tanya Arman.

Burhan kemudian angkat bicara. "Sebentar ... sebentar, tapi Om Dwi Adiguna aja kayaknya santai meskipun ratingnya kalah dengan Pang TV. Dia bilang, dia merasa nggak perlu harus bekerjasama dengan mantan pelacurnya itu."

"Soal Dwi Adiguna, nanti kita bahas setelah mereka sekeluarga datang. Kita bahas yang ini saja dulu."

Anjani sejak tadi hanya diam menunduk. Tak menyangka ia harus berada di posisi ini. Masa iya setelah mencampakkan Mona, tiba-tiba keluarga Febriansyah harus mengemis bantuan mantan sahabatnya itu. Arman tiba-tiba saja mendapatkan ide.

"Aku punya ide, Oma." Ujar pria itu mantap. "Kita tidak perlu memaksakan diri bekerja sama dengan Mont Investment kalau tidak mau. Jadi image Mont Investment itu 'kan mendanai pengusaha pemula yang idenya kreatif, dan pemiliknya pun digambarkan sebagai sosok yang cantik dan berpendidikan tinggi. Nah, kita bikin aja yang sama persis dengan itu alias kompetitor Mont Investment."

Mereka semua pun mencoba mencerna usul Arman.

"Nah, Anjani sosok yang pas untuk memimpin kompetitor Mont Investment." Lanjut Arman. "Kalau kita 'kan sumber dana sudah jelas, sedangkan Mont Investment, sumber dana masih dipertanyakan. Itu bisa dijadikan serangan buat mereka."

Anjani langsung terperangah. Oma Lidya dan yang lainnya pun tampak berpikir.

"Nah, bisa juga tuh usul Arman!" Pekik Burhan sambil menunjuk-nunjuk Arman. "Om Dwi Adiguna 'kan juga punya perusahaan investasi skala besar. Kita bisa minta bantuan dia untuk SDM atau instrumen lainnya. Clara juga bisa mengelola itu bareng Anjani. Kalau kompetitornya diurus sama dua perempuan cantik, muda dan pintar, wah kelar itu Mont Investment."

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang