Rasain Lo Pada!

303 9 0
                                    

"Bokk, gawat!" Pekik Ujang sambil berlari menghampiri grup ghibah Aftive yang sedang berkumpul sarapan di pantry.

Sontak semuanya pun menoleh dan mengernyitkan dahi melihat Ujang yang heboh tersebut.

"Lo, kenape?" Tanya Damar sambil menikmati nasi uduknya.

Ujang pun berdiri di depan mereka sambil terengah-engah. Ia mengatur napasnya sejenak. Semuanya pun tampak tak sabar menunggu apa yang hendak Ujang sampaikan.

"Gue dapet info dari sumber yang terpercaya kalau ..."

Ujang menggantungkan kalimatnya sejenak.

"Kalau apa?" Selvy tak sabaran.

"Jadi ..."Ujang terbata. "Mas Burhan dan Pak Arman akan ditugaskan ke Febriant Land. Lo pada tebak dong siapa yang bakal jadi CEO nya, pengganti Mas Burhan?"

"Bentar-bentar!" Potong Maya. "Kok gue yang Asistennya malah belum tahu, ya?"

"Gue yang HRD juga belum dapat kabar." Timpal Michelle.

"Ya karena baru hari ini mau diumumin, gue dapet info dari pembantu mereka."

"Ya sudah siapa CEO barunya?" Desak Sonia tak sabaran. "Paling sepupu mereka, 'kan?"

"Bukan!" Tegas Ujang.

"Kalo lihat dari raut wajah Ujang, jangan-jangan Bu Lidya langsung nih. Makanya gawat?" Kelakar Dicky.

Wajah mereka langsung setengah ketakutan.

"Ah masa sih, Dick? Ngaco aja lo." Teman-temannya saling menimpali.

"Masih mending kalau Bu Lidya." Sahut Ujang datar. "Segalak apapun beliau, setidaknya kita nggak pernah punya masalah."

"Emang siapa sih, Jang?"

Mereka pun mulai penasaran dan mendesak Ujang agar cepat memberitahu.

"Anjani." Sahut Ujang pelan.

Mereka semua langsung terdiam, mematung, menatap Ujang tanpa berkedip dengan mulut tergangga. Mereka mencoba mencerna nama yang diucapkan Ujang barusan.

"Siapa?" Tanya Selvy untuk memastikan dirinya tak salah dengar.

"Anjani Halleyna."

Mereka semua lebih kaget daripada sebelumnya, kemudian saling berpandangan. Sonia malah tertawa terbahak-bahak.

"Heh, Jang! Lo cuma ngerjain kita, kan?" Sonia masih terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. "Masa iya kabar sepenting ini Michelle nggak dikasih tahu dulu."

"Anjani ... maksud gue Bu Anjani, mau nikah sama Pak Arman tiga bulan lagi." Ujar Ujang yang masih lemas. "Makanya beliau langsung ditunjuk menjadi CEO Aftive."

Sonia langsung terdiam dan juga ikutan lemas.

"Mampus lah kita." Mereka langsung mengingat perbuatan mereka kepada Anjani dulu.

"Yang mampus mah lo pada!" Celetuk Irene sang resepsionis sambil tertawa mencemooh. "Gue mah terakhir baik-baik aja sama Anjani, udah minta maaf dan akrab juga. Untung akrabnya dari sebelum pacaran sama Pak Arman, jadi nggak terkesan ada maunya."

Mereka tak menghiraukan Irene dan hanya melamun. Sarapan mereka saja sampai tak disentuh lagi.

"Terus denger-denger, dia juga milih Fajar sebagai Asistennya." Ujar Ujang sambil melihat ke Maya.

Raut wajah Maya terlihat semakin lemas. Ia berharap mudah-mudahan Burhan mengajaknya ke Febriant Land.

"Makanya jangan jahat-jahat sama orang, apalagi anak yatim." Celetuk Irene sambil terkekeh. "Doa anak yatim itu yang paling diijabah. Rasain dah lo pada!"

"Heh, lo bisa diem nggak!" Selvy memelototi Irene.

Irene hanya tertawa santai kemudian lanjut sarapan.

"Terus, siapa Digital Marketing Managernya?" Tanya Sonia penasaran.

Ujang menggeleng. "Kalau itu gue nggak tahu, mungkin cucu Bu Lidya yang lainnya."

"Terus nasib kita gimana ini?" Tanya Damar panik.

"Minggu depan efektif Bu Anjani jadi CEO di sini." Sahut Ujang. "Tapi katanya hari ini beliau sudah mulai bekerja untuk take over."

"Hari ini banget?" Mata mereka semua terbelalak.

*********

Anjani dan Arman kini sedang di mobil perjalanan menuju kantor. Satu tangan Arman memegang setir dan satu tangannya lagi menggenggam lengan Anjani, sambil sesekali melemparkan senyuman mesra kepada gadis itu.

Anjani malah tiba-tiba menguap dan buru-buru ditutupnya mulutnya itu. Arman langsung tertawa cekikikan.

"Ngantuk, Mas. Belum pernah party sampai pagi banget begini." Anjani kesal ditertawakan seperti itu. "Untung nggak ada jam malam kosan."

Arman tertawa cekikikan lagi.

"Kamu harus terbiasa, Sayang. Nanti minta bikinin Americano aja, dijamin melek."

"Kalau begadang untuk kerja sih gapapa, Mas, sudah biasa. Tapi kalau untuk party kayaknya nggak lagi-lagi deh. Aku nggak suka party ternyata."

"Yah, nanti rencana abis resepsi nikahan kita mau ada after party. Udah booked juga jadwal DJ-nya. Please, sekali itu aja deh sayang yang terakhir."

"Ya gapapa asal besoknya bisa tidur sampai siang." Anjani mengalah.

"Sip."

Mereka terdiam sejenak.

"Hari ini jadwal kita padat, Sayang." Lanjut Arman. "Pulang kantor kita harus ke rumah Bara, meeting sama WO, baru deh pulang."

"Oiya, Mas Burhan juga ke kantor 'kan?" Tanya Anjani.

Arman mengangguk. "Iya, kita berdua akan ada di Aftive seminggu ini."

"Kira-kira ..." Anjani menggantung kalimatnya sejenak. "Reaksi mereka nanti gimana, ya, kalau tahu aku pengganti Mas Burhan?"

Arman hanya tersenyum santai. "Reaksi mereka nggak penting. Mulai minggu depan, kantor itu milik kamu, jadi terserah kamu mereka-mereka itu mau diapakan."

"Kalau pecat semua anggota geng ghibah, rasanya nggak mungkin ya, Mas." Anjani terkekeh. "Apalagi harus rekrut orang baru, training lagi, keluar biaya lagi."

"Yah, dibalik sifat jelek mereka, kinerja mereka memang bagus." Puji Arman. "Kamu juga perlu dibantu orang-orang kompeten seperti mereka."

Anjani hanya mengangguk.

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang