Monita Arnelita

87 5 0
                                    

Seorang wanita muda blasteran seusia Anjani, baru tiba dari Amerika. Ia kini sedang menatap rumah barunya yang megah, yang satu komplek dengan kediaman Febriansyah. Tepatnya terletak persis di seberang panti asuhan.

Ia membuka kaca mata hitamnya. Rumahnya yang baru jadi tersebut, sengaja dibuat semirip mungkin dengan rumah Anjani dan Arman. Tentu saja Anjani dan Arman tak terang-terangan memamerkan rumah mereka di social media, melainkan dari akun social media desain interior dan arsitek yang mengerjakan.

Konsep rumah tersebut adalah rumah mewah minimalis dengan unsur kayu. Ornamen rumah tersebut menggunakan kaca dan full kayu dengan cat dinding berwarna coklat. Rumah dua lantai tersebut, memberi kesan unik dan artistik. Bedanya dengan rumah Anjani, hanya pada luas rumah. Luas rumahnya sendiri 500 m2 karena hanya tinggal seorang diri dengan pembantu, sedangkan luas rumah Anjani dua kali lipatnya.

Seorang pria pun membuka pintu gerbang dan keluar dari rumah tersebut. "Bu Monita." Sapanya ramah.

Yah, wanita itu adalan Mona. Pria dengan tubuh sedikit berisi dan berkacamata tersebut langsung berjalan menghampiri.

"Selamat datang, Bu Monita." Pria yang merupakan Personal Assistant Mona tersebut langsung mengulurkan tangan.

Mona kemudian membalas uluran tangannya. "Hi, Andreas."

"Ibu kenapa tidak minta saya untuk jemput ke Bandara? Saya tadi diinfo sama Bu Catrina agar langsung kesini saja."

Mona pun mengangguk. "Iya, Andreas, tadi saya ada urusan dulu."

"Akhirnya ya ... Ibu bisa lihat langsung juga rumah Ibu, setelah selama ini hanya bisa melihat melalui video call." Ujar Andreas sumringah sambil menatap rumah tersebut. "Oh iya, Ibu kenapa berdiri di luar? Ayo masuk, Bu. Panas."

"Oh, sebelum masuk," Mona pun mengambil ponsel dari dalam tas nya, "bisa tolong fotoin saya dulu?"

"Baik, Bu." Andreas menerima ponsel tersebut.

Mona pun mengambil posisi membelakangi rumahnya kemudian berpose.

"Jangan lupa rumahnya kelihatan juga, ya."

"Baik, Bu."

*************

"Kantor hari ini gimana, Ndre?" Tanya Mona. Saat ini mereka sedang mengobrol di ruang kerja Mona di dalam rumahnya. "Aman?"

"Bu Catrina kemarin menyalurkan dana ke beberapa startup yang sudah memenuhi kriteria."

"Oya? Siapa saja mereka?"

"Fresh graduate lulusan kampus teknologi terbaik, Bu. Mereka sudah memulai ini sejak masih di bangku kuliah, bahkan dijadikan bahan skripsi. Karena ini Bu Catrina tertarik."

"Ok, good!" Mona sambil mengambil air minum di mejanya.

"Jadi ... Ibu rencana kapan akan ke kantor?" Tanya pria itu.

Mona menggeleng. "Yang pasti bukan besok. Saya akan muncul ke publik saat pesta amal."

"Oh, ngomong-ngomong," Andreas kemudian mengambil sebuah undangan dari dalam tas nya kemudian menyodorkannya ke Mona, "ada undangan untuk Ibu dari Bapak Bara Pangestu."

Mona pun mengambil undangan tersebut dan membacanya.

"Beliau mengundang Ibu untuk acara pembukaan Paradisa City. Acaranya persis H+1 setelah pesta amal."

Mona pun tertawa mencemooh. "Ini mega proyek dengan Febriant Land, 'kan?"

"Betul, Bu."

Mona melempar undangan tersebut ke atas meja begitu saja kemudian mengalihkan pembicaraan. "Oke, cukup soal pekerjaan! Sekarang gimana kabar Amanda?"

NeglectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang