3

36 5 0
                                    

Lima tahun kemudian. .

Dunia kerja yang terlihat dalam drama tidak pernah ada dalam dunia nyata, Dian sudah menyaksikan ratusan drama percintaan antara bos dan karyawan namun tak satu pun dia temui dalam kehidupan nyata, yang ada hanya perselingkuhan tiada akhir. Sungguh memuakkan tapi apalah daya, menonton drama romansa seperti ini adalah hobi nya selama lima tahun belakangan. Dian tidak menemukan hal lain yang menarik perhatian, setidaknya menonton bisa mengobati kebosanan gadis itu setelah seharian tertekan oleh tuntutan kerja.

Sembari menyuapkan makanan ke mulut, mata nya yang terbingkai kacamata itu fokus melihat gambar dilayar. Sesekali bergerak karena membaca terjemahan, Dian benar-benar tidak habis pikir kenapa dia sangat terharu bila tokoh utama pria melakukan suatu hal yang terlihat tidak penting namun berharga bagi sebagian orang, termasuk dirinya.

Perhatian yang selalu dia harapkan namun tak ada yang peduli, orang-orang datang kedalam hidup Dian hanya ketika mereka membutuhkan sesuatu.
Saat ia telah mencapai klimaks dari menonton drama, ponsel Dian berdering tiada henti. Membuat gadis itu kesal, namun tetap ia ambil dari nakas. Menatap siapa yang telah mengganggu waktu istirahatnya, Dian berdeham pelan karena ternyata si pemanggil adalah bos nya.

Dian belum sempat memberikan salam ketika suara keras itu lebih dulu menyapa telinga nya, perempuan itu memegang dada yang berdebar. Sungguh bukan hal yang mengherankan, karena nyaris tiap hari Dian selalu mendengar omelan nya tapi kali ini lebih terasa.

Ia tak sempat mencela dari sekian banyak kalimat yang terucap dari bibir bos nya, inti dari percakapan sepihak itu adalah Dian harus bersiap-siap untuk ikut pertemuan dengan klien mereka yang baru saja tiba dari Jepang.

Dian tak ingat kalau mereka punya jadwal pertemuan dalam seminggu ini, seolah tahu apa yang gadis itu pikirkan. Perempuan paruh baya diseberang telpon lagi-lagi meneriaki Dian sangat keras. Gadis itu pun tak mampu berkata-kata selain mencebikkan bibir, lalu menutup telpon tanpa menyelesaikan pembicaraan.

Biarlah dia dianggap tidak sopan, tapi terkadang bersikap seperti itu penting agar dirinya dihargai. Kenyataan memang selalu tak sesuai harapan, Dian bahkan tak pernah dipuji atas kerja kerasnya. Dari sekian banyak orang yang menjadi sekretaris bosnya, Dian adalah yang terhebat karena bertahan selama empat tahun.
Tidak mudah namun ia membutuhkan pekerjaan, uang dan tempat tinggal.

Meninggalkan rumah tanpa membawa bekal menjadikan tekadnya bulat agar menyamankan diri, tidak peduli seberapa kejam perlakuan yang ia terima, Dian hanya butuh uang gaji nya.

Bersenang-senang dengan menghabiskan uang hasil sendiri lebih baik, dari pada harus mengakhiri hidup dengan cara bodoh. Setidaknya, Dian memegang janji untuk terus hidul meski banyak tekanan yang dia terima.

Beginilah ketika kita memilih untuk hidup, sebab dan akibat akan berlaku apabila kita masih hidup.

Dian menutup laptop lalu bangun dari kasur, membersihkan diri secepat kilat lalu memesan ojek online.
Waktu menunjukkan hampir tengah malam, bahkan ayam pun sudah tidur nyenyak dan Dian masih harus menyiapkan diri bertemu orang asing.

Terkadang ini sangat melelahkan, tapi gaji Dian sebulan sangatlah banyak. Mau tak mau ia harus menikmati.

Butuh setengah jam untuk Dian mendapatkan kendaraan yang mau mengantarnya ke tempat pertemuan, lalu perjalanan mereka memakan waktu lima belas menit. Dian pasti akan kena semburan hawa panas lagi, wanita itu paling tidak suka dengan orang yang tepat waktu. Namun ia sudah mempunyai alasan untuk menjawabnya nanti, Dian membalas pesan dari rekan kerja yang ternyata juga ikut dalam pertemuan mendadak ini.

Bernafas lega, Dian memiliki teman malam ini. Tidak seperti biasa ia akan menelan bulat-bulat amarah bos nya sendirian, gadis itu tersenyum singkat lalu menyimpan ponsel dalam genggamannya.

Malam ini, entah mengapa jantung Dian berdebar kencang seolah ada hal mengerikan yang akan terjadi. Berusaha berpikir positif, Dian melupakan overthinking nya dan menikmati perjalanan.

Malam ini saja, Dian hanya ingin bekerja demi sesuap nasi hangat dan lauk yang nikmat.

The Day I LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang