32

20 5 0
                                    

Semalam pekerjaan begitu melelahkan sehingga pagi ini aku tak bisa bangun tepat waktu, kesiangan dan harus berjalan kaki ke kampus. Rasanya tubuhku sudah tidak tahan lagi menjalani semua ini tapi aku harus kuat, aku harus bertahan demi kehidupan yang lebih baik. Aku tidak ingin menyerah sekarang disaat mendapatkan pendidikan tinggi adalah satu-satu nya cara agar aku bisa mengimbangi perkembangan pada pola pikir orang jaman sekarang, setidaknya aku ada kelebihan yang bisa diperlihatkan ke orang-orang walau tak ada yang bangga akan hal itu.

Kaki ku sangat pegal semalaman berdiri melayani begitu banyak pelanggan yang datang, aku juga bersyukur semalam diberi bonus karena telah bekerja keras.

Lucu sekali kan, padahal aku setiap hari melakukan kerja keras tapi hanya sesekali diberikan bonus. Tak mengapa, paling tidak hari ini aku bisa makan.

Aku mempunyai rahasia yang tak pernah kuceritakan kepada siapapun, bahkan kepada ibu. Sebenarnya, aku kesulitan dalam memilih makanan.
Bukan karena aku tidak suka, melainkan perutku selalu menolak bila diberi sembarang makanan. Itulah mengapa aku bisa berhari-hari tidak makan, bukan keinginan ku menahan lapar tapi aku tidak bisa menelan makanan dengan baik. Semua yang kumakan selalu keluar lagi, aku hanya bisa minum air putih selama berhari-hari. Aku tak tahu apakah ini penyakit serius atau memang diriku yang bermasalah, terlebih perutku.

Aku tak pernah mencari tahu penyebab pasti kenapa aku mengalami kesulitan makan seperti ini, seumur hidupku sudah terlalu banyak hal menyakitkan yang terjadi dan mencari alasan kenapa aku tak bisa makan dengan baik hanya akan menambah beban pikiranku saja.
Namun ada satu orang yang selalu memberiku makanan, setiap hari dia akan mengantarkan aku roti rasa coklat stroberi dan beberapa kotak susu. Terkadang aku tak mengerti kenapa dia memberikan aku makanan padahal kami tak saling mengenal, aku tidak menolak pemberian nya karena memang hanya makanan itu yang bisa kumakan.

Aku juga harus berterima kasih padanya karena telah banyak membantuku soal tugas kuliah, dia seperti malaikat penolongku.
Nafasku mulai memberat karena berlari, aku sangat lelah. Gerbang kampus sudah didepan mata tapi rasanya aku sudah tak sanggup melangkah, dadaku sesak dan kepalaku berdenyut nyeri.

Disaat seperti ini, aku masih memikirkan seseorang akan datang membantuku berjalan. Menggenggam tanganku dan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja bila kita bersama.

Indahnya khayalanku disaat paling menyedihkan.

Aku melangkah perlahan-lahan menjaga keseimbangan tubuh, aku terlalu fokus pada jalan sampai tak menyadari seseorang merangkul pinggangku dari samping. Aku tidak sempat bereaksi karena terlalu lelah, dan hanya bisa memandanginya saja dalam keheningan.

Jantungku rasanya berdetak lebih cepat, bahkan suhu tubuhku ikut naik sampai ke pipi. Dan aku rasa, pipiku memerah sekarang.

"Pelan-pelan aja, jangan dipaksa."

Suaranya yang berat menusuk hatiku tapi tidak menyakitkan, justru aku merasa ada gelombang menyenangkan didalam sana. Dia tidak menatapku tapi tangan nya memelukku sangat erat, aku membalas pegangan nya.
Kaki sudah lemas tapi ku paksa agar tetap berjalan dan jangan sampai membuatku malu dihadapan nya.

Kami berjalan saling merangkul tanpa bicara, bahkan aku tak berani menatap kearahnya. Aku takut akan pingsan bila memandangi wajah tampan nya dari dekat, apalagi semua terjadi begitu saja tanpa terduga.
Dia melepaskan rangkulan nya ketika kamu sudah tiba didekat kelas, aku segera menjauhkan diri. Tak mau ada orang lain yang melihat kedekatan tak sengaja ini, bukan masalah untukku tapi aku takut akan menjadi masalah untuknya.

Dia menoleh kepadaku sebelum masuk lebih dulu, aku ingin sekali mengatakan terima kasih namun tak satu pun yang keluar. Aku menyesali kesunyian diriku, padahal dia telah membantuku. Dia memandangiku seakan memastikan aku sudah baik-baik saja, lagi-lagi aku membuang muka. Bukan karena aku tak suka, tapi aku gugup.
Aku takut dia menyadari kalau aku begitu memujanya.
Setelah dia masuk dalam kelas, aku juga berjalan menyusulnya.

Duduk ditempatku, dan seperti biasa, aku menemukan bungkusan roti dan susu. Aku menoleh kebelakang dimana orang itu berada, dan disebelahnya ada lelaki yang kucintai. Aku tahu mereka berteman baik, bolehkah aku berpikir kalau semua makanan yang kuterima adalah titipan darinya?

Rasanya mustahil, jelas saja dia tidak akan sepicisan itu.

Dia terlalu tinggi untuk kuraih.

The Day I LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang