Hari sudah sore ketika mobil Aldo memasuki halaman rumahnya, hari ini sudah cukup melelahkan.
Beberapa kali Aldo mencoba menemui orang lain yang tinggal didekat rumah Dian, tapi tak satu dari mereka yang mau membuka mulut untuk menjawabnya. Entah tragedi seperti apa yang terjadi disana sehingga tak satu pun dari orang-orang itu mau mengatakan kemana gadis itu pergi, semua orang menutup mulut mereka saat melihat Aldo.
Keanehan ini akan terus menganggu nya, seharusnya Aldo tak merasa senang ketika berharap kalau pertemuan mereka akan dipermudah.
Dibandingkan melihat dia menggendong bayi, ternyata kehilangan tanpa jejak jauh lebih menyakitkan.Aldo masih punya enam bulan untuk mencari keberadaan Dian, cukup lama sampai ia benar-benar menemukan gadis itu. Apapun hasil nya, Aldo akan serahkan kepada yang diatas. Mungkin selama ini dia terlalu memaksa sehingga jalannya selalu dipersulit, setidaknya usaha kali ini membuahkan hasil walau tak sesuai harapan.
Lelaki itu turun dari mobil, masuk kedalam rumah dengan wajah lelah.
Esok hari juga sama.
Aldo pulang dengan wajah lelah, pakaian nya kusut.
Esoknya lagi tetap sama, Aldo masih tak dapat menemukan keberadaan gadis itu.
Dia tak memiliki kontak siapapun yang bisa dihubungi untuk sekedar bertanya, yang Aldo lakukan hanya duduk didepan rumah Dian sembari membersihkan rumput.
Tidak peduli orang-orang disana menatap aneh kearahnya.Keesokkan nya lagi, tetap sama.
Yang tanpa terasa sudah dua bulan lama nya, Aldo belum juga menemukan titik terang.
Dia sudah mencoba menemukan Dian melalui akun sosial media, tapi tak ada. Gadis itu seakan tak pernah hidup didunia nyata, Aldo ingin menyerah tapi apakah semudah itu?
Dia sudah mencari kemana-mana, mampir ke kafe atau warung makan yang mungkin ada dia disana, bahkan Aldo mengelilingi Mall seharian hanya untuk memastikan, siapa tahu Dian sedang berbelanja kebutuhan nya.
Aldo nyaris menggila dengan semua kegilaan yang dia lakukan, dia melakukan hal bodoh yang orang waras pun tak mau meniru nya.
Dan hasilnya tetap sama, nihil.
Begitu sulit menemukan seorang bernama Ardianti.
Aldo meremas rambut nya kesal, bagaimana bisa sesulit ini.
Setidaknya, ada satu saja yang bisa Aldo dapatkan dari pencariannya.
"Mama perhatikan mas keluar terus selama disini, kamu lagi nyari apa mas? Muka nya kusut banget padahal gak lagi kerja."
Suara lembut itu menyapa telinga Aldo, menyentak nya dari kebingungan yang tiada berujung. Pria tampan itu semakin merasa frustasi karena tak bisa mengatakan apa yang tengah dirasakan, entah mengapa Aldo belum siap memberitahu soal gadis yang tengah dicarinya itu kepada sang ibu. Aldo tidak mau memberikan cerita cinta yang sedih, ia mau membagikan kisah penuh kebahagiaan tentang dirinya.
"Mas lagi nyari teman lama mah, tapi dia udah pindah dan gak tahu kemana. Kontaknya gak punya, padahal mas banyak yang mau diobrolin. Mas rindu sama dia."
Aldo mungkin tidak bodoh, tapi dia lupa kalau ibunya mengenal semua teman-teman nya. Dari teman masa kecil hingga sedewasa ini, dan setahu ibunya tidak ada satu pun teman Aldo yang menghilang. Justru sejak kepulangan pria itu kerumah, seluruh teman mainnya berdatangan.
"Mama gak tahu kalau salah satu teman kamu pindah rumah, seingat mama kemarin pas ngumpul ada semua."
Aldo sekali lagi terhenyak, sudah dikatakan kalau lelaki itu melupakan fakta nya.
"Teman mas kan banyak mah, gak cuma itu-itu aja. Mama kenapa belum tidur? Nanti papa nyari."
Ia melihat jam dinding yang menunjuk pukul dua dini hari, selarut ini dan Aldo hanya memikirkan Dian. Gila!
"Mama cuma pengen tahu aja, kenapa anak laki mama ini uring-uringan padahal lagi libur kerja. Lama loh mas enam bulan, manfaatin lah cari jodoh. Siapa tahu kan ada yang pas."
Ini mas juga lagi usaha nemuin jodoh mah, mama harus sabar ya. Soalnya jodoh mas kayak hantu, hilang gak berjejak sama sekali.
Aldo hanya bisa memeluk ibunya, menyalurkan perasaan tidak enak agar berubah menjadi lebih positif lagi. Setidaknya, Aldo masih punya harapan.
Empat bulan, Aldo harap cukup untuk menemukan Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
General FictionCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.