Dalam gelap nya malam, aku dapat merasakan dan mendengarkan suara-suara yang mengajakku bicara. Meski aku tak mengenal siapa orang-orang itu, aku sangat terhibur dengan apapun yang dia lakukan.
Aku bisa merasakan ketulusan dalam setiap sentuhan nya, aku juga bisa merasakan betapa besar rasa sayang nya saat mencoba menceritakan kisah anak kecil padaku.
Dia pikir aku bocah seperti apa yang tak pernah mendengar cerita timun mas dan raksasa, aku tertawa saat mengetahui kalau dia banyak mengeluarkan ekpresi aneh. Aku memang tak bisa melihat dengan jelas wajah itu, tapi aku dapat merasakan kelucuan yang ia ciptakan.
Gerakan tubuhnya menunjukkan apa saja yang ia lakukan, aku sangat menyukai ketika ia membelai wajahku dan mengecup keningku. Seakan diriku ini sangat dicintai, siapakah gerangan yang telah berhasil membangunkan ku dari mimpi buruk mengerikan ini.
Aku membalas genggaman tangan nya yang hangat, aku mencoba tersenyum dalam kegelapan, aku ingin sekali membalas perlakuan baiknya tapi aku lupa kalau diriku sendiri yang memilih tinggal disini.
Semua yang dia lakukan membuatku ingin pergi dari sini, tapi rantai besi ini terlalu kuat mengikatku. Sulit untuk melepaskan diri disaat aku sendiri yang telah membuang kunci kebebasan nya, aku menatap langit malam yang gelap.
Belum pernah aku melihat bintang seindah itu, sinarnya sangat menyilaukan namun tak membuat mataku perih.Aku menyukai keheningan disini, tidak ada yang perlu ku takutkan lagi. Hidup yang begitu menakutkan telah ku akhiri, sekarang aku hanya perlu menikmati kesunyian.
Suara-suara yang terus menyebut namaku itu berulang kali meminta agar aku kembali kepadanya, aku tak ingat memiliki seseorang yang peduli kepadaku selama ini, permintaan nya tak bisa membawaku kembali kedunia yang telah lama kutinggalkan.
Tapi harapan dan doa yang selalu kudengar darinya sangat membahagiakan, apalagi ketika aku tahu bahwa orang itu memiliki cinta yang besar.
Siapa dia? Kenapa aku tak bisa mengenalinya, mataku terlalu gelap sehingga tak mampu mencari wajahnya dalam ingatan.
Aku hanya bisa merasakan kasih sayang nya, aku hanya bisa mendengarkan doa yang dia panjatkan untukku, dan berulang kali aku mendengar ia menyebut namaku.Tuhan. .
Sudah lama sekali aku tak menyebut nama Nya.
Tuhan. .
Apakah aku masih pantas memanggilmu?
Aku tak tahu kalau suara itu begitu mempercayai janji Tuhan, sedangkan aku sudah lama sekali melupakan keberadaan nya.
Aku berharap satu kali saja dapat membalas kebaikan nya, melihat wajahnya dan menyambut tangan itu ketika menarikku.
Aku ingin sekali menyaksikan betapa indahnya dunia yang dia ceritakan padaku.
Tuhan. .
Aku tahu ini munafik sekali, setelah apa yang kuminta darimu dan keburukan yang kulakukan, aku masih berani menyebut nama mu dalam kesendirianku.
Tuhan, bisakah aku hidup lagi?
Hidup sekali lagi bersama dia yang telah setia menemaniku dalam kegelapan.
Aku ingin sekali membalas cintanya.
Aku ingin dia, aku ingin menatapnya dengan penuh rasa terima kasih karena telah menghibur kesendirianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
Ficción GeneralCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.