Siang ini Aldo harus menunda keinginan nya untuk mencari Dian, karena salah satu teman Aldo ada yang mengalami pecah ban. Kebetulan didekat kampus tempat nya kuliah dulu, Aldo langsung pergi kesana. Terhitung sejak pulang, lelaki itu memang hanya fokus mencari Dian dan tak pernah berkunjung ke tempat lain selain rumah gadis itu. Dan hari ini ia mau menenangkan pikiran sejenak, mendatangi tempat kuliahnya sama dengan mengulang kenangan lama.
Aldo melambaikan tangan kearah Roni, dia adalah sahabat Aldo yang paling dekat. Tidak ada rahasia diantara mereka, bisa dibilang Roni adalah perantara Aldo dan Dian. Meski hanya sebatas kurir pengantar air minum, atau roti dan tugas. Pria itu tak berubah sejak dulu, penampilan urakan nya adalah ciri khas. Meski begitu, Roni adalah dokter bedah terbaik dirumah sakit kota ini. Penampilan bukan jaminan soal keberhasilan seseorang, sejak Aldo mengenal Roni, pria itu banyak belajar hal-hal baru.
Ketika orang lain meragukan kemampuan Aldo, maka Roni akan mendorongnya untuk terus melakukan hal yang disukai nya tidak peduli apa yang orang katakan, selagi itu untuk kesenangan diri sendiri. Roni adalah orang yang bebas, dia tidak pernah dibebani oleh kekayaan orangtua. Keluarganya bukan kumpulan orang gila kekuasaan, membiarkan anak-anak menjalani kehidupan yang mereka pilih.
Roni yang seperti preman justru menjadi dokter ahli bedah, adiknya lebih hebat lagi karena berhasil mendapatkan gelar doktor di universitas terkenal London, jurusan psikologi.
Orang-orang hebat tak selalu berpenampilan rapi, terkadang mereka adalah yang terlihat buruk namun dibalik keburukan nya ada sisi terbaik yang tersembunyi.
"Sorry lama, mandi dulu baru keluar."
"Santuy, kayak sama orang baru aja."
Mereka berpelukan sembari berjalan menuju halaman kampus, Roni sudah menelpon orang bengkel. Sebenarnya tujuan nya menelpon Aldo bukan untuk meminta bantuan soal ban mobil, melainkan ditemani menemui seorang kenalan yang bekerja sebagai staf tata usaha dikampus. Roni tidak bisa berbicara santai kepada orang asing, makanya dia membutuhkan Aldo.
Bukan urusan serius tapi cukup penting.
Mereka mengobrol sepanjang jalan menuju ruangan tata usaha, obrolan yang tetap nyambung meski berbeda professi.
Setiba nya diruangan yang mereka tuju, Aldo dan Roni sudah ditunggu seorang wanita berhijab yang lumayan cantik. Masih muda, mungkin dibawah mereka beberapa tahun.
Awalnya ia cukup terkejut melihat Aldo, namun ditutupinya setelah melihat lelaki itu bersama Roni.
Hal yang penting mereka bicarakan dari A sampai Z, Aldo menengahi dan sesekali memberikan saran. Begitu juga Roni yang tampak serius mendengarkan, perempuan itu tak mengalihkan sedikit pun tatapan nya dari layar komputer. Mencuri pandang ke arah Roni lalu ke Aldo, ada gurat bimbang diwajah nya namun masih tertutup dengan rapi oleh senyuman.
Setelah hampir satu jam mereka membicarakan hal yang sama, akhirnya keputusan sudah disetujui.Sebelum Aldo dan Roni pamit pergi, perempuan itu memanggil Aldo dan berjalan mendekatinya.
Sebenarnya dia takut menyinggung perasaan lelaki itu, tapi rasa penasaran mencuat begitu saja.
"Maaf mas, saya tahu ini lancang tapi.."
"Ya, ada apa?"
Aldo menanggapinya dengan santai, tidak ada orang yang lancang dengan berkata maaf diawal pertanyaan.
"Mas nya yang sering nyabutin rumput dirumah mbak Dian kan?"
Roni tersedak ludahnya sendiri, spontan tertawa. Sedangkan Aldo membeku beberapa saat, sebelum akhirnya melayangkan tinju ke bahu sahabatnya.
"Sialan lo!" Ujar Roni merasa sakit.
"Kamu pernah lihat saya disana?"
"Do, lo masih ngarepin Dian? Ini seriusan anjing, udah mau enam tahun dan lo gagal move on? Nyambut rumput segala sat."
Aldo memukul lagi kepala Roni kesal, dia benar-benar tidak habis pikir kenapa Roni bisa jadi dokter padahal gaya bicara nya masih seperti anak ingusan. Brengsek!
Wanita bernama Sari itu pun merasa tidak enak mendengar ucapan Roni, ia jadi menyesal bertanya.
"Lo diem deh."
"Saya sudah dua bulan selalu datang kesana, nanya kesana kemari seperti orang gila. Tapi tetangga disana seakan tutup mulut ketika saya bertanya soal Dian, kamu tahu alasan nya?"
Aldo menarik nafas panjang, tidak ingin berharap lebih tapi itu muncul begitu saja.
"Saya tahu ini aneh, tapi saya benar-benar ingin tahu kemana dia pindah."
Sari berdeham semakin canggung, ia tahu masalah ini sangat sensitif dibicarakan apalagi ketika semua orang memilih menutup mulut dan telinga mereka.
"Saya tidak tahu apakah ini pantas atau tidak diceritakan, tapi mbak Dian sudah lama tidak tinggal disana sejak ibunya meninggal. Enam bulan lalu.."
Bukan hanya Aldo, tapi juga Roni membeku ditempat mereka masing-masing. Niat nya yang ingin bercanda seketika lenyap begitu saja saat Sari menceritakan dengan lancar masalah apa yang dihadapi oleh Dian.
Aldo merasakan telinga nya berdengung hebat, seakan ada tumpukan batu besar yang menimpa kepalanya, begitu juga dadanya yang terhimpit.
"Aldo. ."
Roni menyentuh lengan sahabatnya, Aldo seketika berbalik berjalan menjauhi mereka menuju mobilnya.
Ini bukan sesuatu yang Aldo prediksi, tidak ada dalam bayangan kepala Aldo kalau gadis itu akan mengalami hal mengerikan seperti ini.
Penjara, tempat mengerikan itu tidak pantas untuk seorang bidadari sepertinya.
Aldo kehilangan arah, bagaimana bisa?
![](https://img.wattpad.com/cover/342859943-288-k597450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
Aktuelle LiteraturCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.