29

14 5 0
                                    

Aldo tidak ingat kalau dirinya tertidur diruang tamu, ketika dia bangun tubuhnya telah diselimuti dan sepatunya pun telah dilepas. Jika bukan ibu, maka sudah pasti ayahnya yang melakukan itu. Perhatian mereka tidak perlu diragukan lagi, aroma masakan membuat perut kosong Aldo bernyanyi ria. Lelaki itu memaksa tubuhnya untuk bangun, pegal dan sakit disekujur tubuhnya membuat Aldo melenguh berulang kali.

Merenggangkan otot-otot tubuhnya sebelum bangkit, Aldo berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air minum. Sebuah pemandangan yang dulu sangat Aldo impikan, namun harus terkubur jauh dalam kenangan.

Ayahnya begitu akrab dengan Yeri, begitu juga ibunya. Meski tak menjalin hubungan lagi tapi kedua orangtua nya sangat menyayangi Yeri, dia sangat sempurna dalam hal apapun. Hanya saja tingkat keegoisan Yeri dalam berhubungan sangat tinggi sehingga lebih banyak Aldo yang mengalah, tanpa ketiga orang itu sadari keberadaan Aldo.

Yeri bercerita panjang lebar soal pekerjaan nya, gadis itu sama seperti Aldo saat bercerita. Akan menunjukkan gaya dan ekspresi, menikmati apa yang dibicarakan sehingga orang-orang ikut terhanyut dalam obrolan nya. Aldo yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala, tidak berubah sama sekali.

"Aku sih gak percaya kamu baik sama orang, muka kamu gak ada baik-baiknya. Tampang judes begitu." Aldo memotong cerita Yeri dan alhasil wajah gadis itu langsung berubah sinis.

"Muka aku kan emang begini dari dulu, lagian orang-orang aneh nilai sifat seseorang cuma dari muka. Gak logis sama sekali."  Yeri membela dirinya, tapi perkataan nya barusan memang benar.
Semua orang yang menilai Yeri hanya dengan melihat tampang nya pasti akan beranggapan kalau gadis itu adalah orang yang pemarah. Padahal aslinya tidak, Yeri memang memiliki wajah yang sedikit judes bukan berarti hatinya tak baik.

"Aku juga bakal bilang kamu pemarah sih, natap orang kayak mau makan. Matamu itu loh yang bikin siapapun salah sangka, mandangin orang melotot."

Aldo merasakan cubitan Yeri di pinggang nya, lelaki itu mengaduh keras. Tawa orangtua nya terdengar, Yeri menjulurkan lidah seperti anak kecil. Aldo tertawa sambil mengelus bekas cubitan, Yeri memang selucu itu sampai orangtua nya sangat terkesan dengan segala tingkah lakunya. Menatap Yeri yang tak mau meladeni Aldo, mengingatkan pria itu kalau ada orang lain yang seharusnya sudah Aldo kenalkan kepada orangtuanya.

Dian, apakah nanti sikap orangtua nya akan sebaik ini kepada gadis itu?
Apalagi Dian tidak seperti Yeri yang pandai berbicara dan mengambil hati orang lain, mengingat itu justru membuat Aldo pergi dari sana.

Ketakutan lainnya datang tanpa diminta, Aldo pasti akan memperjuangkan Dian dihadapan dunia. Tapi andai orangtua nya yang menentang, apakah Aldo sanggup berjuang melawan restu?

Tuhan akan merestui apabila orangtua ridho, lalu bagaimana jika nanti ayah dan ibunya tak mampu menerima Dian.

Aldo melupakan kenyataan itu, apalagi posisi Yeri sebagai mantan kekasih terbaik Aldo semakin membuatnya pesimis akan kedatangan orang lain.

Dian, apa yang harus aku lakukan sekarang.

Waktu ku sudah hampir habis, dan dirimu telah menolak kehadiranku. Dengan cara apa aku bisa mengambil perhatian mu setelah penolakan kemarin, Aldo kehabisan waktu dan ia melupakan hal penting itu juga.

"Mas Aldo. ."

Aldo berhenti ditengah tangga menuju lantai atas ketika adiknya dari bawah memanggil namanya.

"Nanti minta tolong anter adek ya, mobil kan mas bawa terus. Adek jadi gak bisa kemana-mana, males naik ojek online hari ini. Mau ya?"

"Mau kemana emang?" Tanya Aldo singkat.

"Mau ketemuan sama teman-teman adek, reunian kampus tapi diluar."

Aldo mengangguk sebagai jawaban.

Muncul Yeri yang tiba-tiba membuat Aldo menatapnya juga.

"Aku juga ikut minta tolong di anter ya, ada kerjaan diluar soalnya."

"Oke, mas mandi dulu. Kalian siap-siap aja sana."

Aldo langsung bergegas meneruskan langkahnya, hari ini mungkin Aldo akan terlambat menjenguk Dian. Tapi tak masalah, ia akan membelikan hadiah kecil untuk wanita itu nanti.

The Day I LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang