28

16 5 2
                                    

Mobil Aldo memasuki halaman rumahnya tepat pukul dua dini hari, selama diperjalanan dia tidak bisa berhenti memikirkan kenapa Dian bisa menolak nya. Bahkan kata pertama yang dia ucapkan membuat Aldo merasa tidak senang, dia tidak akan mengingat betapa banyaknya usaha yang dilakukan hanya saja ditolak setelah melakukan semua hal membuat Aldo merasa tersudutkan.

Apakah dia sudah tidak memiliki kesempatan sekarang?
Bukankah sebelumnya Aldo hanya mengharapkan kesembuhan Dian, lalu saat gadis itu sudah berbicara justru kalimat menyakitkan yang dia dengar.

Tidakkah selama ini Dian tahu bahwa dia selalu berdoa agar gadis itu kembali padanya, Aldo memang tak memiliki hak untuk memaksa perempuan itu agar menerimanya tapi bukankah mereka belum pernah mencoba. Jauh sebelum mereka terikat situasi dan kondisi yang menyedihkan seperti sekarang, Aldo dan Dian belum sempat mencoba memulai sebuah hubungan.

Tidakkah Dian penasaran bagaimana rasanya dunia Aldo yang menyenangkan, dibanding harus meratapi penderitaan yang semakin hari jauh tertinggal, mereka harusnya melangkah kedepan. Aldo tidak bisa menukar rasa sakit yang Dian alami dengan hal-hal menyenangkan lainnya tapi mereka harus mencobanya, Aldo ingin mencobanya agar ia tahu apakah cintanya berhasil membawa Dian keluar dari lubang kesengsaraan.

Namun kenapa? Kenapa dia ditolak mentah-mentah, harusnya Dian bertanya sudah berapa lama Aldo melakukan kegilaan ini, harus nya wanita itu menanyakan kenapa Aldo mau bersamanya, bukan malah mengusir pria itu seolah tak berarti apa-apa waktu yang telah dia berikan selama ini.
Bukan hanya waktu, tenaga dan pikiran Aldo juga ikut terkuras.
Ia menikmati semua itu, Dian telah melukai egonya sebagai seorang lelaki sejati.

Tapi bukan berarti ia akan menyerah, Aldo akan berusaha lagi besok. Ia akan menganggap percakapan singkat mereka malam ini hanya angin lalu yang tak semestinya menghancurkan impian Aldo, secara tak langsung Dian juga membuat Aldo melupakan niat ingin bercerita kepada orangtuanya. Mungkin lain kali Aldo akan ingat kalau dia perlu memberitahu keluarga nya soal kondisi Dian, tidak sekarang, nanti saat lelaki itu telah mengingatnya.

Aldo turun dari mobil setelah setengah jam termenung, wajahnya menunjukkan betapa lelahnya pria itu. Hanya ada semangat yang membuat Aldo tak bisa meninggalkan semua ini, langkah gontainya ketika masuk kedalam rumah tanpa memerhatikan sekeliling.
Baru saja Aldo merebahkan diri pada sofa, seseorang mengejutkan Aldo dengan menyalakan lampu ruang tamu.

"Aldo?"

Aldo yang mendengar suara tak asing itu pun kembali membuka mata, dan mencari sumber suara yang menyebut namanya. Terkejut bukan main saat mengetahui sosok yang tengah menatap bingung kearahnya.

"Yeri. ." Bisik Aldo tertahan, gadis itu tersenyum kepadanya sembari mendekat dan ikut duduk diseberang Aldo.

"Kamu dari mana, baru pulang selarut ini? Kebiasaan hang out ya disana." Ujarnya sambil meletakkan segelas minuman diatas meja menunggu jawaban pria didepannya.

Aldo yang masih tidak percaya akan kehadiran gadis itu hanya bisa menatapnya penuh lelah, bukankah sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertemu wanita ini. Disaat Aldo bahkan telah melupakan semua kisah yang pernah mereka rajut, terluka oleh kenyataan ketika itu membuat Aldo enggan mengingat sedikit pun tentang Yeri. Orang pertama yang membuat Aldo merasakan jatuh cinta dan patah hati, semua masih terngiang-ngiang dikepala Aldo kala itu.

Yeri yang lebih memilih pergi demi mengejar impian nya, kenapa berada disini setelah sekian lama?

Wanita cantik yang ditatap Aldo dengan perasaan aneh itu berdeham berulang kali menghilangkan kegugupan nya, rasanya masih sama ketika melihat mata itu. Walau sudah tak ada cinta disana, namun Yeri masih memerlukan perhatian. Setidaknya sebuah pertanyaan setelah mereka tak bertemu sekian lama.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Satu-satunya hal yang terlintas dikepala Aldo dan ia berhasil menyuarakan nya, pria itu sedang lelah memikirkan Dian, muncul seorang Yeri mengingatkan kenangan menyakitkan dalam kepala Aldo.

Yeri tersenyum melipat kakinya, tidak beralih sedikit pun dari memandangi wajah mantan kekasihnya.

"Aku ketemu mama kamu tadi sore di acara keluarga, dia ngajak nginap disini. Kamu tahu kalo dari awal aku gak bisa menolak beliau, lagi pula aku sedang cuti jadi tak masalah bernostalgia disini. Kamu sendiri? Kenapa pulang semalam ini, apa hidup diluar negeri merubah kebiasaan kamu?"

Aldo mengerti maksud dari ucapan Yeri soal bernostalgia, dulu sekali mereka sering menghabiskan waktu bersama. Gadis itu adalah orang pertama yang Aldo kenalkan pada keluarganya, dia memiliki kesempurnaan yang begitu disukai banyak orang.

Selain cantik, Yeri juga pintar dalam banyak hal. Itulah mengapa ditinggalkan oleh Yeri adalah kesakitan yang tak terlupakan olehnya. Wanita itu mencampakkan nya, meski mereka berakhir baik-baik tapi tetap saja Aldo merasa dibuang.

"Kebiasaan itu sulit diubah, kamu tahu aku orang seperti apa. Ada pekerjaan yang menyita banyak waktu, jadi ya, aku harus menyelesaikan nya sebelum berakhir sia-sia."

Yeri mengerutkan alisnya mendengar jawaban Aldo.

"Bukan nya kamu cuti? Makanya balik kesini, atau berencana pindah kerja?"

Aldo menggeleng sebagai jawaban, lalu kembali merebahkan kepalanya.

Izin pindah kerja Aldo belum dikonfirmasi sampai saat ini, waktu cutinya hampir habis. Bagaimana ia bisa menyelesaikan urusan hati nya dengan cepat, ditambah lagi Dian yang menolak kehadiran nya. Sial
Tidak disangka serumit ini. Aldo mengusap wajahnya frustasi, dan itu tak lepas dari penglihatan Yeri.

"Aku gak bisa bercerita banyak tentang masalahku, yang jelas ini bukan sesuatu yang bisa ku bagi dengan mudahnya. Apalagi sama kamu, maafkan aku."

Yeri memaklumi sikap Aldo yang tiba-tiba saja berubah dingin, ia juga tak begitu penasaran masalah apa yang sedang dihadapi oleh lelaki itu. Hanya saja menelisik ekspresi Aldo, Yeri yakin itu bukan masalah ringan.
Jika bukan berkaitan pekerjaan, maka sudah pasti soal hati.

"Tidak perlu meminta maaf, aku juga tidak mau ikut terbebani oleh masalahmu. Sudah hampir pagi, kamu butuh istirahat. Setidaknya beri waktu tenang pada tubuh dan pikiran mu, masalah hati selalu berat dihadapi."

Aldo mengangguk dengan mata terpejam, ia memang membutuhkan istirahat. Yeri pun mengerti kalau dirinya harus pergi dari sana, rumah ini memang selalu menerimanya tapi tidak dengan hati Aldo.
Menyadari kalau waktu mereka bersama telah berakhir sejak lama, membuat Yeri tahu kalau sudah tidak ada tempat dihati pria itu.

Berandai pun ia tak mau, masih banyak laki-laki lain tapi tidak akan pernah ia temukan yang seperti Aldo lagi.
Jika ditanya apakah Yeri menyesal meninggalkan Aldo, tentu saja.

Pria itu dan hatinya adalah sesuatu yang tidak akan ia temukan dimana pun.

Aldo terlelap begitu Yeri kembali mematikan lampu, ia ingin melupakan sejenak rasa lelahnya dengan bermain dialam mimpi.

The Day I LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang