10

22 6 1
                                    

Untuk anakku tercinta, Ardianti.

Ibu tahu selama ini kamu menyimpan luka mu sendirian, ibu bisa merasakan setiap penderitaan yang kamu alami, ibu dapat merasakan setiap detik penuh kekecewaan.

Di, ibu tidak pernah menyesal menjadi seorang ibu meski telah gagal melindungi anaknya sendiri. Ibu tidak pernah menyesal telah melahirkan mu meski sekarang hidup mu berbalut luka, Di, anak ibu tercinta. Ibu tahu apa yang terjadi selama ini didalam rumah kita, ibu tahu kenapa kamu memilih pergi dari rumah tanpa persetujuan ibu, ibu tahu kamu sengaja memutuskan komunikasi dengan ibu, walaupun kamu tetap memberikan ibu uang setiap bulan tapi ibu tahu, kehidupan macam apa yang telah anak ibu jalani.

Maafkan ibu, Di.

Ibu merasa berdosa, ibu merasa sangat hina sebagai orangtua, ibu merasa sangat tidak berguna. Ibu ingin sekali memeluk Dian untuk terakhir kali, tapi saat ibu sadar kalau ibu tidak pernah ada ketika Dian menderita. Ibu sadar, tidak pantas mengharapkan kehadiran Dian disini.

Ibu sendirian, Di.

Ibu kesepian, menderita karena dosa yang tak termaafkan.

Malam itu, ibu mendengar semua nya.
Jeritan mu, tangis mu, bahkan penderitaan mu, ibu mendengar semua nya.

Ibu ingin sekali membunuh dia, menghabisi nyawa nya untuk membalaskan rasa sakit mu tapi ibu takut, takut tidak bisa melihat mu lagi. Namun rupanya justru ibu sudah kehilangan kamu sejak hari itu, dua puluh tahun lalu ibu tidak melawan rasa takut dan justru membiarkan mu mati perlahan sendirian.

Ibu mana yang sejahat ibu mu ini, Di.

Tidak ada ibu yang membiarkan anaknya dilecehkan oleh ayah kandung nya sendiri, tapi ibu melakukan nya. Ibu membiarkan kamu menderita sendirian, ibu memikirkan betapa menyedihkan nya bila kabar ini diketahui banyak orang, betapa hinanya nanti kamu dipandangan orang-orang andai ibu melaporkan kejahatan ayah mu.

Ibu takut kamu dihinakan oleh mereka Di, sehingga ibu hanya bungkam. Menangis sendirian meratapi setiap hari kejadian itu, ibu tidak sanggup melihat wajahmu, ibu tidak sanggup menatap matamu, Dian anak ibu sangat mirip dengan ayahnya tapi kenapa, lelaki itu begitu tega menyakiti anak sendiri yang terdapat darah nya dalam tubuh kecil itu.

Ibu pikir, kamu akan kuat melewati hari pedih itu. Tapi ibu salah, ibu kehilangan arah, kehilangan kamu nak.

Apakah ibu pantas mendapatkan maafmu, apakah ibu pantas dipanggil ibu oleh mu, andai saja ibu dilahirkan kembali.

Jangan lahir lagi sebagai anak ibu ya, Di. Ibu tidak ingin kamu menderita seumur hidup seperti dikehidupan sekarang, ibu minta maaf Dian.

Maafkan ibu, maafkan segala kesalahan ibu yang hina ini.

Ibu mencintai Dian, sangat mencintai Dian sampai melakukan hal sebodoh ini.

Mempertahankan rumah tangga ibu, dengan pria bejat yang menjadi ayah mu, adalah takdir yang kejam.

Ibu berharap Dian bahagia, suatu hari nanti akan dicintai dengan tulus oleh seseorang. Orang yang mampu membuat Dian merasa layak dilahirkan, orang yang membuat Dian merasa pantas dicintai, ibu mendoakan agar Dian segera menemukan orang seperti itu.

Maafkan ibu di, maaf karena harus pergi selambat ini. Harusnya ibu meninggalkan kalian lebih cepat agar dosanya segera ditebus, tapi ibu takut, ibu hanya ingin dijemput dan tak mau pulang sendirian dalam kegelapan.

Salam sayang untuk anak ibu tercinta, Ardianti.

The Day I LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang