Aldo sedang berbicara di telpon mengenai pekerjaan, dua hari lagi dirinya sudah harus kembali dan meninggalkan semua yang tersisa disini. Pikiran nya kalut, ingin sekali menemui Dian tapi keberanian itu menciut saat mengingat terakhir kali mereka bicara. Dian benar-benar serius meminta dirinya untuk tidak lagi datang, perempuan itu bahkan tak memberikan Aldo kesempatan untuk menjelaskan betapa penting nya kehadiran Dian dalam hidup Aldo.
Sembari memandangi foto-foto lama yang berserakan, Aldo berusaha fokus membahas pekerjaan.
"Saya akan memberikan data lengkap nya saat kembali nanti, dua hari lagi saya sudah pulang."
Aldo menutup sambungan telpon lalu berjalan ke taman belakang rumah nya, malam berlalu begitu saja. Dia tidak bisa tidur, setelah berhari-hari tanpa tahu kabar dari Dian membuat Aldo semakin uring-uringan.
Jika memang mereka tidak bisa bersama, paling tidak Aldo harus bertemu dengan wanita itu sebelum pergi. Aldo hanya ingin mengucapkan selamat tinggal, mungkin usaha dan perjuangan nya harus berakhir seperti ini tanpa mendapatkan balasan yang setimpal.
Cinta tidak butuh alasan, tapi perjuangan sebegitu besar membutuhkan kejelasan dari satu perjalanan. Aldo tak mendapatkan apapun dari pengorbanan nya, cinta Dian hanyalah khayalan semu yang tak akan bisa Aldo rasakan didunia nyata. Gadis itu pernah mencintainya, tapi memilih untuk tidak meneruskan perasaan tersebut karena harapan yang telah pupus. Aldo memasukkan kedua tangan nya kedalam saku celana, memandangi langit diatas sana dengan perasaan sendu. Kerinduan terhadap sosok Dian membuat Aldo tak bisa berpikir dengan baik tentang langkah apa yang seharusnya dia ambil.
Keinginan, harapan, dan mimpi Aldo seketika menghilang begitu saja tanpa bekas. Yang tertinggal hanya kekosongan, dua kali ia ditolak oleh Dian dan itu sudah menunjukkan kalau memang sudah tak ada kesempatan lagi. Mencintai seseorang tentu saja tidak ada larangan, namun apabila sudah ditolak maka artinya harus berhenti.
Mungkin jika waktunya diputar kembali, Aldo tidak akan membuang waktu hanya dengan mengagumi Dian dari jauh.
Dia pasti akan mengungkapkan perasaan nya, seandainya bisa, Aldo ingin kembali ke sana dan membawa Dian pergi jauh sebelum tragedi berdarah itu merusak semuanya.Aldo akan membantu Dian menyembuhkan lukanya, tidak peduli sekeras apa hati gadis itu, sekarang keadaan sudah tidak sama lagi. Umurnya bukan lagi remaja, Aldo telah memasuki usia dewasa yang dimana berpacaran sudah bukan target utama melainkan menikah. Mapan, tampan, dan beriman sudah Aldo penuhi tapi sosok calon istri belum juga ditemukan. Mengharapkan Dian, sepertinya tidak ada kemungkinan lagi.
"Mas, kok belum tidur? Malam-malam masih diluar, gak pakek sendal pula."
Aldo tidak menoleh untuk tahu siapa orang yang sedang berbicara kepadanya. Laki-laki itu hanya menghela nafas berat, mungkin sudah seharusnya dia melupakan perasaan sialan yang telah menjeratnya selama bertahun-tahun.
Tak kunjung mendapatkan jawaban, perempuan muda itu pun kembali masuk dalam rumah mengabaikan kakaknya.
Kini semua semakin jelas terlihat, bukan cuma Aldo yang harus belajar menerima tapi juga hati dan pikiran nya. Dua komponen dalam dirinya itu harus memahami kalau tak setiap keinginan harus bisa didapatkan.
Kesulitan nya cuma di bagian percintaan, Aldo selalu berhasil dalam hal apapun kecuali itu.Jadi, keputusan nya sudah ada.
Mungkin akan terasa berat, tapi harus bagaimana lagi ia meyakinkan Dian.Akhir dari semua ini adalah, kembali seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
General FictionCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.