Eri berlari ke kamar Dian setelah mendengar penjelasan Suster yang merawatnya, raut wajah cemas dan ketakutan tak bisa disembunyikan. Dokter muda itu bahkan nyaris terjatuh karena terburu-buru.
Sesampainya diruangan Dian, Eri terpaku diambang pintu. Tubuhnya lemas tak berdaya, terjatuh sembari meneteskan airmata karena melihat genangan merah yang memenuhi kamar tersebut.
Seolah ada yang mencabut paksa jantungnya, Eri merasa sesak yang teramat sakit didalam sana. Pikirannya seketika ngeblank, kacau, Eri kehilangan suara dan detak jantung nya berhenti seperkian detik karena menyaksikan pemandangan mengerikan itu."A-apa yang terjadi?"
Eri tak mampu menanyakan yang lebih detail dari itu, rasanya nyawa gadis itu ikut melayang karena melihat Dian yang terkapar lemah dengan genangan darah dilantai. Apa yang sudah berlaku disini, padahal gadis itu sudah membaik dan siap menjalani tes terakhir untuk memastikan kalau ia sepenuhnya telah sembuh. Lalu apa ini?
Eri merangkak meraih tubuh Dian yang dingin, tidak peduli jas putih kedokteran nya terkena darah. Wanita itu memeluk Dian sambil menangis, mencoba membangunkan dan memanggil namanya tapi tak ada gerakan sama sekali.Eri kehilangan suaranya, dia tak bisa memerintahkan para suster untuk segera memanggilkan dokter lain untuk menangani kondisi Dian. Disituasi yang kacau ini entah mengapa Eri merasa sangat terpuruk, tidak hanya itu ia juga merasa telah gagal menyelamatkan pasien nya untuk kedua kali. Eri memeluk erat tubuh Dian. Tangis nya pecah begitu saja, teriakan Eri memanggil nama Dian membuat orang lain ikut merasakan kesedihan dokter cantik itu.
Hari kelam itu kembali terulang, trauma Eri mencuat naik kepermukaan. Kejadian yang sama membuatnya dejavu, kembali ke masa lalu dimana ia juga pernah menemukan pasien nya dalam keadaan mati mengenaskan.
Kenapa harus seperti ini, padahal Dian sudah mampu berkomunikasi dengan baik kepada semua orang. Kenapa harus berakhir menyedihkan seperti ini disaat ia sudah berharap semua akan membaik.
"Al-aldo, mas Aldo gak boleh tahu tentang ini. Jangan biarkan dia masuk lagi kesini, apapun yang terjadi dia tidak boleh tahu."
Dokter lain yang nyatanya sudah dipanggil datang dan masuk kedalam ruangan Dian, dia memerintahkan agar wanita itu segera dibawa ke ruangan khusus perawatan. Sebelum itu ia juga sudah membalut luka ditangan Dian, kali ini luka itu tergores sangat dalam hingga siapapun yang melihatnya dapat merasakan ngilu luar biasa.
Eri tak melepaskan genggaman tangan nya terhadap Dian, dia juga ikut berlari mendorong ranjang dimana Dian terbaring tak bernafas.
Seandainya mungkin, Eri berharap gadis itu masih bisa diselamatkan. Entah mengapa ia tidak rela harus berakhir menyedihkan seperti ini, bukan hanya soal kesembuhan Dian tapi juga hati Aldo yang pasti akan sangat hancur jika tahu. Eri tak bisa menghentikan tangisnya, tidak peduli orang lain melihatnya seperti apa. Ketakutan Eri jauh lebih besar, jika sebelumnya ia masih bisa bangkit atas kehilangan yang dulu. Maka setelah ini ia tak tahu harus bagaimana, melewati hari-hari penuh penyesalan seumur hidup ditambah lagi rasa bersalah yang tak kunjung habis.
"Kenapa Di, kenapa kamu menyerah secepat ini? Kita sudah berhasil melewatinya , kenapa kamu menyerah begitu saja? Apakah cinta saja tidak cukup menguatkan mu, Di. Aku tidak akan sanggup hidup seperti ini jika kamu tidak berhasil diselamatkan, aku tidak akan bisa kembali seperti semula."
"Aku takut, Di. Aku takut hidup dalam rasa bersalah jadi tolong bertahan ya, Di. Kamu adalah harapanku untuk kembali menjadi diriku sendiri tanpa merasa berdosa sebagai dokter."
Noted : Cerita ini tuh jelek banget, aku aja bingung nulisnya. Berantakan parah, tapi aku tetap yakin untuk selesaikan. Jadi tolong, harap maklum ya kalo banyak plot holenya. Alur yang gak jelas, dan masih banyak lagi.
Aku tulis cerita ini karena ingin mengembalikan kemampuan ku dalam mengarang setelah banyak cerita yang terbengkalai, aku mengalami writter block dan susah untuk lanjutin nulis.
Aku harap kalian mengerti :)
Thanks ya sudah mau mampir :)
5 atau 6 part lagi tamat, jangan berharap banyak sama aku ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
General FictionCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.