Aku belum pernah merasakan sakit yang luar biasa seperti ini sampai rasanya mau mati saja, sebelumnya aku masih bisa menahan semua gejolak yang bermain dalam diriku tapi malam ini, semua yang kutahan meledak begitu saja.
Aku tidak sanggup lagi hidup seperti ini, dibawah bayangan mengerikan yang akan selalu menghantuiku seumur hidup. Aku bahkan tak bisa tidur dengan nyenyak, meski aku mencoba menjalani kehidupan normal selama bertahun-tahun tetap saja tak mampu mengusir bayangan mengerikan itu.
Rasanya masih saja dapat kurasakan, aku sudah sejauh ini tapi rasa benci ku semakin dalam tertanam. Dalam kesunyian yang coba kuciptakan juga tak mampu menghalau keinginan untuk segera mengakhiri kisah pedih ini, ibu, apakah sepedih ini menjadi anakmu?
Apakah sesakit ini memilih mu menjadi ibuku, adakah alasan yang harus ku ketahui agar bisa menjadi lebih baik terlahir sebagai anak mu?
Kenapa, kenapa sesakit ini padahal aku hanya anak yang tak berdosa. Bahkan disaat aku tak bisa melawan, kalian tetap menginginkan ku.
Kenapa engaku bersikeras melahirkanku bila akhirnya akan menyakiti ku sedalam ini, apakah salahku menjadi anak kalian.
Ayah, apakah sebesar itu nafsu dalam dirimu sehingga tak bisa membedakan antara cinta dan sayang kepada darah daging mu sendiri.
Ayah, apakah aku terlihat menyenangkan ketika tangan jahat mu menyentuhku, apakah sangat menyenangkan saat kau berhasil menggagahiku dan menikmati apa yang tak seharusnya kau rasakan.
Ayah, seharusnya kau melindungiku dari semua kejahatan yang ada disekelilingku namun kenapa justru dirimu yang pertama kali berlaku jahat padaku, kenapa yah?
Apa salahku menjadi seperti ini?
Ayah adalah orang dewasa yang seharusnya mengerti, ayah adalah cinta pertamaku dalam hidup ini, aku ingin sekali merasakan belaian tanganmu tanpa nafsu dan birahi yang menjijikkan, aku ingin merasakan dekapan mu tanpa suara hina yang terus terdengar ditelinga ku.
Ayah, aku hanya ingin menjadi seperti mereka. Hidup dicintai oleh kedua orangtuaku, merasakan disayangi tanpa harus berbagi.
Kenapa yah, kenapa kau melakukan ini kepadaku disaat engkau sadar bahwa aku bukan lah pelampiasan untuk kebejatan mu.
Aku hanya anak kecil saat itu, aku hanya seorang anak yang mengharapkan cinta dari orangtuaku sendiri.
Ayah.
Aku tak ingin memaafkan mu, aku ingin membencimu seumur hidupku tapi dirimu yang telah membawaku kedunia yang kejam ini.
Aku telah merubah pandanganku terhadap dunia karena mu, dan karena mu aku melihat orang-orang disekelilingku jadi tak berarti.
Sebab perbuatanmu, aku merasa tak layak mendapatkan cinta dan perhatian, disebabkan oleh mu aku merasa terkucilkan. Padahal aku tidak melakukan kesalahan, aku kehilangan semuanya sejak hari kau menjamahku dengan mata gelap yang bernafsu.
Aku ingin segera mengakhirinya, dengan cara menyelesaikan masa lalu itu disini dihadapan ibu.
Aku tahu ini adalah kesalahan yang tak seharusnya ku lakukan disaat rancangan masa depanku sudah tersusun rapi, tapi apa boleh buat yah, aku sudah tidak ingin kehidupan yang dijanjikan itu. Aku sudah muak menunggu waktu ku berbahagia, aku ingin kau berakhir menyedihkan sama seperti aku yang kehilangan arah.
Aku tidak akan mampu memperbaiki cara pandangku terhadap dunia, orang-orang bahkan diriku sendiri, setidaknya kebencianku terbayar dengan darahmu.
Aku dapat merasakan pedihnya ketika pisau itu tertancap sempurna didada mu, bahkan jariku ikut tersayat. Aku sama sekali tidak menyesal telah melakukan nya, hanya saja aku menyayangkan semua orang harus melihat semua ini.
Dihadapan tubuh kaku ibu, aku mencoba merenggut nyawamu. Aku sedang mencoba mengakhiri penderitaanku sendiri dengan menusuk sekali lagi pisau ini di dada mu, sekali lagi dan lagi.
Aku tak bisa menahan rasa puasku dengan tertawa begitu keras kala melihat mata mu yang menatapku penuh penyesalan, semua itu tidak berarti lagi untukku yah.
Aku tidak membutuhkan rasa bersalah mu, hidup yang kuinginkan sudah kulepaskan saat menancapkan pisau ini di perut mu.
Aku masih ingin melihat wajah ibu untuk terakhir kalinya, dan ketika aku menatapnya hatiku kembali teriris. Kami sudah menderita lama sekali, aku tidak bisa menyembunyikan rasa sakitku lagi.
Aku menangis sekuatnya untuk meluapkan betapa malangnya diriku terlahir sebagai anak kalian, aku menangis, aku mengadu kepada mereka yang menatap iba padaku, aku memberitahu mereka bahwa selama ini aku menderita sendirian.
Aku mengatakan nya lewat tangisan dan tawaku, aku mencoba memberitahu dunia bahwa hatiku sudah hancur tak tertolong.
Aku memutar pisau itu dengan sekuat tenaga, jeritan mu tak sebanding dengan sakit yang telah lama kupendam. Permintaan maaf mu tak mampu menembus hatiku, karena hati itu memang sudah tidak ada.
Cinta.
Aku ingin sekali mempercayainya, tapi kehidupan yang menyedihkan ini memaksaku melupakan apa itu cinta.
Aku akan melupakan semuanya, kenangan indah tentang dia, aku akan menghapus setiap ingatan yang berisi keindahan sehingga aku lupa akan janji yang dulu pernah ku berikan.
Bertahan.
Tidak.
Aku tidak bisa bertahan lebih lama, aku mulai tenggelam dalam kegelapan yang tak berujung.
Ku harap semua ini berakhir dengan mudah, aku telah melepaskan diriku sendiri dan melebur jadi satu bersama kebencian juga dendam.
Tak ada harapan atau mimpi lagi.
Semua nya, sirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
General FictionCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.