Keadaan kantor setelah tiga hari berlalu masih tetap sama, seperti tidak ada hal mengejutkan yang terjadi. Semua orang bersikap biasa, begitu juga dengan Dian yang telah kembali bekerja. Menghabiskan beberapa hari untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran nya, tidak mendapat telpon tengah malam, ajakan pertemuan mendadak, atau justru setumpuk map yang harus ia periksa. Semua sudah dikerjakan sendiri oleh bos nya, Dian tahu dibalik keburukan sikap wanita paruh baya itu masih ada cela baik yang tersembunyi.
Dia hanya buruk soal mengontrol emosi, namun untuk rasa simpati dan empati ia harus mengakui kalau bos nya adalah yang paling peduli. Terbukti tagihan rumah sakitnya selalu ditanggung oleh perusahaan, gaji nya tidak terpotong, belum lagi makanan yang dikirim oleh bos nya kerumah sakit. Dian tak bisa menyangkal kalau hal ini juga menjadi alasan kenapa dia bertahan.
Tak cukup sampai disana, Dian juga melihat beberapa bingkisan yang terletak diatas meja kerjanya. Makanan ringan, parcel buah dan bunga. Dian tidak berbohong soal kerapuhan dalam dirinya, melihat bingkisan terjajar rapi diruangannya menyentuh hati yang terdalam. Dian menghapus airmata yang kembali mengalir tanpa permisi, kenapa orang-orang selalu baik kepada Dian padahal ia nyaris tak pernah bicara kepada mereka. Sekedar mengobrol atau bahkan menegur, Dian merasa segan. Perasaan tak pantas membaur dan memiliki teman masih saja menjadi penghalang terbesar untuk dia membuka diri, gadis itu menangis lagi.
Kebaikan yang sampai kapan pun akan Dian ingat, hal-hal sederhana yang berarti, ia membaca kartu ucapan yang terselip diantara rangkaian bunga.
Apa yang terjadi hari ini, belum tentu akan terulang lagi besok.
Tetap semangat dan kuat ya, Di ❤️Airmata nya tak mau berhenti mengalir, Dian menyukai perasaan haru seperti yang terjadi sekarang, dia yang selalu mendambakan perhatian kecil namun tertolak mentah-mentah oleh keadaan. Berpura-pura kuat menghadapi dunia, padahal nyaris mati sendirian dalam kesepian.
Dian mengusap lagi airmata, menghembuskan nafas lega. Ia merasa senang, bahagia. Kata-kata yang tertulis dikertas kecil itu adalah harapan bagi Dian agar tetap hidup, ia hanya mau hidup.
Dian tidak ingin segala kemewahan dunia, dia hanya menginginkan kehidupan manusia normal.
Suara ketukan menyadarkan Dian dari lamunan singkat nya, ia menatap meja yang kosong. Kesunyian merayap memenuhi seluruh isi ruangan, kehampaan begitu terasa.
Ia tersenyum miris, bayangan yang selalu bermain dalam kepala Dian tidak pernah terjadi didunia nyata.
Khayalan demi khayalan selalu dia kembangkan menjadi sebuah imajinasi yang menyenangkan, realita yang pahit menumbuhkan keputus asaan.
"Dipanggil bu Rita di ruangan nya. Cepetan katanya."
Orang itu berbicara dengan nada ketus, raut sinis yang menunjukkan ketidak sukaan nya terhadap keberadaan Dian. Cukup menyinggung perasaan tapi ia tak bisa melakukan apa-apa selain berdiri, dan melupakan apa yang baru saja ia bayangkan.
"Udah tau gak waras, ngapain sih kerja. Ngurusin mental sendiri aja gak mampu, kerja nyusahin orang banyak!"
Tidak ada yang salah dengan imajinasi seseorang ketika mereka hanya membayangkan hal-hal menyenangkan, karena dunia ini sebagian dihuni oleh orang-orang kejam tak berperasaan. Dian mungkin bukan satu-satu nya korban, namun dirinya sudah membuktikan kalau manusia berhati baik itu hanya segelintir saja.
Mereka tidak benar-benar peduli pada urusan dalam hidupmu, masa lalu mu, rasa sakit mu, yang mereka komentari adalah ketidak sempurnaan mu saja.Rasa sakit mu adalah hal yang mengganggu untuk mereka, manusia memang sejahat itu. Bukan semua, hanya sekumpulan saja.
Dian terus melangkah menjauh, menutup mata dan telinga.
Tidak ada yang benar-benar memahami kesakitan mu, selain dirimu sendiri.
Jadi berusahalah menjadi manusia kuat, walau isi dalam dirimu telah hancur.Dian mengetuk pintu ruangan bos nya, masuk kedalam sana dengan persiapan yang matang.
Menghadapi manusia membutuhkan tenaga yang cukup, dibandingan menghadap Tuhan, manusia adalah makhluk yang paling mengerikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
General FictionCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.