Apapun yang menjadi milik kita sejak awal, maka akan kembali bagaimana pun caranya. Tidak peduli selama apa kita menunggu, sesulit apapun jalan yang kita lalui bila takdir memilih diri sendiri maka tak akan ada yang bisa menghentikan nya.
Aldo memikirkan kisah hidupnya sepanjang perjalanan, dari rumah sampai ke bandara. Dimulai dari ingatan-ingatan dan kenangan dimasa kecilnya, Aldo menyusun kembali satu persatu kenangan tersebut dan mulai meneliti dimana letak kehilangan yang kini terasa sangat menyakitkan untuk dihadapi.
Dia tidak ingat jika dulu pernah merasa dikecewakan, orang tua Aldo adalah yang terbaik dan hal terhebat yang ia miliki. Mempunyai segalanya tanpa harus bersusah payah, adik yang cantik dan juga lucu serta mantan kekasih yang selalu mensupport Aldo di keadaan apapun. Teman-teman yang tak pernah memanfaatkan dirinya, meski mengetahui Aldo memiliki semua hal hebat.Pria itu sungguh tak menemukan apa yang disebut itu kekecewaan, dirinya mulai merasakan kesepian kala bertemu dengan Dian. Saat itu, untuk pertama kali Aldo dibawa keluar dari dunia yang selama ini ia jejaki, Dian seolah menghisap jiwa Aldo untuk disesatkan dalam kehidupan suram yang bahkan tak pernah ia pikirkan. Membawa segala rasa sakit yang justru mengikat Aldo begitu dalam, bagaimana bisa cinta pada pandangan pertama membuat Aldo sebodoh ini.
Apalagi dia sudah berjalan begitu jauh dari Dian, namun memilih kembali untuk gadis yang bahkan tak pernah mengharapkan dirinya. Aldo telah kalah bahkan sebelum berperang, usahanya tidak berhasil untuk meluluhkan hati Dian. Bagaimana bisa Tuhan bertindak tidak adil seperti ini, disaat latar belakang kehidupan Aldo tak mengalami kecacatan justru ia dibuat jatuh cinta kepada seorang wanita yang mempunyai segudang trauma menyakitkan.
Aldo meremas rambutnya, perasaan bersedih dan gusar telah menghilangkan ketenangan Aldo. Apakah begini akhir dari kisah mereka?
Mungkin saja iya, atau bisa jadi tidak.
Tidak pernah ada akhir bila sejak awal tidak permulaan, Aldo tak memiliki keberanian untuk memulai suatu hubungan. Bertemu dengan Dian kembali setelah bertahun-tahun lama nya membuat keadaan semakin canggung, hubungan harus dimulai dengan perkenalan dan rasa senang mengenal orang baru. Tapi Aldo tak melakukan apa-apa, selain dari membantu merawat Dian. Usahanya belum cukup, lelaki itu sekarang ingin menyerah.
Mungkin sudah saatnya Aldo berpaling hati, rasa sakit didalam dadanya akan menghilang secara perlahan-lahan. Membutuhkan sekitar setahun dua tahun agar mampu menerima orang baru lagi, atau bisa jadi lebih dari itu waktu yang dibutuhkan Aldo. Tidak ada yang tahu pasti kapan ia bisa membuka diri lagi, Dian telah menorehkan cinta yang teramat dalam sehingga sulit untuk dirinya melihat yang lain.
Aldo berdiri sendirian menunggu antrian untuk masuk kedalam pesawat, orang lain sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Usai mengucapkan salam perpisahan tanpa memperpanjang cerita soal Dian, Aldo memilih pulang ke tempat dimana hanya ada dirinya sendiri.
Mungkin sudah begini takdirnya, cinta tak harus memiliki. Itu benar, Aldo masih punya kesempatan untuk belajar mencintai orang lain atau dirinya sendiri. Tidak akan mudah melupakan sosok yang telah lama dikagumi, tapi seiring waktu berjalan ia yakin akan ada masanya Aldo kembali menjadi diri sendiri. Kehilangan cinta bukan berarti kehilangan jati diri, lelaki tak boleh lemah. Ketika dia memilih untuk mencintai artinya ia siap ditolak, dan dibuang.
Sebelum dia bisa membimbing seorang istri maka dirinya harus lebih dulu mampu menegaskan terhadap diri sendiri, larangan dan perintah mana saja yang tidak atau boleh dilakukan.
Tuhan begitu mencintai setiap ciptaan nya sehingga saat seorang makhluk mencintai hal yang melebihi kepada nya maka ia akan cabut pengharapan itu, bukan untuk menyakiti melainkan menyadarkan manusia bahwa tidak ada cinta yang lebih besar dibandingkan Tuhan. Aldo telah melakukan kekhilafan sehingga lupa kalau dirinya begitu terobsesi kepada makhluk Tuhan lainnya, dia nyaris kehilangan akal.
Namun sekarang ia telah menyadari kesalahan itu, dalam hati ia bersyukur masih diingatkan akan kesalahan nya melalui kehilangan Dian. Dian juga manusia, dia pantas dicintai namun sewajarnya. Luka yang gadis itu rasakan bukan bentuk ketidaksukaan Tuhan kepadanya melainkan bukti jika perempuan itu adalah makhluk yang kuat, yang paling banyak di uji, yang paling banyak melakukan kesalahan adalah perempuan namun janji Tuhan kepada mereka yang bertobat adalah surga.
Aldo merenungi kesalahan nya, sekali lagi mengucapkan istighfar dalam hati.
Dia hanya manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan apapun, terlepas dari rasa kehilangan yang begitu besar Aldo tak pantas menyalahkan apapun untuk melampiaskan nya. Maka dari itu, Aldo hanya bisa menghela nafas panjang.
Kini semua telah berubah, hatinya terasa kosong namun Tuhan mengembalikan kesadaran Aldo sebagai manusia yang tidak berdaya kecuali Tuhan menghendaki dirinya mampu.
Mungkin Aldo akan sedikit stres nanti menghadapi kenyataan, membutuhkan waktu sebanyak mungkin untuk memperbaiki diri. Setidaknya Aldo masih diberikan kewarasan dalam berpikir.
Dian, adalah cinta yang tak terlupakan. Mungkin dia bukan orang pertama yang mengenalkan aku kepada cinta, tapi dia adalah guru untuk rasa kehilangan yang kini kurasakan.
Cintaku bertepuk sebelah tangan, aku tak menyesali apapun karena setidaknya kami pernah melewati beberapa hari singkat meski tak mengalami momen berarti.Aku mencintainya tanpa syarat, dia mungkin akan menjadi milik orang lain. Aku pasti akan cemburu dan sakit hati jika mendengar kabar itu suatu saat nanti, tapi aku yakin Tuhan sudah menyiapkan balasan terbaik untuk setiap usahaku.
Dian, cintaku mungkin hanya sebagian kisah yang tak akan terselesaikan. Akan menjadi kenangan sekaligus memori terindah dalam hidupku karena dengan mencintaimu aku bisa menjadi gila, tak terkendali juga penuh obsesi. Namun aku akan selalu mendoakan kebahagiaan mu, dimana pun kamu berada, bagaimana pun keadaan nya nanti, kuharap kamu selalu menjadi wanita kuat.
Saat ini aku belum menjadi versi terbaikku, dan kamu pun belum sembuh dari luka mu. Siapapun yang akan mendapatkan kita nanti, dalam wujud sebaik-baiknya, kuharap saat itu nanti aku telah merelakan dirimu.
Aku mencintaimu, Dianku.
Sepenggal kisah tak akan pernah terlupakan meski memiliki akhir yang tragis, selalu ada Aldo dan Dian diluar sana yang mungkin sedang mengalami nasib sama.
Apapun yang sedang kalian alami, percayalah hidup ini tidak mudah. Dan karena dia tak mudah untuk dijalani, maka Tuhan siapkan kehidupan abadi setelah kematian yang bisa kau nikmati tanpa harus mengemis kepada siapapun.
Cobalah bertahan meski kamu sangat ingin mengakhiri nya, cobalah untum tetap hidup meski tak ada satu pun manusia didunia ini yang melihat dirimu, dan terus cobalah untuk tetap hidup meski dirimu merasa tak berguna.
Karena dengan terus hidup, kamu akan mengalami banyak hal. Entah itu sakit, senang atau justru kecewa.
Setidaknya, Tuhan masih berikan kita semua nafas gratis meski sering kali kita abaikan hal sekecil itu. Tetaplah berbuat baik walau tak ada orang yang melihat, kamera yang menyorot, tetaplah menjadi baik meski dunia ini sangat kejam dalam memperlakukan mu.
Tetap lah berdiri tegak walau cambukan dari perkataan, perlakuan orang-orang kepadamu terasa pedih.
Mereka hanya datang sekali kepadamu, meninggalkan luka atau bahagia itu tergantung peran nya. Cukup jalani peran mu sampai Tuhan berkata, selesai sudah perjuangan mu. Mari kembali bersamaku.
Tuhan tidak pernah melewatkan sedikit pun keluhan mu, dia hanya rindu akan airmata mu, Tuhan sangat mencintaimu sehingga dia patahkan hatimu agar kamu sadar kalau tidak ada yang lebih menjanjikan kecuali janji nya.
Aldo pergi untuk waktu yang sangat lama, entah kembali atau tidak, ia sendiri tak dapat memastikannya. Yang jelas berada jauh dari Dian ribuan kilometer membuat Aldo menjadi semakin kuat, dan percaya bahwa Tuhan selalu berada didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Left
General FictionCerita ini hanya karangan tak pasti, tiada akhir yang bahagia untuk kisah yang tragis.